Saturday, August 1, 2009

UU ITE Menjerat Prita Lantaran Sudah Diberlakukan

Kejaksaan Agung menilai kasus Prita yang kembali memasuki tahapan pemeriksaan selanjutnya semata untuk kebaikan Prita sendiri. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, M. Jasman Pandjaitan, menilai meski kasus Prita kembali disidangkan namun tidak akan berhubungan langsung dengan adanya penambahan masa tahanan.

"Jangan terlalu jauh, ikuti saja prosesnya, kemarin kan hakim sudah menahan, gak bisa lagi dong Prita ditahan dan sudah dianulir tidak perlu ada penahanan lagi" ujar Jasman, Jumat (31/7).

Jasman mengatakan selama ini pokok pengusutan kasus tersebut baru memasuki tahapan pemberkasan belum masuk pokok perkara. "Kita lihat dulu di perkara pokoknya. Kita uji apakah apa yang disampaikan oleh Prita itu tindak pencemaran atau tidak, itu nanti dia akan diuji," tegasnya.

Menurut Jasman perkara Prita memang akan disidangkan kembali. Bahkan putusan sela pengadilan tinggi yang menganulir putusan pengadilan negeri Tangerang, menurut Jasman, cukup bijaksana untuk mengakomodir kepentingan penuntut umum maupun yang mewakili kepentingan masyarakat maupun kepentingan Prita sendiri.

"Karena putusan PN Tangerang masih menyangkut masalah formil belum pokok perkara dan apabila perkara ini dibuka kembali di PN Tangerang dengan membuka kembali pokok perkara maka ada kepastian hukum apakah memang terbukti merupakan perbuatan pencemaran nama baik," ujarnya.

Terkait penggunaan UU ITE dalam menuntut Prita, Jasman bilang hal itu dilakukan karena memang undang-undang tersebut sudah diberlakukan.

Jakarta, 31 Juli 2009

Adu Pintar dan Canggih Sistem Operasi Ponsel Pintar

MALAS menenteng-nenteng notebook? Ganti saja dengan netbook. Si netbook masih terasa besar? Silakan Anda gunakan ponsel smartphone.

Ya, kita bisa tetap bekerja dengan menggunakan ponsel pintar sebagaimana memakai PC, laptop, maupun netbook. Keleluasaan itu tak lepas dari dukungan sistem operasi alias operating system (OS) si handset.

Sama seperti pada PC, notebook, dan netbook, sistem operasi pada ponsel merupakan “jiwa” yang mengatur hardware dan software. Semakin pintar si smartphone, sistem operasinya juga lebih kompleks.

OS-lah yang bertanggung jawab mengoperasikan smartphone, misalnya menjalankan fungsi keyboard, browsing, e-mail, SMS, multimedia messaging (MMS). OS pula yang melakukan sinkronisasi antara aplikasi software dengan fungsi perangkat keras, seperti memutar musik, merekam, atau memotret.

OS smartphone yang populer antara lain Windows Mobile, Symbian, BlackBerry, Palm, Android dan iPhone. Masing-masing OS memiliki keunggulan dan kelemahan.

Kecuali di BlackBerry dan iPhone yang mengembangkan OS-nya sendiri, umumnya, satu vendor memakai beberapa OS untuk menjiwai seri-seri produk mereka. Sony Ericsson, misalnya, pernah menggunakan OS bikinan sendiri pada ponsel seri W995, W508, C903, dan C901. Mereka pernah mencangkokkan Symbian UIQ pada ponsel seri P1i, P990 dan seri P lain; serta Symbian S60 pada Satio U1i dan Windows Mobile pada X1.

Sesuaikan dengan manfaat

Awal tahun ini SE bergabung dengan Open Handset Alliance dan akan mengembangkan ponsel berbasis Android keluaran Google. “Semuanya didasarkan pada dasar pendekatan pengembangan produk di SE yang mengutamakan kebutuhan konsumen,” kata Djunadi Satrio, Kepala Pemasaran SE Mobile Communications Indonesia.

