Monday, January 24, 2011

Bocornya Data Pelanggan YLKI: BRTI Terkesan Loyo Hadapi Operator

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mendapat kritikan pedas dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) lantaran dituding tidak mampu menghadapi operator yang nakal. "BRTI terkesan loyo," kata YLKI.

Anggota Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan demikian lantaran gregetan melihat aksi BRTI yang tidak mampu menertibkan perilaku operator yang kebablasan dan meresahkan konsumen.

Kejadian terbaru yang turut memancing reaksi YLKI adalah terkait beredarnya kabar bocornya data 25 juta pelanggan telekomunikasi di Indonesia. Nah, YLKI menduga ada permainan dari oknum di operator yang memuluskan keluarnya data privasi tersebut.

"BRTI kan regulator harusnya mereka bisa memberi sanksi ke operator yang nakal dan bermain di kejadian ini (bocornya data pelanggan-red.), dan hal itu sudah didukung UU Telekomunikasi," tegas Tulus, kepada detikINET, Senin (24/1/2011).

"Ini salah satu bentuk kegagalan kinerja mereka, BRTI terkesan loyo untuk menertibkan operator yang nakal," ia menandaskan.

Aksi BRTI untuk menertibkan industri telekomunikasi Tanah Air memang begitu dinanti para pengguna. Jika kabar bocornya 25 juta pelanggan telekomunikasi itu benar adanya, tentu dinantikan ketegasan dari sang regulator telekomunikasi.

Isu kebocoran data pengguna telekomunikasi ini mengemuka setelah adanya klaim dari penjual produk pengiriman SMS broadcast yang mengaku memiliki database 25 juta pengguna telepon aktif di Indonesia.
( ash / rns ) 

24 Januari 2011
Source:http://www.detikinet.com/read/2011/01/24/121540/1552991/328/ylki-brti-terkesan-loyo-hadapi-operator/?i991101105

 

25 Juta Data Pelanggan Telekomunikasi Bocor?

Beredar kabar bahwa sedikitnya ada 25 juta data pengguna telekomunikasi di Indonesia yang bocor. Kabar ini langsung jadi perhatian Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Anda kah salah satu korbannya?

Menurut Anggota BRTI Heru Sutadi, isu kebocoran data pengguna telekomunikasi ini mengemuka setelah adanya klaim dari penjual produk pengiriman SMS broadcast yang mengaku memiliki database 25 juta pengguna telepon aktif di Indonesia.

"Penyelidikan ini penting mengingat bahwa data pengguna adalah sesuatu yang bersifat rahasia dan dilindungi UU Telekomunikasi No. 36/1999. Sehingga, jika isu ini benar, maka jelas hal itu pelanggaran," tegas Heru kepada detikINET, Senin (24/1/2010).

Penyelidikan ini juga terkait dengan maraknya pengiriman SMS broadcast yang bersifat spam dari bank-bank yg menawarkan kartu kredit maupun kredit tanpa agunan (KTA).

"Dari laporan masyarakat, bank yang banyak mengirim SMS spam adalah Standard Charter Bank and ANZ. Selain perbankan, kini pola-pola seperti itu juga diikuti oleh penyelenggara telepon premium," ungkap dia.

Sebelum menyelidiki lebih lanjut, BRTI juga sempat berdiskusi dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). "Konsumen banyak yang protes karena kata-kata yang digunakan dalam berpromosi tersebut sangat vulgar," tandas Heru.

Saat ini tercatat ada 180 juta lebih pelanggan telekomunikasi di Indonesia. Jika isu kebocoran data benar adanya, BRTI khawatir, bisa saja seluruh data pelanggan yang ada akan jadi korban berikutnya.

24 Januari 2011
Source:http://www.detikinet.com/read/2011/01/24/091542/1552833/328/25-juta-data-pelanggan-telekomunikasi-bocor/

Friday, January 21, 2011

BNI Go Green dalam MarkPlus Conference 2011

Kisah BNI Go Green dalam Marketing Champion 2011

Penulis: Taufik, Chief Business Officer, MarkPlus, Inc. Tulisan dimuat di Majalah Marketeers, Edisi Januari 2011, Hal.57.

