Sunday, July 26, 2009

Inilah Terapi SEFT, Gabungan 14 Teknik Terapi

Hampir satu tahun kedua kaki Kartini (39) sakit. Bahkan pernah lumpuh selama sebulan. Tapi, setelah diteping (totok), kakinya pulih dalam waktu 15 menit.

Ketika hendak ke atas panggung, warga Tanah Abang Jakarta Pusat ini tampak tertatih dan picang. Dengan susah payah ia menapaki 4 anak tangga kecil untuk sampai di kursi hijau. Ia bersama 4 orang lain bersiap menerima terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

SEFT adalah teknik pengembangan diri ekletis yang menggabungkan 14 macam teknik terapi. Termasuk di antaranya adalah kekuatan spiritual untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik, emosi, pikiran, sikap, motivasi, perilaku dan pengembangan diri.

SEFT di Indonesia dibawa oleh Ahmad Faiz Zainuddin yang belajar langsung kepada Gary Craig dari Amerika Serikat, pendiri Emotional Freedom Technique.

Minggu (26/7) pagi ini Faiz bersama para alumnusnya yang bergabung dalam Logos Institute mengadakan pengobatan dam pelatihan SEFT di Jalan Jati Bunder VII Tanah Abang Jakarta Pusat.

Kartini yang sudah bersiap disembuhkan, tampak menghirup napas panjang. Murid Faiz, memberinya minum dari air mineral kemasan gelas. "Ya Allah walaupun saya sakit kaki, saya ikhlas menerima masalah saya ini. Saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya dari sakit kaki ini," kata terapis SEFT, yang diulangi oleh Kartini.

Sembari Kartini mengulang-ulang kalimat tersebut, sang terapis meneping bagian ubun-ubun, bagian atas mata, samping mata, bawah mata, di atas mulut, di hidung, ketiak dan dada Kartini. "Ya Allah...Ya Allah...Ya Allah..." Kartini terus menyebut Asma Allah, sembari memejamkan mata.

Hebatnya, 15 menit terapi, Kartini sudah bisa berjalan normal. "Biasanya saya paling jauh berjalan 20 meter. Saya belum pernah seenak ini. Rasanya juga lebih tenang," ungkap Kartini.

Ia melanjutkan, sejak kali pertama sakit kaki pada bulan September 2008, ia telah berobat ke mana-mana. Namun, hasilnya tidak memuaskan. "Kata dokter saraf kecepit. Tiap hari sakit. Tidur saja terganggu," ucap Kartini.

Yoyon (49), juga mengalami hal serupa dengan Kartini. Warga Tanah Abang ini awalnya mengeluh sakit kepala sebelah dan tangan kirinya semper. "Kata dokter saya kelebihan kolesterol. Sejak 5 tahun lalu. Saya suka kumat kalau malas pantang," kata Yoyon sambil tersenyum.

Teknik penyembuhan kepada Yoyon saya dengan Kartini. Yoyon diminta mengiklaskan penyakitnya kepada Sang Pencipta, sambil menyaru mohon kesembuhan. "Hasilnya, kepala sembuh, tangan sudah baik," tutur Yoyon.

Ia mengaku, bagian tubuhnya yang diteping adalah ubun-ubun, bagian atas mulut, bagian bawah mulut, samping mata, ketiak dan tengkuk. Baik Kartini maupun Yoyon sama-sama berharap kesembuhannya bersifat permanen. "Sembuh selamanya, dan juga pantang terus," tandas Yoyon.

Lebih jauh Faiz mengungkapkan metode SEFT sudah dimodifikasi dengan menekankan kekuatan spiritual. "Secara tidak langsung, melalui pengobatan seperti ini, pasien ingat Tuhan," paparnya.

Supaya pengobatan ini berkelanjutan, tambah Faiz, mereka juga diajarkan bagaimana mempraktikkan terapi SEFT ini. Tujuannya, supaya mereka bisa membantu orang lain dan juga bisa menyembuhkan dirinya sendiri kalau penyakitnya kumat.

MINGGU, 26 JULI 2009 | 16:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -http://www.kompas.com/read/xml/2009/07/26/16184089/inilah.terapi.seft.gabungan.14.teknik.terapi

Al Gore Soroti Emisi Karbon

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, kemarin, mendukung pembuatan undang-undang yang diajukan oleh perdana menteri Australia untuk memotong emisi karbon sebelum konferensi perubahan iklim internasional yang besar pada tahun ini.

Gore, yang memenangi Hadiah Nobel Perdamaian atas kerjanya terhadap pemanasan global, telah bertemu Perdana Menteri Kevin Rudd untuk membahas kemajuan Australia sebelum pertemuan pada Desember mendatang di Copenhagen, Denmark. Pada pertemuan di Denmark itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengupayakan keputusan akhir baru untuk mengatasi masalah iklim seluruh dunia. "Para negosiator dari seluruh dunia akan membutuhkan momentum politik yang segar, suatu mandat yang segar agar menghasilkan di Copenhagen," kata Rudd.

