Wednesday, November 25, 2009

Siapa Bilang Enggak Bisa Peduli Bumi di Tempat Kerja?



Rasa pesimistis terhadap upaya hijau di Jakarta berkembang di kalangan pekerja kantoran. Sebagai individu yang berada di gedung berpuluh-puluh lantainya, apakah ada yang bisa dilakukan untuk peduli pada bumi? Toh pemakaian AC, listrik dan air sudah dikontrol dari sentral. Karenanya, kebanyakan berpikir, mayoritas para pekerja akhirnya cuma bisa 'diam'.  Ket.Foto: KOMPAS.com/Caroline Damanik
Sentosa Green Champion dari The Body Shop menjadi pemenang pertama Anugerah Jakarta Green Office 2009 kategori Owned Office di FX Plaza, Rabu (25/11).

Namun, sejumlah pekerja tak patah arang. Mereka mau dan mereka bisa. Siapa bilang tak bisa peduli bumi dari tempat kerja? Nuansa ini terasa dalam acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11). Enam pemenang bersukacita karena usahanya peduli bumi juga membuahkan bonus jutaan rupiah.

Contohnya Green Team dan Pandan. Dua pemenang kategori Tenant Office ini melakukan upaya peduli bumi. Green Team mendorong orang-orang di kantornya untuk melakukan penghematan air dan listrik lalu juga membuat tempat sampah yang dipilah menurut jenis sampahnya.

Sentosa Green Champion dari kantor The Body Shop sebagai Juara I kategori Owned Office tak jauh berbeda. Social Environmental Values Manager The Body Shop Rika Anggraini mengatakan memang ada tim khusus peduli bumi di kantornya. Tim yang berjumlah 15 orang ini sengaja dibentuk sejak 2008 untuk memotivasi rekan kerja lainnya melakukan penghematan dan aktivitas peduli bumi.

Ada empat hal rutin yang mereka lakukan di kantor, yaitu mengingatkan penghematan air, listrik, dan kertas. Untuk yang terakhir, memang didukung oleh kebijakan kantor. Sekitar 80 persen kertas yang digunakan adalah recycle paper. Sisanya untuk printing internal. Itupun harus dipakai bolak-balik, ungkapnya. "Nah, yang sudah tak dipakai lagi, itu dihancurkan. Kertas yang sudah dihancurkan dipakai lagi untuk packaging karena kami perusahaan kosmetik ya," ujar perempuan berjilbab ini.

Untuk penghematan listrik, mereka selalu giat secara sukarela menjadi reminder bagi rekan kerja lainnya untuk mematikan monitor komputer setiap hendak pergi makan siang. Biasa mereka pergi mengingatkan setiap pukul 11.50. Selain itu, mereka juga secara sukarela mengupayakan kategorisasi sampah sehingga ada empat tempat sampah, yaitu tempat sampah untuk plastik, kertas, makanan atau sampah basah serta botol, baik kaleng maupun plastik.

"Yang plastik kami kasih ke pengambil sampah. Yang makanan atau yang basah kami olah lagi jadi kompos di taman kantor kami," tuturnya.

Di halaman kantor ini pula, Rika dan rekan-rekannya mengupayakan taman yang saat ini sudah ditanami sekitar 100 tanaman. Menurutnya, ketika suasana kantor sangat hijau, di situ timbul inspirasi dan kreativitas bagi para karyawan.

Mereka juga menciptakan satu budaya di kantor. Setiap ada acara internal, baik rapat atau acara tertentu, mereka komitmen tidak menggunakan air kemasan. "Kami minta teman-teman membawa tempat minum masing-masing sehingga kita mengurangi pemakaian botol-botol plastik yang tak bisa didaur ulang," tandasnya.

Seakan belum puas, ke depannya, Rika mengatakan divisinya akan melakukan audit energi untuk mencari tahu berapa besar energi yang selama ini dihabiskan kantor. Dengan mengetahuinya, mereka jadi bisa menghitung berapa energi yang bisa dihemat ke depannya. Rika sangat bersyukur kantornya mendukung dengan kebijakan yang memberi keleluasaan.

Namun, lanjutnya, faktor penting, adalah motivasi dan kesukarelaan para karyawan di kantor. Jika tidak ada kesukarelaan, sulit mengupayakan program sebagus apapun. Jadi, masihkah sulit peduli bumi di tempat kerja?



RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 19:53 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik


Editor: wah

Akan Ada Aturan Lubang Resapan Biopori


Setelah aturan sumur resapan dan kolam resapan sudah dibekukan satu paket dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB), aturan tentang lubang resapan biopori akan 'naik kelas'. Pejabat Harian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan mengatakan pemerintah daerah tengah merencanakan aturan ini diikat dalam ketentuan hukum.

"Sumur resapan dan kolam resapan kan sudah wajib dalam IMB. Sekarang yang imbauan adalah lubang resapan biopori. Itu juga mau dibuat peraturan yang lebih tinggi," ujarnya dalam keterangan pers Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11).

Pembahasannya masih di tahap awal. Namun, menurut Ridwan, ini akan jadi prioritas karena lubang resapan biofori sangat berperan penting dalam mengantisipasi banjir. Tanpa mendetilkan penjelasannya dengan data, Ridwan mengatakan menurut perhitungan pakar, biopori sangat efektif untuk antisipasi banjir jika volumenya sampai 70 juta lubang di Jakarta.

"Kalau ini dilaksanakan, tentu bagus karena ini begitu murah dan mudah. Dengan membuat biopori di lahan taman kita yang tak terpakai, itu bisa menjadi sumbangan yang efektif," tandasnya.

RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 20:13 WIB

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik



Belum Ada Standar Green Building di Jakarta


Upaya menjadikan green buildingdi Indonesia sudah banyak terdengar. Bahkan banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah yang mengklaim sebagai green building. Tapi tahukah Anda, standar apa yang digunakan untuk menunjukkan suatu gedung patut dikategorikan ramah lingkungan?

Direktur Procon Integrated Property Solutions, Gunawan Yonatan mengatakan belum ada standar yang jelas dalam penetapan label green building untuk gedung-gedung di Indonesia, terutama Jakarta. "Green-nya standarnya apa dulu? Usahanya sudah ada tapi standarnya belum ada," tuturnya di sela acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11).

Menerka alasan sejumlah gedung menetapkan diri sebagai green building, dengan berseloroh Gunawan mengatakan para pengelola mungkin menggunakan standar sendiri yang disebutnya 'Standar Jakarta'. Parameternya sendiri tak jelas, lanjut Gunawan.

Gunawan enggan mengatakan karena ketiadaan standar atau pakem maka upaya green building sendiri untuk menjaga bumi sebenarnya tengah mengalami disorientasi. Namun, dia menegaskan bahwa sudah sepatutnya ada suatu standar yang ditetapkan bersama oleh pemerintah daerah dan asosiasi untuk memiliki standardisasi green building.

"Tengah digodok, tapi belum tahu juga kapan dan bagaimana," ungkapnya.

Merespon adanya standardisasi atau aturan tegas soal green building, Pejabat Harian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan mengatakan hal ini tengah dibicarakan.

"Green building akan selabel dengan pergub sedang dalam proses pembahasan dan harus dibahas bersamastakeholder sehingga masukan lebih operasional," ujarnya.

RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 20:03 WIB

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik



BNI Terima Asia Responsible Entrepreneurship Award



Sebagai salah satu bank papan atas BNI masih dipercaya publik menjadi bank yang peduli pada isu-isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diterima oleh BNI dari NGO Asia Pasifik (Enterprise Asia) untuk dua kategori sbb:

1. Green Leadership Award
2. Community Engagement Award

Malam penghargaan berlangsung pada hari Senin (23/11/2009) di Hotel
Sang-rila dimana BNI diwakili oleh sebelas orang, masing-masing lima orang Pemimpin Divisi, tiga orang anggota Corporate Sustainability Team dan tiga orang SKC Purwakarta termasuk debitur Kampoeng BNI Subang. Tampak pada foto: Intan Abdams Katoppo, Corporate Secretary BNI (mewakili Direksi BNI) menerima Award dari Datuk Seri Dr Fong Chang Onn, Chairman Entreprise Asia.

Kriteria untuk Green Leadership Award adalah sbb:

  1. Partisipan memiliki tanggung jawab yang besar dari dampak bisnis mereka terhadap lingkungan dan berusaha untuk mengurangi atau mengubah dampak itu.
  2. Partisipan secara sadar telah mengimplementasikan program-program atau usaha-usaha yang di dalamnya termasuk (tak terbatas pada): efisiensi energi, tanggungjawab produk, rancangan produk hijau, pengurangan limbah, konservasi air dan daur ulang.
  3. Faktor tambahan akan diberikan kepada partisipan yang memiliki program pengurangan dampak kerugian disertai program untuk mengubah dampak kerugian tersebut.
  4. Partisipan telah melakukan integrasi kinerja lingkungan ke dalam strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development strategy) dan memiliki laporan tahunan yang terstruktur dari kinerja tersebut. 


