Friday, July 31, 2009

Pantai Utara Jakarta Kritis

Kondisi lingkungan di pantai utara Jakarta dalam kondisi kritis. Dari 32 kilometer garis pantai Jakarta, hanya tiga kilometer pantai atau 10 persen yang masih ditumbuhi mangrove.

Kepala Kantor Pengelola Lingkungan Hidup (KPLH) Jakarta Utara Hotman Silaen, Jumat (30/7) di Jakarta Selatan, mengatakan, ketiadaan penahan gelombang itu menyebabkan pantai utara Jakarta rawan terhadap pengikisan atau abrasi.

Idealnya, hutan mangrove seharusnya terdapat di sepanjang pantai. Namun, saat ini tidak mungkin menumbuhkan mangrove di sepanjang pantai karena banyak yang sudah digunakan sebagai pelabuhan, hotel, dan taman hiburan.

”Jakarta seharusnya memiliki hutan mangrove minimal sepanjang 15 kilometer. Tanpa mangrove, gelombang laut akan menggerus pantai,” kata Hotman.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan, Pemprov DKI akan menanami lahan seluas 40 hektar di kawasan Angke-Kapuk dengan tanaman bakau. Saat ini sudah ada sekitar 296,7 hektar hutan mangrove yang menjadi sabuk hijau di pantai utara, di kawasan Angke-Kapuk.

Kawasan yang menjadi bagian sabuk hijau adalah Hutan Lindung Angke Kapuk seluas 44,76 hektar dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk 99,82 hektar, Kebun Bibit Angke Kapuk 10,51 hektar, Suaka Marga Satwa Muara Angke 25,02 hektar, dan Transmisi PLN 23,7 hektar. Selain itu terdapat juga di Cengkareng Drain 28,39 hektar, Jalan Tol Sedyatmo dan Jalur Hijau seluas 95,50 hektar, serta Ecomarine Tourism Muara Angke 7 hektar.

Salah satu perusahaan yang akan menghijaukan kawasan sabuk hijau itu adalah PT Kapuk Naga Indah (KNI). Manajer Komunikasi dan Hubungan Media PT KNI Kosasih Wirahadikusumah mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas kawasan sabuk hijau seluas 17,8 hektar.

PT KNI akan membangun tanggul sebelum menghijaukan kawasan sabuk hijau. Tanggul tersebut diperlukan agar bibit bakau tidak mati dilanda gelombang laut. (ECA)

Jumat, 31 Juli 2009 | 03:39 WIB

Jakarta, Kompas - http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/31/03393673/pantai.utara.jakarta.kritis

Sampah Elektronik Bisa Didaur Ulang

Perkembangan teknologi elektronik di dunia saat ini telah jadi bagian dari keseharian kita. Hampir semua aktivitas masyarakat butuh perangkat ini. Hal ini memicu peningkatan volume sampah elektronik yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.

”Salah satu cara mengurangi dampak sampah elektronik adalah lewat proses daur ulang,” kata Chandra P Mahjoeddin, ahli lingkungan dari TES-AMM Indonesia, perusahaan daur ulang sampah elektronik, Kamis (30/7) di Jakarta. Karena itu, masyarakat diminta memberi sampah elektronik, seperti ponsel yang tak terpakai untuk didaur ulang.

”Sebuah ponsel dibuat dari berbagai bahan, seperti plastik di penutup dan berbagai elemen logam di peralatan elektronik, seperti charger dan aksesori, yang bisa didaur ulang,” kata Bambang N Gyat, Representatif TES-AMM Indonesia. Setiap bagian dari ponsel dapat didaur ulang.

Sejauh ini ada beberapa sumber sampah elektronik atau peralatan elektronik bekas yang tak terpakai, yaitu daerah komersial, area industri, rumah tangga, dan fasilitas publik. Beberapa jenis sampah elektronik adalah alat rumah tangga, seperti lemari es, mesin cuci, blender, dan alat komunikasi, seperti telepon seluler.

Beberapa sampah elektronik lain adalah mainan anak-anak, kamera digital, komputer jinjing, dan alat-alat olahraga. ”Sampah elektronik menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Salah satunya, keterbatasan bumi dalam mendaur ulang plastik yang banyak dipakai sebagai bahan baku alat elektronik,” ujarnya.

Masalah lain adalah eksploitasi sumber daya alam yang ketersediaannya terbatas, seperti emas, perak, litium, besi, dan tembaga.