Rudd ingin para anggota parlemen Australia mengesahkan skema penurunan karbon sebelum konferensi Copenhagen. Namun, oposisi ingin menunggu hingga setelah konferensi dilaksanakan. (*/AP/I-1)

11.25 WIB Sydney, Australia - Kamis, 16 Juli 2009 00:00 WIB

Jepang Akan Kurangi Emisi Karbon 15 Persen

Perdana Menteri Jepang Taro Aso kemungkinan akan mengumumkan, Jepang sebagai pihak yang memproduksi gas rumah kaca terbesar kelima dunia, akan mengurangi emisi dengan 15 persen pada 2020 dari tingkat 2005, demikian laporan radio nasional Jepang, NHK, Rabu (10/6).


Pemerintahan Perdana Menteri Jepang taro Aso telah melihat pada enam opsi untuk begaimana dan berapa banyak pengurangan emisi pada 2020 di Jepang, kisarannya dari minus 4 persen sampai minus 30 persen dari tingkat 2005.

Pengurangan sebesar 15 persen dari tingkat 2005 akan menjadi suatu penurunan yang sedikit lebih besar opsi minus 14 persen - setara dengan minus 7 persen dari 1990 - yang telah media laporkan sebagai skenario yang sangat memungkinkan.

Aso menetapkan mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan target pengurangan emisi gas rumah kaca 2020 Jepang pada pukul 0900 GMT.

RABU, 10 JUNI 2009 | 09:02 WIB

TOKYO, KOMPAS.com -http://sains.kompas.com/read/xml/2009/06/10/09021052/jepang.akan.kurangi.emisi.karbon.15.persen

4.000 Batang Mangrove Untuk Pantai Teluk Awur

Kelompok studi ekosistem mangrove Teluk Awur (Kesemat) jurusan ilmu kelautan fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Diponegoro (Undip) setiap tahun menanam bibit mangrove rata-rata 4.000 batang di seputar lokasi kampus di Desa Teluk Awur, sekitar 5 kilometer selatan pusat pemerintahan Kabupaten Jepara.

Penanamannya menurut koordinator Kesemat Undip, Arief Marsudi Harjo, Minggu (26/7), dilakukan sejak 2003, dengan tingkat kematian di bawah 10 persen, sehingga, luas tanaman sampai saat ini mencapai 2 hektar. "Memang kami masih konsentrasi di seputar kampus, setelah itu baru melebar ke seputar desa pantai. Pemkab Jepara setiap tahun juga membantu kegiatan kami Rp 4 juta," tuturnya.

Selain itu Kesemat pada akhir Februari 2009, juga menggulirkan program atau gerakan Penyelamatan Mangrove dengan jargon Ingatlah setiap satu ekor udang yang kita makan, bisa satu batang pohon mangrove lebih dikorbankan .

Menurut Arief, salah satu penyebab kegagalan penanaman hingga penyelamatan mangrove, akibat dari meledaknya budidaya udang di era 1980 an hingga menjelang akhir 1990, sehingga terjadi pembabatan hutan mangrove hingga pengusaan secara ilegal kawasan pantai

Sedang pemkab Jepara, menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara, Akid, sudah sejak lebih dari 7 tahun terakhir selalu memperoleh bantuan dana dari APBD dan APBN untuk penanaman mangrove. "Namun demikian terkendala banyak hal sehingga belum semua wilayah pantai sepanjang 72 kilometer tertanami mangrove. Lagi pula kondisi tanaman ini lebih dari 90 persen rusak berat," tuturnya.

Kendala itu antara lain, lahan seputar pantai sudah bersertifikat, sehingga tidak memungkinkan untuk menciptakan jalur hijau hutan mangrove selebar 200 meter sesuai surat keputusan bersama Menteri pertanian dan Menteri Kehutanan.

Bahkan menurut Akid, juga terkait dengan kerusakan terumbu karang pada sebagian besar wilayah pesisir di Jepara dengan katagori sangat buruk. Lalu rusaknya padang lamun, terjadi abrasi di banyak titik hingga penurunan kualitas lingkungan perairan. "Selain menanam mangrove, kami juga pernah menggunakan beton bertulang, ban-ban bekas, hingga batang-batang pohon kelapa untuk menahan laju gelombang, tetapi untuk sementara ini tingkat keberhasilan samasekali tidak siginifikan," tuturnya.

Abrasi terparah di Jepara, menimpa Desa Bulak Kecamatan Kedung yang terjadi secara bertahap dan puncaknya pada 11-13 Januari 1981. Akibatnya 25 rumah roboh, 100 rumah lainnya rusak, sehingga penduduk harus bedhol desa setelah ombak Laut Jawa memundurkan rumah mereka lebih dari satu kilometer.