Kriteria untuk Community Engagement Awad adalab sbb:

  1. Partisipan harus memiliki program atau proyek-proyek yang memasukkan unsur pengentasan kemiskinan, kesempatan pendidikan yang lebih baik, meningkatkan kehidupan orang-orang miskin dan yang tak beruntung serta program-program lain yang melibatkan komunitas masyarakat dalam bisnis mereka.
  2. Partisipan harus dapat menunjukkan secara jelas rencana keterlibatan/keikutsertaan masyarakat secara berkelanjutan, disertai bukti berupa business case (dalam hal ini seberapa besar masyarakat lokal mampu menerima benefit dari bisnis tersebut baik dalam jangka pendek maupun panjang). 


Di Indonesia, pemberian penghargaan dari Enterprise Asia merupakan penyelenggaraan yang kedua kali (pertama tahun 2008). Kalangan CEO dan konglomerat turut hadir dan sebagian mendapatkan penghargaan antara lain sbb: Mochtar Riady (Lippo Group), Chairul Tanjung (TransTV dan Para Group), Bank Mandiri, Jakarta Eye Center, Bosowa Group, PT. Samudera Indonesia (LTP).



BNI Terima Asia Responsible Entrepreneurship Award 2009



Sebagai salah satu bank papan atas BNI masih dipercaya publik menjadi bank yang peduli pada isu-isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diterima oleh BNI dari NGO Asia Pasifik (Enterprise Asia) untuk dua kategori sbb:

1. Green Leadership Award
2. Community Engagement Award

Malam penghargaan berlangsung pada hari Senin (23/11/2009) di Hotel
Sang-rila dimana BNI diwakili oleh sebelas orang, masing-masing lima orang Pemimpin Divisi, tiga orang anggota Corporate Sustainability Team dan tiga orang SKC Purwakarta termasuk debitur Kampoeng BNI Subang. Tampak pada foto: Intan Abdams Katoppo, Corporate Secretary BNI (mewakili Direksi BNI) menerima Award dari Datuk Seri Dr Fong Chang Onn, Chairman Entreprise Asia.

Kriteria untuk Green Leadership Award adalah sbb:

  1. Partisipan memiliki tanggung jawab yang besar dari dampak bisnis mereka terhadap lingkungan dan berusaha untuk mengurangi atau mengubah dampak itu.

  2. Partisipan secara sadar telah mengimplementasikan program-program atau usaha-usaha yang di dalamnya termasuk (tak terbatas pada): efisiensi energi, tanggungjawab produk, rancangan produk hijau, pengurangan limbah, konservasi air dan daur ulang.

  3. Faktor tambahan akan diberikan kepada partisipan yang memiliki program pengurangan dampak kerugian disertai program untuk mengubah dampak kerugian tersebut.

  4. Partisipan telah melakukan integrasi kinerja lingkungan ke dalam strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development strategy) dan memiliki laporan tahunan yang terstruktur dari kinerja tersebut. 



Kriteria untuk Community Engagement Awad adalab sbb:

  1. Partisipan harus memiliki program atau proyek-proyek yang memasukkan unsur pengentasan kemiskinan, kesempatan pendidikan yang lebih baik, meningkatkan kehidupan orang-orang miskin dan yang tak beruntung serta program-program lain yang melibatkan komunitas masyarakat dalam bisnis mereka.

  2. Partisipan harus dapat menunjukkan secara jelas rencana keterlibatan/keikutsertaan masyarakat secara berkelanjutan, disertai bukti berupa business case (dalam hal ini seberapa besar masyarakat lokal mampu menerima benefit dari bisnis tersebut baik dalam jangka pendek maupun panjang). 



Di Indonesia, pemberian penghargaan dari Enterprise Asia merupakan penyelenggaraan yang kedua kali (pertama tahun 2008). Kalangan CEO dan konglomerat turut hadir dan sebagian mendapatkan penghargaan antara lain sbb: Mochtar Riady (Lippo Group), Chairul Tanjung (TransTV dan Para Group), Bank Mandiri, Jakarta Eye Center, Bosowa Group, PT. Samudera Indonesia (LTP).



Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...