Peran produsen

Atas dasar itu, produsen alat elektronik perlu berperan serta dengan memproduksi produk ramah lingkungan dan menjalankan program daur ulang produk yang mereka hasilkan. Nokia, produsen telepon seluler, misalnya, punya program ponsel daur ulang secara sukarela yang dimulai tahun 1997 di Swedia dan Inggris. Kini produsen itu memiliki lebih dari 5.000 titik penempatan boks daur ulang ponsel dan aksesori di 85 negara, termasuk Indonesia.

Para konsumen juga bisa berperan serta dengan memakai produk multifungsi dan mendaur ulang peralatan elektronik bekas. Namun, tingkat kesadaran masyarakat tentang daur ulang sampah elektronik masih amat rendah. Konsumen bisa ikut gerakan peduli lingkungan dengan membantu daur ulang sampah elektronik, seperti ponsel.

Hasil survei konsumen secara global oleh Nokia menunjukkan, 3 dari 4 orang tidak terpikir untuk mendaur ulang ponsel bekas mereka. Hanya 3 persen konsumen mendaur ulang ponsel. ”Bahkan mereka tidak tahu telepon seluler dan aksesori bekas bisa didaur ulang,” kata Francis Cheong, Manajer Regional Nokia Bidang Market Environmental Affairs, SEAP.

Padahal, daur ulang ponsel bekas berdampak positif terhadap lingkungan. Sebagai contoh, sebuah ponsel bekas yang telah didaur ulang bisa mengurangi emisi gas karbon dioksida 12.585 kilogram. Situs www.epa.gov menyebutkan, 2 juta ponsel yang didaur ulang mengurangi dampak emisi gas rumah kaca setara polusi dari 1.368 kendaraan bermotor selama setahun.

Jika 3 miliar jiwa dari semua orang yang memiliki ponsel di seluruh dunia masing-masing mendaur ulang satu ponsel, akan mengurangi bahan baku 240.000 ton. Manfaat lain adalah mengurangi gas rumah kaca setara 4 juta kendaraan bermotor. ”Gerakan daur ulang sampah elektronik secara global dimulai dari kesadaran diri dan partisipasi yang menghasilkan kontribusi signifikan dalam melestarikan lingkungan berkelanjutan,” kata Francis. (EVY)

Jumat, 31 Juli 2009 | 03:38 WIB

Jakarta, Kompas - http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/31/03384792/sampah.elektronik.bisa.didaur.ulang

Variasi Uji Coba BlackBerry CDMA Lebih Rumit

Indosat belum juga menunjukan tanda-tanda akan merilis BlackBerry CDMA untuk layanan StarOne. Jangankan memasarkan, uji cobanya saja diakui belum rampung sampai detik ini.

Padahal sebelumnya, operator ini berjanji akan merilis layanan BlackBerry untuk CDMA pada Mei 2009 lalu. Namun sejumlah kendala masih belum terselesaikan sehingga rencana peluncuran jadi terkatung-katung.

"Kita belum luncurkan BlackBerry CDMA bukan karena sertifikat impor RIM (produsen BlackBerry) dibekukan. Kalau pun tidak dibekukan tetap saja kami belum bisa, karena uji cobanya saja masih belum selesai," jelas Chief Marketing Officer Indosat, Guntur Siboro, di Hard Rock Cafe, Jakarta, Kamis (30/7/2009) malam.

Lebih lanjut ia menjelaskan, uji coba untuk BlackBerry CDMA memakan waktu relatif lebih lama dibanding BlackBerry GSM seperti yang saat ini beredar di pasaran. "Karena standardisasinya tak seperti GSM."

"Di AS, BlackBerry CDMA semua di-inject, tidak ada yang RUIM card. Jadi mesti disesuaikan. Segala kemungkinan kami coba, baik inject maupun dengan kartu RUIM. Variasi percobaannya lebih banyak. Jadi makan waktu lebih lama," pungkas pria yang sebelumnya menjabat direktur di Indosat itu.

Adapun tipe perangkat BlackBerry CDMA, biasanya memiliki nomor seri akhir 50. Misalnya, BlackBerry Curve seri 8350, Bold 9050, Storm 9550, dan lainnya.