Tulisan ini dibuat dalam rangka acara akbar Markplus Conference 2011, yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc pada hari Kamis, 16 Desember 2010 di Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place.
Berikut kutipan tulisan:

Para Marketing Champion dan CEO of the Year 2011 Dahlan Iskan berfoto bersama Hermawan Kartajaya. Sumber: http://blog.the-marketeers.com/wp-content/uploads/2010/12/01-1.jpg

Dewan juri memutuskan untuk memilih satu orang marketing champion dari masing-masing kategori industri. Di kategori Financial Services Industry terpilih CEO BNI 46 Gatot Suwondo sebagai marketing champion. Sekalipun BNI 46 bukanlah bank yang terbesar baik dari aset maupun jaringan, bukanlah yang paling pesat perkembangannya dan bukanlah yang paling besar labanya, tapi di bawah kepemimpinan Gatot, BNI 46 bukan hanya mulai memetik hasil dari proses turn around yang dilakukan tapi juga mulai bersiap untuk mengikuti jejak-jejak bank-bank lain yang kini jadi bintang dalam perbankan Indonesia.
            BNI 46 yang selama ini seolah-olah seperti menjadi penonton ketika dua saudaranya, Bank Mandiri dan BRI berlomba untuk menjadi bank pilihan tiga stakeholders utama, customers, people dan investors, kini mulai ancang-ancang untuk menunjukkan karakternya. Paling menonjol dalam adalah kampanye BNI Go Green, yang ternyata bukan hanya sekedar program corporate social responsibility tapi sudah menjadi bagian dari business model. Inilah kejelian BNI 46 yang dipimpin oleh Gatot Suwondo, ketika perbankan mulai mengalami commoditization, khususnya di basic product dan service.
            Bank ini mulai berani melakukan proses edukasi kepada para pengambil kredit agar mereka lebih peduli dengan lingkungan dan kalau proses edukasi sudah mencapai suatu titik tertentu, BNI 46 tidak akan ragu untuk menerapkan kepedulian lingkungan dalam persyaratan pemberian kredit. Memang langkah seperti ini juga akan bisa ditiru oleh para pemain lain. Tapi karena terlihat all out, termasuk berani untuk menyediakan akses yang bagus untuk pengguna sepeda, BNI 46 akan one step ahead, ketika trend industri mengarah ke sana.
            Yang menarik juga adalah BNI Go Green ini bisa menjadi payung untuk berbagai kegiatan komunikasi pemasaran BNI 46. Kampanye mengenai electronic delivery channel tidak lagi hanya terbatas untuk menunjukkan bahwa bank ini juga punya fasilitas yang tidak kalah dengan para pesaingnya, tapi juga menunjukkan sebagai bentuk penerapan go green tersebut. Artinya BNI hendak mengartikulasikan bahwa pemakaian electronic delivery channel bukan sekedar bagian dari gaya hidup modern tapi juga gaya hidup seperti dikatakan dalam Marketeing 3.0, peduli kepada people dan planet.
            Dalam era horizontal marketing, konsistensi dalam menunjukkan kepedulian pada people dan planet akan menjadi modal untuk mudah di-confirm oleh konsumen yang kian peduli dan kritis untuk melihat sejauh mana sebuah brand itu peduli pada people dan planet. Jadi, sekalipun BNI Go Green ini belum langsung berkontribusi melonjakkan performa bisnis BNI 46, tapi sudah punya peran signifikan dalam membentuk karakter baru bank ini dan sekaligus mulai membentuk gaya hidup modern dan peduli pada people dan planet. Ini sebuah langkah cerdik, karena program yang semula tampak hanya ingin membuat bank ini punya positioning yang clear berkembang ke rekayasa sosial.

Profil Marketing Champion Indonesia 2011 Kategori Financial Industry

GATOT SUWONDO dan Membangun Teamwork

Oleh Tony Prasetiantono, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM. Tulisan dimuat di Majalah Marketeers, Edisi Januari 2011, Hal.68.

Kutipan tulisan sbb:

BNI 46 mengambil langkah go-green merupakan kepintaran beliau dalam mengambil positioning. Karena bank sekarang ini harus punya positioning, harus punya sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Sehingga dia mendapatkan advantage dan menjadi perhatian nasabah. BNI 46 dengan tertib memposisikan dirinya untuk menuju go-green dan memang satu issue yang sedang popular dan diterima oleh berbagai pihak. Artinya dengan memposisikan diri go-green ini merupakan langka promosi yang luar biasa yang bisa menarik minat banyak kalangan sehingga BNI memilik daya tarik yang besar dalam menarik nasabah. Saya kira itu adalah salah satu kecerdikan beliau karena bank saat ini dituntut untuk memiliki positioning yang berbeda dengan bank lain. Dengan positioning itu akan menjadi penanda BNI 46 yang berbeda dibanding dengan bank lain. Saya sangat menyambut baik langkah itu. Dan saya rasa ini merupakan sebuah keputusan yang tertib, strategi yang tertib dari manajemen BNI 46.