Jadi pilih OS yang mana? Menurut VP Channel Management Telkomsel, Gideon Eddi Purnomo, ada dua hal yang menjadi pertimbangan konsumen memilih OS smartphone, yaitu kebutuhan dan gaya hidup.

Dari segi kebutuhan, Windows Mobile dan Palm sangat kuat di fungsi-fungsi kantor, seperti faks, presentasi, dan segala hal yang bisa dilakukan komputer. Maklum, pengembang Windows Mobile adalah Microsoft, embahnya software komputer.

Sementara untuk gaya hidup, seperti pemutar video, memotret, atau memutar musik, Symbian lebih cocok. OS ini relatif sederhana karena pengembangnya adalah vendor besar seperti Nokia, SE, dan Motorola.

Komunikasi lewat e-mail atau chatting bisa sangat maksimal dan hemat dengan OS BlackBerry. “Black Berry punya kemampuan memampatkan data sehingga penggunaan GPRS lebih murah, konsumen yang sangat peduli tarif tentu senang,” kata Gideon.

Lain halnya dengan OS iPhone. Keunggulannya sebagai smartphone yang stylish dan menghibur belum bisa disaingi OS lain “Lifestyle dan sentimen di kelompok sosial konsumen lebih dominan,” lanjut Gideon.

Di tengah persaingan sengit itu, terseliplah OS Android yang banyak menyita perhatian para vendor, seperti HTC dan SE. Daya tarik Android adalah sifatnya yang open source alias bebas dikembangkan siapa saja.

Gideon menyarankan konsumen fokus ke manfaat smartphone. “Cari smartphone dengan OS yang memang bermanfaat untuk hidup dan karier Anda,” imbuhnya.

Push E-Mail: Pakai BlackBerry, Ovi Mail, atau Internet?

Salah satu kecanggihan sistem operasi smartphone adalah push e-mail. Fungsi ini kini sudah sepopuler pesan singkat alias SMS.

Cara kerjanya, ketika sebuah e-mail masuk ke akun seseorang, layanan “push” akan mengirimnya secara otomatis ke perangkat smartphone Anda. Sementara e-mail “asli” tetap berada di inbox. Jadi, handset bisa menerima e-mail secara real time dan tersambung dengan layanan messenger lain.

Push e-mail merupakan fasilitas andalan BlackBerry. Vendor asal Kanada ini bersedia “membagi” teknologi mereka ke handset lain berbasis Symbian dan Windows Mobile lewat Blackberry Connect.

Namun, tentu saja, fungsi software berbayar itu tidak semaksimal messaging di mesin BlackBerry asli. Contoh saja, besarnya lampiran (attachment) dalam sebuah e-mail maksimal cuma 32 kilo-byte (kb). Selain itu, biaya operasional software ini juga lebih mahal daripada BlackBerry sendiri. Untuk berlangganan layanan ini dari operator, selisihnya bisa sebesar Rp 25.000 per bulan.

Nokia yang gerah dengan push e-mail BlackBerry, Februari lalu meluncurkan Ovi Mail. “Sekarang, hanya dengan satu alat kita bisa mengakses semua e-mail serta instant messaging (IM). Nokia Messaging mudah diinstal karena hanya memerlukan alamat e-mail serta password untuk mengaktifkan e-mail atau IM,” ungkap Vice President Sales Southeast Asia and Pacific, Nokia Chris Carr.

Anda juga bisa men-download software push e-mail dari internet. Salah satu yang cukup populer di Indonesia adalah Emoze. Aplikasinya hanya mempan digunakan di handset berbasis OS Windows Mobile dan Symbian. Sayangnya, aplikasi gratis tersebut tidak bisa membaca lampiran dari e-mail.

Agar mampu membaca e-mail berlampiran, software Seven mungkin bisa menjadi pilihan. Namun, tak seluruh aplikasi ini gratis. Ia bisa digunakan untuk ponsel Windows Mobile 5, Symbian S60v3 dan Symbian UIQ v3, Palm OS 5.x, Sony Ericsson J2ME, serta Nokia S40 J2ME.