Sejatinya, tak hanya Indosat yang akan merilis BlackBerry untuk CDMA. Operator lainnya yang juga menyatakan siap adalah Smart Telecom. Sementara, Telkom (Flexi), Bakrie Telecom (Esia), dan Mobile-8 Telecom baru sebatas mempertimbangkan.
( rou / ash )

Jakarta, 31 Juli 2009

Teknologi 4G LTE Sulit Masuk ke Indonesia

Ada dua hal yang menyebabkan operator seluler di Indonesia terancam tak bisa mengimplementasikan teknologi jaringan generasi keempat (4G) berbasis Long Term Evolution (LTE). Apa saja?

Alasan pertama karena masalah Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). 4G LTE kemungkinan tak bisa diimplementasikan di Indonesia jika perusahaan teknologi asing yang mengusung inovasi tersebut tak mampu mengajak mitra lokal bekerja sama memenuhi ketentuan kandungan dalam negeri.

"Kemungkinan TKDN seperti di Wimax BWA akan diterapkan juga di LTE agar tercipta equal level playing field. Jika para pengusung LTE tidak bisa memenuhi TKDN, bisa saja tidak bisa diimplementasi di Indonesia," kata Direktur Standardisasi Ditjen Postel Depkominfo, Azhar Hasyim, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (29/7/2009).

Sejauh ini di Wimax BWA, baru dua perusahaan yang dinyatakan lulus TKDN oleh pemerintah, yakni Harrif dan TRG. Keduanya memperoleh sertifikasi perangkat untuk 4G Wimax BWA dengan standar nomadic atau 16d.

"Ada banyak perusahaan asing yang mengajukan sertifikasi, tetapi kami tolak karena tidak mampu memenuhi TKDN. Bahkan ada juga yang memasukkan sertifikasi perangkat Wimax standar mobile atau 16e. Padahal lelang untuk Wimax 16e baru dilakukan tahun depan," kata Azhar.

Sudah ditunggu

Kembali ke LTE, teknologi seluler ini sejatinya merupakan pengembangan terakhir dalam hal akses data bergerak dengan standar IEEE 802.20. Teknologi ini sudah ditunggu oleh sejumlah operator seluler seperti Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo Pratama (XL) untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan akses data mereka.

Jelas saja, LTE yang merupakan kelanjutan dari 3G/HSPA, lebih mudah untuk diimplementasikan karena dari aspek ketersediaan spektrum, LTE dapat digunakan pada alokasi frekuensi yang tersedia saat ini.

Namun demikian, LTE bisa saja tidak dibutuhkan oleh operator seluler. Sebab, jika dilihat dari perkembangan teknologi seluler sejak evolusi GSM, ketika memasuki era LTE ada garis terputus. Ini yang jadi alasan kedua.

"Terdapat persimpangan mau memilih Wimax atau LTE. Sementara, di masa depan akan ada terminal yang memungkinkan Wimax dan LTE bisa dalam satu perangkat. Kalau sudah seperti ini, apa ada urgensi LTE dikembangkan di Indonesia," pungkasnya. ( rou / faw )

Jakarta, 30 Juli 2009

Data Bergerak akan Lampaui Trafik Suara di 2011

Seiring dengan peningkatan jumlah pelanggan yang mengakses internet dan men-download data melalui piranti bergerak, pertumbuhan trafik data bergerak (mobile data) naik dua kali lipat setiap tahun.

Bahkan, Nokia Siemens Networks memperkirakan bahwa dengan tingkat pertumbuhan saat ini, pada 2011 data bergerak akan melampaui trafik suara dan tumbuh secara eksponensial hingga 2013.

Dalam memenuhi kebutuhan trafik data yang tumbuh pesat ini Nokia Siemens Networks sendiri telah berhasil mencapai tonggak bersejarah dengan melayani 500 juta pengguna data bergerak, setara dengan sekitar 40% trafik data bergerak di seluruh dunia saat ini

Faktor pendorong yang membuat NSN meraih prestasi tersebut adalah beragam solusi inti paket (packet core) yang memungkinkan para operator menangani pelanggan layanan bergerak dalam jumlah besar, bahkan ketika mereka menggunakan layanan data secara intensif, melalui perangkat jaringan yang jumlahnya sangat sedikit.

Dikutip detikINET dari keterangan tertulis, Jumat (31/7/2009), solusi ini dipadukan dengan inovasi teknik seperti Direct Tunnel, yang menyediakan arsitektur konektivitas flat yang lebih sederhana bagi operator. Solusi ini diklaim membuat peningkatan kapasitas seiring pertumbuhan trafik menjadi lebih mudah dan menguntungkan.

Jakarta, 31 Juli 2009

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...