Sedang di Kabupaten Pati menurut catatan Badan perencanaan pembangunan daerah (Bappda) sampai dengan akhir 2007 belum memiliki tata ruang pantai, namun sudah mempunyai perangkat pengatur pantai sepanjang 60 kilometer, yaitu peraturan daerah (perda) nomor 4 /2003 tentang pengelolaan wilayah pesisi dan laut dan perda 19/1997 tentang garis sempadan dan perda nomor 4/2004 (khus usnya pasal 26 ayat I, tentang tanah timbul yang dikuasai negara

Dengan demikian apabila kedua perda tersebut diterapkan secara konsisten , permasalahan pelestarian mangrove sudah bisa diatasi dan dilestarikan.Bahkan pihak Polres Pati telah membentuk foru m kemitraan polisi masyarakat, sebagai sarana membantu polisi dalam menyelesaikan kasus-kasus berskala ringan- seperti halnya menyangkut kasus di kawasan pesisir.

Sedang Dinas Kehutanan dan Perkebunan, maupun Dinas Kelautan dan Perikanan juga ikut aktif me mbantu pembibitan, pelatihan dan sebagainya yang menyangkut mangrove. Namun tetap saja hingga menjelang akhir Juli 2009, tingkat kerusakan (ketidak berhasilan) tanaman mangrove yang tersebar di Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Trangkil, Wedarijaksa, Juwana hingga Batangan masih cukup parah.

Di Kabupaten Demak yang memiliki garis pantai sepanjang 34,1 kilometer, yaitu dari wilayah Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang hingga Wedung, kondisi tanaman mangrove maupun tingkat abrasi justru semakin parah. Terutama di Kecamatan Sayung.

Sedang menurut Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jragung Tuntang (Jratun), Jajat Jatniko Holil , dalam semiloka lingkungan hidup di Pati (21 November 2007), penyebaran ekosistem mangrove mencapai 50.690 hek tar dan hutan pantai 26.638 hektar. Tersebar sepanjang 484 kilometer di 13 kabupaten kota, yaitu sejak dari Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Batang, Kendal, Kota Semarang, Demak, Jepara (termasuk Karimunjawa), Pati dan Rembang.

Tanaman mangrove yang rusak berat mencapai 249,8 hektar dan terluas di Kendal (668 hektar) dan luas abrasi tercatat 2.910 hektar, dengan daerah terparah di Demak (145 hektar).

MINGGU, 26 JULI 2009 | 18:27 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Natanael Suprapto

JEPARA, KOMPAS.com - http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/26/18270089/4.000.batang.mangrove.untuk.pantai.teluk.awur.

Hutan Bekutuk dan Lumpur Kesongo Jadi Kawasan Konservasi

Hutan Bekutuk dan Lumpur Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan atau KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah merupakan kawasan bernilai konservasi tinggi atau KBKT. Kawasan itu menyimpan aneka satwa, fauna, sumber-sumber air, dan penopang daerah aliran sungai.

Administratur KPH Randublatung Ahmad Ibrahim, Minggu (26/7), di Blora, mengatakan Perhutani mengkaji dan mengidentifikasi kawasan hutan KPH Randublatung sebagai KBKT bersama lembaga Tropical Forest Trust, masyarakat desa hutan, Dinas kehutanan, dan Bagian Lingkungan Hidup Kabupaten Blora. Metode yang digunakan adalah Proforest Tollkit .

Proforest Tollkit berbentuk konsultasi m asyarakat desa hutan berdasarkan pola perencanaan konservasi secara partisipatif . Konsultasi itu dilakukan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan hidup melalui sistim perencanaan konservasi situs- situs yang ada dalam kawasan hutan. "Perhutani melakukan identifikasi tersebut untuk menyusun strategi dan monitoring peng elolaan kawasan bernilai tinggi," kata Ibrahim.

Menurut Ibrahim, kawasan hutan KPH Randublatung yang menjadi KBKT adalah Hutan Bekutuk dan Lumpur Kesongo. Hutan Bekutuk merupakan kawasan cagar alam jati. Sela in jati, hutan seluas 25,4 hektar itu merupakan tempat hidup Elang Bido (Spilornis cheela), Merak Hijau (Pavo muticus), dan Biawak (Varanus salvator).

Adapun sumber lumpur Kesongo merupakan kawasan hutan seluas 105,9 hektar. Hutan tersebut merupakan perpaduan hamparan rawa seluas 16 hektar, savana 79,9 h ektar, dan sumber lumpur 10 hektar .

Kawasan itu juga merupakan sarang 19 jenis burung migran. "Burung-burung itu antara lain Kuntul Putih (Bulbucus ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), Belibis Batu (Dendrocygna javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus cinnamomeus ) dan Cangak Merah (Ardea purpurea)," ujar Ibrahim.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Blora Suhadi meminta masyarakat Blora, khususnya ya ng tinggal di sekitar hutan, turut menjaga kelestarian kawasan konservasi itu. Kalau tidak dijaga, kawasan itu akan rusak.

Di kawasan hutan KPH Randublatung terdapat pula tujuh mata air yang menjadi sumber air masyarakat. "Untuk itu, masyarakat turut menghijaukan kawasan-kawasan gundul, cukup dengan satu orang satu pohon," kata dia.

Laporan wartawan KOMPAS Alb. Hendriyo Widi Ismanto

MINGGU, 26 JULI 2009 | 18:12 WIB BLORA, KOMPAS.com -

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/26/18124297/hutan.bekutuk.dan.lumpur.kesongo.jadi.kawasan.konservasi..

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...