Software push e-mail yang lebih variatif adalah Morange. Sama seperti Seven, ada dua macam Morange, yakni VIP (berbayar) dan gratis. Dengan Morange, semua fitur chat, RSS reader, IM ganda, membaca lampiran, penyimpanan dan fasilitas lainnya bisa dinikmati. Jika Anda tak berlangganan VIP harus siap-siap kecewa, Morange gratis hanya berumur sebulan.

Namun, hati-hati, tidak semua software tadi cocok untuk semua OS ponsel. Kalau tidak cocok, bisa-bisa Anda malah membuat ponsel hang, atau malah kehabisan batere. Maklum, daya untuk mengoperasikan push e-mail bisa menyedot tenaga batere dan tentu saja pulsa Anda.

Jakarta, 18 Juli 2009

source:http://weekend.kontan.co.id/index.php/read/xml/gadget/3283/adu-pintar-dan-canggih-sistem-operasi-ponsel-pintar#more-3283

Sinar Matahari Bersifat Karsinogen

Para ahli kanker internasional menetapkan bahwa tabung yang memancarkan sinar ultraviolet (tanning beds) dan semua benda yang memancarkan radiasi ultraviolet masuk kategori atas akan risiko kanker. Mereka bahkan menempatkan tingkat bahayanya sama dengan racun arsenik dan gas mustar. Selama bertahun-tahun para ilmuwan memosisikan radiasi ultraviolet dan sinar matahari yang membuat kulit coklat sebagai ”mungkin bersifat karsinogenik”.

Analisis terbaru terdiri dari 20 kali penelitian telah menyimpulkan bahwa risiko kanker kulit telah melompat sampai 75 persen ketika orang mulai menggunakan tanning beds sebelum usia 30 tahun. Para ahli juga menemukan bahwa semua jenis ultraviolet menyebabkan mutasi yang membahayakan terhadap mencit, yang membuktikan bahwa radiasi tersebut bersifat karsinogenik. Pada penelitian sebelumnya hanya disebutkan satu jenis radiasi ultraviolet yang berbahaya. Dengan klasifikasi yang baru ini, tembakau, virus hepatitis B, dan pembersih cerobong juga bersifat karsinogenik.

Riset tersebut telah dipublikasikan di jurnal kesehatan Lancet Oncology, Rabu (29/7), oleh para ahli di International Agency for Research on Cancer di Lyon, Perancis, yang mengurus kanker dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ”Orang perlu diingatkan akan bahaya menggunakan sunbeds,” ujar Vincent Cogliano, salah seorang peneliti kanker. ”Kami berharap, budaya yang keliru ini akan berubah sehingga para remaja tidak lagi berpikir untuk menggunakan sunbeds agar kulitnya bisa kecoklatan,” katanya.(AP/ISW)

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/30/0449427/kilas.iptek

Ponsel Ramah Lingkungan: Semoga Ramah Di Kantong Juga


SELAMA ini para vendor handset banyak menjual kecanggihan barang dagangan mereka. Tapi, kampanye Go Green rupanya membuat para produsen itu memperhatikan faktor lingkungan.

Maka, maraklah ponsel-ponsel ramah lingkungan. Operator pun langsung menyambut ponsel ramah lingkungan tersebut. Salah satunya adalah Indosat yang pekan lalu resmi meluncurkan ponsel Gaya (tenaga surya).

Bundling tersebut merupakan buah kerjasama Indosat dengan Comtiva Technology, produsen ponsel asal Amerika Serikat. Asyiknya, ponsel ramah lingkungan ini harganya sangat terjangkau, yakni Rp 480.000.

Ponsel Gaya tidak kalah dengan ponsel pada umumnya yang bertenaga listrik biasa. Dengan desain yang cukup trendi, ponsel ini tahan goncang dan tahan debu, jadi sangat cocok untuk kegiatan luar. Dari sisi manajemen daya, ponsel ini memiliki automatic charge yang akan mengisi batere jika terkena sinar matahari. Panel surya di belakang handset akan bekerja jika kapasitas batere kurang dari 90%.

Jika membeli ponsel ini, pelanggan akan mendapatkan kartu Mentari. Fiturnya antara lain, setiap akumulasi isi ulang Rp 20.000, pelanggan akan mencicipi bonus 50 SMS, bonus internet 100 menit dan bonus bicara hingga 120 menit. Ponsel Gaya akan beredar di masyarakat umum pada akhir Juli mendatang.