Wednesday, January 19, 2011

Telkomsel Fokus Tingkatkan Kualitas Mobile Data dan Content

Telkomsel, Sarwoto, di sela acara car free day di Jalan Ir H Djuanda, Minggu (2/1/2011), mengatakan, Telkomsel pada 2011 akan lebih fokus meningkatkan kualitas mobile dan data content.

"Sebab di waktu mendatang layanan data dan content akan menjadi suatu mesin pertumbuhan pendapatan di era baru layanan broadband," kata Sarwoto.

Program peningkatan layanan data dan content Telkomsel, tak lepas dari survei Merryl Lynch Global Research yang menyatakan sepanjang 2010 terdapat penurunan hingga 29 persen layanan basic service (voice dan sms) dibandingkan tahun 2009.

Buat meningkatkan pertumbuhan bisnis mobile data dan content, hingga akhir 2010, Telkomsel telah menggelar 36.000 (tiga puluh enam ribu) Base Transceiver Station (BTS) termasuk lebih dari 7.000 Node B (BTS 3G) yang menjangkau hingga pelosok Indonesia.

Rencana ini disampaikan Sarwoto sekaligus buat mengedukasi masyarakat, terutama warga yang datang ke acara car free day. Kegiatan edukasi layanan Telkomsel kali ini berlangsung penuh keakraban dan beberapa pegunjung yang beruntung berhak memperoleh doorprize dari Telkomsel.

03 Januari 2011
Source:http://www.tribunnews.com/2011/01/03/telkomsel-fokus-tingkatkan-kualitas-mobile-data-dan-content

Tuesday, January 18, 2011

WikiLeaks Given 2000 Secret Bank Files

THE Swiss whistleblower Rudolf Elmer has provided WikiLeaks with two CDs containing information on more than 2000 bank clients suspected of tax evasion.

The disks were handed over in London last night to the WikiLeaks founder, Julian Assange. They are said to contain secret bank details of clients, including politicians, multinationals, hedge funds and organised-crime figures.

Mr Assange, on bail before an extradition hearing in London next month over Swedish sexual assault charges, said that Mr Elmer has been fighting to have the information made public for five years.

"I am here today to support him," Mr Assange said. "He is going through a prosecution in Switzerland and he is a whistleblower. He has more to say and give to the world to show asset-hiding, whether it be for tax evasion or to hide proceeds of criminal acts or to protect assets from people in nations who are about to fall out of political favour.

"There will be full revelation of names [by WikiLeaks] at a later date, assuming the data is correct and once we have had a look at it."

Mr Assange said the information could be released in the next few weeks.

Mr Elmer, 55, is a former executive at Bank Julius Baer, one of Switzerland's top private banks.

He said that many of those identified in the CDs have exploited bank secrecy laws to avoid taxation. However, he said he could not – and would not – reveal names contained in the CDs due to the complexity of the systems used to hide money and the difficulties in unravelling the real beneficiaries.

"If you can't destroy the evidence, beat the witness; that is what is happening to me," he said. "Others sold information to foreign governments. If I did that I could not stand here and feel that my conscience would allow me. I did offer the information free to [the] German Finance Minister. I got no response.

"I want to talk about the Swiss secrecy system, which is damaging our society. The short story is simple: I was in the Cayman Islands and there was a mouse tail and I started to pull on it. The tail got bigger, looked like a dragon tail. I went back to Switzerland and it became bigger, a fire-breathing dragon with several heads. One head was the banks, the other the Swiss press, to an extent, and they all came after me and my family."

Mr Elmer faces court in Zurich tomorrow over allegations that he breached Swiss banking laws after he handed client data to WikiLeaks in 2007.

He left the bank in 2004 after eight years at its Cayman Islands trust subsidiary. During that time, he has said, he became aware of widespread tax evasion by prominent customers and that this occurred with the full knowledge of the bank's top management.

The bank has denied the claims and accused Mr Elmer of continuing a long campaign which allegedly saw him approach bank clients and pressure them.

Mr Elmer in return has alleged he has been followed and threatened. Swiss journalists who have followed the story have called into question some of his claims.

18 Januari 2011

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...