Wednesday, September 23, 2009

300 Juta Penghuni, Facebook Kian Tak Tertandingi

Baru pada bulan Juli yang lalu Facebook mengumumkan bahwa situsnya didiami sebanyak 250 juta penduduk, kini dalam 2 bulan angka itu sudah bertambah.

Sebanyak 300 juta penduduk sekarang telah resmi mendiami Facebook. Hal ini mengacu pada informasi yang mereka rilis via blog milik Mark Zuckerberg.

Dan tak hanya mengumumkan mengenai ratusan juta penduduk di seluruh dunia yang telah digaetnya, Facebook juga menginformasikan bahwa mereka telah mampu memiliki investasi lebih dari U$S 700 juta.

Investasi yang dicapai Facebook ini, menjadikan situs itu mampu menghasilkan cash flow positif, sesuatu yang sebenarnya diharapkan Facebook terjadi di tahun 2010. Tentu saja hal ini menggembirakan bagi perusahaan yang awal mulanya didirikan 5 tahun lalu di kamar asrama Harvard ini.

"Awal tahun ini kami mengatakan bahwa kami berharap mampu menghasilkan cash flowpositif di tahun 2010, dan saya bersyukur bahwa ternyata kami meraih tonggak ini di kuartal terakhir, ujar Zuckerberg.

"Hal ini penting bagi kami untuk mengukuhkan Facebook sebagai layanan independen yang kuat untuk jangka panjang," tambahnya seperti dikutip detikINET dari Guardian, Rabu (16/9/2009).

300 juta penduduk yang mendiami Facebook sendiri, jika dibandingkan dengan jumlah pengguna internet di China, jumlahnya hampir sama banyaknya. Angka ini juga setara dengan jumlah seluruh peselancar maya di penjuru Eropa.

Dalam blognya Zuckerberg juga berjanji, ia akan terus melakukan eksplorasi untuk membuat performa layanannya makin mumpuni dan efisien mengingat jumlah penduduknya yang terus bertambah ini. ( sha / ash )

Jakarta - 16 September 2009

XL Catat Percakapan 630 Juta Menit dan 240 Juta SMS

Lama percakapan yang direkam oleh operator XL pada Hari H Lebaran tahun 2009, Minggu (20/9), naik 40 persen menjadi 630 juta menit dari 450 juta menit pada tahun 2008. Sementara itu, jumlah pesan singkat atau SMS naik dari 100 juta pada tahun 2008 menjadi 240 juta pada tahun 2009 ini.

"Bila dilihat dari trafik tertinggi, diketahui trafik percakapan tertinggi terjadi pada Hari H, Minggu (20/9), sebanyak 925 juta panggilan; SMS pada H-1, Sabtu (19/9), sebanyak 270 juta SMS; dan data terbanyak pada H-2, Jumat (18/9), sebanyak 2,7 terabytes," kata Manager Corporate Communication XL Febriati Nadira, Selasa (22/9) di Jakarta.

Dikatakan Nadira, secara nasional peningkatan trafik mencapai 44 persen, tertinggi di Jawa Tengah sebanyak 68 persen, dan di DI Yogyakarta sebanyak 58 persen. Adapun kenaikan trafik sudah dimulai sejak H-2, Jumat (18/9).

SELASA, 22 SEPTEMBER 2009 | 16:25 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Haryo Damardono

JAKARTA, KOMPAS.com — http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/09/22/16254490/xl.catat.percakapan.630.juta.menit.dan.240.juta.sms

Monday, September 21, 2009

Es Greenland Mencair Lebih Cepat


Daratan es di Greenland merespons pemanasan global lebih cepat dari dugaan semula selama 10.000 tahun terakhir. Akibatnya, kenaikan temperatur pada abad ini bisa menyebabkan bongkah-bongkah es di sana mencair dengan laju yang mengkhawatirkan. Ket.Foto: Foto udara gletser Ilulissat, Greenland diambil Juli 2009.

"Sangat mungkin kenaikan beberapa derajat celsius di Greenland akan menyebabkan hilangnya bongkah es masif dan naiknya permukaan air laut yang lebih besar dari perkiraan," demikian disebutkan dalam penelitian yang dipublikasikan minggu lalu di jurnal Nature.

Dataran es Greenland mengandung cukup air untuk menaikkan permukaan laut hingga tujuh meter. Bila es itu sampai mencair maka kota-kota dunia yang berada di pesisir akan tenggelam, dan ratusan juta orang terancam kehilangan tempat tinggal.

Sebelumnya, para peneliti yakin bahwa dua daratan es di Bumi—Greenland dan Antartika—akan tetap membeku hingga abad mendatang meski terjadi pemanasan global. Namun, perkembangan terakhir membuat mereka ragu karena melihat betapa cepatnya gletser mencair mengalir menuju lautan.