Pada tahap awal, Indosat menyediakan sejumlah 5.000 unit ponsel Gaya. “Hingga akhir tahun 2009, kami berkomitmen menyediakan 50.000 unit,” jelas Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya.

Produsen mapan memble

Sejatinya, pemain awal produk alternatif ini adalah Samsung dan kemudian Sharp. Belakangan, menyusul vendor asal China Hi-Tech Wealth (HTW). Sementara vendor yang sudah mapan seperti Nokia, Sony Ericsson dan Motorola terkesan adem ayem.

Sebagai pelopor, Samsung langsung mengeluarkan dua jenis ponsel tenaga surya pada Juni lalu. Keduanya adalah seri Samsung E1107 Crest Solar dan Samsung Blue Earth yang berbentuk candy bar.

Pada ponsel Samsung, panel surya bekerja menyerap energi jika ponsel dimatikan. Setiap pengisian ulang selama 1 jam, ponsel bisa memberi tenaga 5 - 10 menit. “Hasil dapat berbeda tergantung pada situasi,” jelas JK Shin, EVP & Head of Mobile Communication Division Samsung Electronics.

Crest Solar menyasar kelas low end. Spesifikasinya, dual band GSM, radio, nada dering MP3, lampu senter, dan mobile tracker. Harganya sekitar US$ 59 (Rp 5,9 juta dengan kurs Rp 10.000 per dolar AS). Sementara Blue Earth, berteknologi layar sentuh dengan material luar dari daur ulang botol air. Sayang, harga Blue Earth dan spesifikasinya belum diketahui.

The Solar Ketai buatan Sharp mempunyai keunggulan tambahan, yakni tahan air. Ponsel ini memiliki sensor ultra violet yang menentukan kapan saatnya harus “berjemur”. Dengan berjemur selama 10 menit, si ponsel bisa kuat dipakai bicara 1 menit atau 2 jam waktu siaga.

HTW menawarkan ponsel berbentuk clamshell ini yang harganya Rp US$ 510 (Rp 5,1 jutaan). Sementara ZTE menawarkan ponsel ramah lingkungan seharga US$ 40 per unit (Rp 4 jutaan).

Operator tak mau kalah

Yang jelas, tak hanya vendor saja yang berlomba menghijaukan diri dengan handset ramah lingkungan, melainkan para operator tak mau kalah. Mereka mencoba Go Green dengan membuat base transceiver station (BTS) menggunakan energi alternatif, mulai dari tenaga biofuel hingga tenaga surya.

Telkomsel misalnya sudah menegakkan 78 BTS dengan energi alternatif ramah lingkungan berupa tenaga surya, tenaga air, dan tenaga angin. Rencananya, Telkomsel akan membangun 4.000 BTS ramah lingkungan lagi, terutama di daerah yang pasokan listriknya terbatas.

Tren penghijauan BTS ini juga menular ke operator lain, seperti XL dengan biofuel, Three dan Axis dengan hidrogen, dan Indosat dengan biodiesel. Tri dan AXIS menyukai hidrogen karena selain hemat memang baik untuk lingkungan.

Kelebihannya, tidak bising, tidak beracun, tidak berbau karena zat buangannya berupa unsur air dan memiliki efisiensi proses yang jauh lebih baik dibanding sistem konvensional.

AXIS memvariasikan hidrogen dan matahari untuk suplai energi BTS-nya. Sebut saja BTS di kawasan Minas Barat, Sumatra Barat dan Deli Serdang Sumatra Utara.

Menurut Direktur Pemasaran AXIS Johan Buse, program penggunaan energi alernatif ini masih proyek percontohan. “Terobosan ini bisa memungkinkan kami untuk membangun BTS di area yang belum kami layani,” katanya.

AXIS juga memperkenalkan sistem hemat energi dan sistem pendingin di semua BTS-nya. Tujuannya, mengurangi penggunaan sumber daya dan emisi CO2. AXIS juga akan memperkenalkan turbin angin untuk memaksimalkan tenaga angin yang tersedia di sebagian wilayah di Indonesia.

Suresh Reddy, Chief Commercial Officer HCPTI -operator Tri- bilang, sejak awal tahun ini sudah ada 10 BTS Tri dari 6.500 BTS yang menggunakan energi hidrogen. “Ke depan kami akan memperbanyak energi hidrogen,” cetus Suresh.

Perkembangan energi alternatif Tri ini agak lambat. Alasan Suresh, karena mempertimbangkan kesiapan logistik, terutama di kawasan yang sulit mendapat tabung hidrogen.

Sementara Indosat mencoba memberdayakan petani biji jarak di sekitar lokasi BTS-nya. Indosat mengoperasikan enam BTS di Alas – Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan bahan bakar biodiesel. Energi itu dari hasil olahan perasan biji jarak 250 petani.

Rencananya, Indosat akan membangun 200 unit BTS bertenaga alternatif, dengan target 50 unit BTS setiap tahun. Selain biodeiesel, Indosat juga mengkombinasikan tenaga surya dan tenaga angin. Di Bali, sudah ada 20 BTS Indosat yang masih dalam tahap uji coba menggunakan dua energi alternatif tersebut.

Ponsel Ramah Lingkungan: Semoga Ramah Di Kantong Juga

SELAMA ini para vendor handset banyak menjual kecanggihan barang dagangan mereka. Tapi, kampanye Go Green rupanya membuat para produsen itu memperhatikan faktor lingkungan.

Maka, maraklah ponsel-ponsel ramah lingkungan. Operator pun langsung menyambut ponsel ramah lingkungan tersebut. Salah satunya adalah Indosat yang pekan lalu resmi meluncurkan ponsel Gaya (tenaga surya).

Bundling tersebut merupakan buah kerjasama Indosat dengan Comtiva Technology, produsen ponsel asal Amerika Serikat. Asyiknya, ponsel ramah lingkungan ini harganya sangat terjangkau, yakni Rp 480.000.

Ponsel Gaya tidak kalah dengan ponsel pada umumnya yang bertenaga listrik biasa. Dengan desain yang cukup trendi, ponsel ini tahan goncang dan tahan debu, jadi sangat cocok untuk kegiatan luar. Dari sisi manajemen daya, ponsel ini memiliki automatic charge yang akan mengisi batere jika terkena sinar matahari. Panel surya di belakang handset akan bekerja jika kapasitas batere kurang dari 90%.

Jika membeli ponsel ini, pelanggan akan mendapatkan kartu Mentari. Fiturnya antara lain, setiap akumulasi isi ulang Rp 20.000, pelanggan akan mencicipi bonus 50 SMS, bonus internet 100 menit dan bonus bicara hingga 120 menit. Ponsel Gaya akan beredar di masyarakat umum pada akhir Juli mendatang.

Pada tahap awal, Indosat menyediakan sejumlah 5.000 unit ponsel Gaya. “Hingga akhir tahun 2009, kami berkomitmen menyediakan 50.000 unit,” jelas Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya.

Produsen mapan memble

Sejatinya, pemain awal produk alternatif ini adalah Samsung dan kemudian Sharp. Belakangan, menyusul vendor asal China Hi-Tech Wealth (HTW). Sementara vendor yang sudah mapan seperti Nokia, Sony Ericsson dan Motorola terkesan adem ayem.

Sebagai pelopor, Samsung langsung mengeluarkan dua jenis ponsel tenaga surya pada Juni lalu. Keduanya adalah seri Samsung E1107 Crest Solar dan Samsung Blue Earth yang berbentuk candy bar.

Pada ponsel Samsung, panel surya bekerja menyerap energi jika ponsel dimatikan. Setiap pengisian ulang selama 1 jam, ponsel bisa memberi tenaga 5 - 10 menit. “Hasil dapat berbeda tergantung pada situasi,” jelas JK Shin, EVP & Head of Mobile Communication Division Samsung Electronics.