SENIN, 21 SEPTEMBER 2009 | 13:59 WIB

Kupu-kupu Elok Tertangkap Hubble


Setelah mengalami perbaikan, teleskop ruang angkasa Hubble kembali menampilkan foto-foto menakjubkan, salah satunya kupu-kupu angkasa dengan cahaya-cahaya elok. Ket.Foto: Kupu-kupu angkasa yang tertangkap Teleskop Hubble, sebenarnya adalah kumpulan debu dan gas panas tempat terbentuknya bintang-bintang.

Dengan pemasangan dua kamera baru dan beberapa perbaikan, Hubble mendapatkan foto galaksi-galaksi dan nebula—kabut gas dan debu bintang—lebih tajam dibanding gambar yang pernah diambil sebelumnya. Hubble juga berhasil menangkap cahaya-cahaya baru yang belum pernah dilihat.

Salah satu yang kemudian menjadi perbincangan adalah nebula yang menjadi tempat lahirnya bintang-bintang baru. Nebula berbentuk kupu-kupu ini memancarkan gas dan debu panas yang mengembang menyerupai sayap.

Foto-foto lain yang tak kalah indah adalah drama kosmis tentang kelahiran dan kematian bintang-bintang. Salah satunya memperlihatkan Carina Nebula, tempat kelahiran bintang berjarak 7.500 tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang bisa ditempuh cahaya selama setahun atau sekitar 9,6 triliun kilometer. Dalam foto tampak awan kemerahan yang dibombardir radiasi. Saat Hubble menggunakan spektrum cahaya berbeda, awan-awan itu menghilang dan tampaklah bintang-bintang muda berumur sekitar 100.000 tahun.

Foto yang berbeda memperlihatkan ribuan kelompok bintang yang tersebar dalam cahaya putih di antara titik-titik biru yang merupakan bintang panas dan titik-titik merah bintang yang lebih dingin.

Foto-foto Hubble ini diambil dalam galaksi Bima Sakti, kecuali lima galaksi spiral yang difoto dalam satu frame.

Dengan kemampuan barunya, Hubble akan mengarahkan kamera ke ujung terjauh jagat raya dan mengambil foto angkasa beberapa saat setelah Big Bang atau ledakan besar yang diyakini sebagai awal terbentuknya semesta.

SENIN, 21 SEPTEMBER 2009 | 10:23 WIB

Awas, Serangan Matahari Terhadap Bumi Komunikasi Bisa Mati


Matahari bisa menyerang Bumi dengan angin kuat, yang dapat mengganggu komunikasi, penerbangan dan saluran listrik bahkan ketika Matahari berada dalam tahap tenang di lingkaran 11-tahunnya. Ket.Foto: Matahari menyerang bumi dengan badai geomagnetik

Beberapa pengamat sejak lama telah menggunakan jumlah titik surya di permukaan Matahari untuk mengukur kegiatannya. Jumlah titik Matahari mencapai puncak pada apa yang disebut maksimum surya, kemudian turun untuk mencapai minimum selama satu lingkaran.

Pada puncaknya, lidah api surya yang sangat kuat dan badai geomagnetik menyemburkan sangat banyak energi ke antariksa, menggilas ladang magnetik yang melindungi Bumi, merontokkan satelit, mengganggu komunikasi dan mengakibatkan pancaran cahaya warna-warni.

Namun para ilmuwan di National Center for Atmospheric Research di Amerika Serikat dan University of Michigan mendapati bahwa Bumi dibombardir dengan angin surya secara gencar tahun lalu kendati Matahari berada pada tahap yang sangat tenang.

"Matahari terus mengejutkan kita. Angin surya dapat menghantam Bumi seperti selang pemadam, bahkan ketika jelas-jelas tak ada bintik surya," kata Sarah Gibson dari High Altitute Observatory di pusat itu dan pemimpin penulis studi tersebut.

Para ilmuwan sebelumnya mengira sebagian besar arus energi tersebut hilang saat lingkaran surya mendekati minimum.

Gibson dan timnya, yang juga meliputi para ilmuwan dari NOAA dan NASA, membandingkan pengukuran dari jeda minimum surya saat ini, yang diambil pada 2008, dengan pengukuran minimum terakhir surya pada 1996.

Penelitian itu, yang disiarkan di dalam Journal of Geophysical Research, terbitan paling akhir, mendapati kelaziman arus berkecepatan tinggi selama minimum surya pada 2008 tampaknya berkaitan dengan tatanan Matahari saat ini.

Saat jumlah bintik surya berkurang selama beberapa tahun belakangan ini, banyak lubang besar terbentuk di permukaan Matahari di dekat garis tengahnya.

Arus berkecepatan tinggi yang berhembus dari lubang itu menelan Bumi selama 55 persen masa studi pada 2008, dibandingkan dengan 31 persen pada masa studi 1996. Satu arus partikel yang terpancar dapat berlangsung selama 7 sampai 10 hari.

"Pengamatan baru dari tahun lalu mengubah pemahaman kami mengenai betapa jeda tenang surya mempengaruhi Bumi dan bagaimana serta mengapa ini mungkin mengubah dari satu lingkaran ke lingkaran lain," kata penulis bersama studi itu Janet Kozyra dari University of Michigan.



Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...