Crest Solar menyasar kelas low end. Spesifikasinya, dual band GSM, radio, nada dering MP3, lampu senter, dan mobile tracker. Harganya sekitar US$ 59 (Rp 5,9 juta dengan kurs Rp 10.000 per dolar AS). Sementara Blue Earth, berteknologi layar sentuh dengan material luar dari daur ulang botol air. Sayang, harga Blue Earth dan spesifikasinya belum diketahui.

The Solar Ketai buatan Sharp mempunyai keunggulan tambahan, yakni tahan air. Ponsel ini memiliki sensor ultra violet yang menentukan kapan saatnya harus “berjemur”. Dengan berjemur selama 10 menit, si ponsel bisa kuat dipakai bicara 1 menit atau 2 jam waktu siaga.

HTW menawarkan ponsel berbentuk clamshell ini yang harganya Rp US$ 510 (Rp 5,1 jutaan). Sementara ZTE menawarkan ponsel ramah lingkungan seharga US$ 40 per unit (Rp 4 jutaan).

Operator tak mau kalah

Yang jelas, tak hanya vendor saja yang berlomba menghijaukan diri dengan handset ramah lingkungan, melainkan para operator tak mau kalah. Mereka mencoba Go Green dengan membuat base transceiver station (BTS) menggunakan energi alternatif, mulai dari tenaga biofuel hingga tenaga surya.

Telkomsel misalnya sudah menegakkan 78 BTS dengan energi alternatif ramah lingkungan berupa tenaga surya, tenaga air, dan tenaga angin. Rencananya, Telkomsel akan membangun 4.000 BTS ramah lingkungan lagi, terutama di daerah yang pasokan listriknya terbatas.

Tren penghijauan BTS ini juga menular ke operator lain, seperti XL dengan biofuel, Three dan Axis dengan hidrogen, dan Indosat dengan biodiesel. Tri dan AXIS menyukai hidrogen karena selain hemat memang baik untuk lingkungan.

Kelebihannya, tidak bising, tidak beracun, tidak berbau karena zat buangannya berupa unsur air dan memiliki efisiensi proses yang jauh lebih baik dibanding sistem konvensional.

AXIS memvariasikan hidrogen dan matahari untuk suplai energi BTS-nya. Sebut saja BTS di kawasan Minas Barat, Sumatra Barat dan Deli Serdang Sumatra Utara.

Menurut Direktur Pemasaran AXIS Johan Buse, program penggunaan energi alernatif ini masih proyek percontohan. “Terobosan ini bisa memungkinkan kami untuk membangun BTS di area yang belum kami layani,” katanya.

AXIS juga memperkenalkan sistem hemat energi dan sistem pendingin di semua BTS-nya. Tujuannya, mengurangi penggunaan sumber daya dan emisi CO2. AXIS juga akan memperkenalkan turbin angin untuk memaksimalkan tenaga angin yang tersedia di sebagian wilayah di Indonesia.

Suresh Reddy, Chief Commercial Officer HCPTI -operator Tri- bilang, sejak awal tahun ini sudah ada 10 BTS Tri dari 6.500 BTS yang menggunakan energi hidrogen. “Ke depan kami akan memperbanyak energi hidrogen,” cetus Suresh.

Perkembangan energi alternatif Tri ini agak lambat. Alasan Suresh, karena mempertimbangkan kesiapan logistik, terutama di kawasan yang sulit mendapat tabung hidrogen.

Sementara Indosat mencoba memberdayakan petani biji jarak di sekitar lokasi BTS-nya. Indosat mengoperasikan enam BTS di Alas – Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan bahan bakar biodiesel. Energi itu dari hasil olahan perasan biji jarak 250 petani.

Rencananya, Indosat akan membangun 200 unit BTS bertenaga alternatif, dengan target 50 unit BTS setiap tahun. Selain biodeiesel, Indosat juga mengkombinasikan tenaga surya dan tenaga angin. Di Bali, sudah ada 20 BTS Indosat yang masih dalam tahap uji coba menggunakan dua energi alternatif tersebut.

Jakarta, 23 Juli 2009

source:http://weekend.kontan.co.id/index.php/read/xml/gadget/3401/ramah-lingkungan-semoga-ramah-di-kantong-juga

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...