Tuesday, April 27, 2010

BNI Dukung The Climate Project Indonesia


Pegawai Menjadi Grand Connector
 

Jakarta, 24/04/10 – Dalam menyambut Hari Bumi (Earth Day), DNPI melalui The Climate Project Indonesia (TCPI) menyelenggarakan pelatihan grand connector di Hotel Sari Pan Pasific, Sabtu tanggal 24 April 2010. Pelatihan ini bertujuan mendidik para peserta yang berjumlah sekitar 250 orang agar sadar terhadap penyebab, dampak dan solusi dalam mengatasi perubahan iklim. Grand  connector merupakan kesinambungan dari pelatihan yang telah diikuti oleh 54 orang Indonesia yang terpilih menjadi Presenter - The Climate Project Indonesia yang pada tahun lalu dilatih langsung oleh Al Gore di Australia.(Foto: sebelah kiri adalah connector termuda dan kanan adalah connector tertua).

Grand connector yang hadir berasal dari berbagai latar belakang profesi, displin ilmu dan domisili, yang mana hampir semuanya mewakili Nusantara. Bahkan pelatihan ini juga dihadiri oleh peserta termuda yakni Fira Meutia (11 tahun) dari SD Nurul Hidayah, Reni Jaya Depok.

Event ini juga tidak lepas dari peran serta BNI sebagai bank yang menaruh perhatian besar pada kesinambungan 3 P (People, Planet dan Profit). Oleh karena itu sebagai bukti tanggungjawab terhadap bumi ini, BNI mengirimkan beberapa pegawainya untuk menjadi grand connector. Mereka akan berkiprah di masyarakat termasuk lingkungan kerja sebagai pembawa pesan (messenger) untuk membangkitkan kesadaran warga agar sadar terhadap penyebab, dampak dan solusi dalam mengatasi perubahan iklim.

Menurut Dr. Amanda Niode Katili, dengan menjadi Connector – The Climate Project Indonesia, siapa pun dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman The Climate Project Indonesia Presenters, karena setelah mengikuti pelatihan, Connectors menjadi relawan yang melaksanakan kegiatan sukarela sebagai connector untuk memberi informasi kepada komunitas pilihan masing-masing tentang krisis perubahan iklim dan solusinya.

Monday, April 26, 2010

BNI Ajak Pegawai Buat Lubang Biopori


Acara Tematik CFD April 2010
Jakarta, CST (25/04) – Safari Sepeda BNI Go Green – Less Emission tetap berlanjut dimana pada hari minggu 25 april 2010 BNI menggalakkan program biopori. Inilah program tematik Car Fee Day Tim CST (BNI Go Green) di bulan April 2010. Start dari halaman Kantor Besar tepat pukul 07.15 wib dan finish di BNI Kota sekitar jam 08.15 wib para peserta safari sepeda kemudian berkumpul di lapangan upacara Kantor Wilayah 12 Kota. Setelah beberapa saat mendengarkan sambutan dari pihak BNI dan disambung oleh ceramah Bpk.Rhenald Kasali, peserta safari sepeda kemudian secara serentak membuat lubang resapan biopori (LRB).

Hadir di acara ini adalah Pemimpin Divisi KMP (Ketua OC CST) Ibu Intan Abdams Kattopo, Pemimpin Divisi DJK (Wakil Ketua OC CST) Bpk. Anggoro Eko Cahyo, Pemimpin Wilayah 12 Bpk. Bambang Kuncoro, Pemimpin Cabang BNI Roa Malaka Bpk. Arimatea, rekan-rekan wilayah 12, cabang, CST dan sejumlah cyclist BNI. Selain Rhenald Kasali, hadir pula rekan-rekan Rumah Perubahan diantaranya Bpk. Lubi yang ahli dalam mengolah sampah menjadi pupuk organik. Rumah Perubahan diundang oleh Tim CST karena aktivitasnya dalam pelestarian lingkungan berbasis community development.
Dalam ceramahnya sesaat sebelum sesi LRB, Bpk.Rhenald Kasali menceritakan pengalamannya dalam mengelola sampah warga melalui Rumah Perubahan. Sampah warga yang diolah ternyata menghasilkan pupuk organik yang berkualitas sehingga produk sayur-sayuran yang biasa-biasa saja setelah dikemas sedemikian rupa ternyata dapat bernilai ekonomis ketika dijual di Carrefour (seperti sawi, kangkung). Selain itu, Rumah Perubahan yang merupakan ‘home base’ pengelolaan sampah warga terbukti tidak berbau dan berlalat. Melalui mekanisme pemberian bakteri pemakan bau sampah maka sampah yang ditumpuk dan diproses di sana tidak menghasilkan polusi bau yang dapat menggangu lingkungan sekitarnya. Rumah Perubahan berlokasi di Jati Murni Bekasi, juga melibatkan Ketua RT dan penduduk sekitarnya sehingga secara bersama-sama ikut peduli terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Terkait dengan lubang resapan biopori, BNI secara bertahap akan menggalakkan lubang resapan biopori di seluruh kantor wilayah dan cabangnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk area tangkapan air atau cadangan air tanah sehingga ketika musim hujan air tidak terbuang percuma ke selokan dan jalanan. Perlu diperhatikan bahwa untuk membuat LRB, tanahnya harus gembur sehingga dapat menciptakan fauna tanah yang baik. LRB dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat penampungan aneka sampah basah sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik.(LTP)

BNI Ajak Pegawai Buat Lubang Biopori


Acara Tematik CFD April 2010
Jakarta, CST (25/04) – Safari Sepeda BNI Go Green – Less Emission tetap berlanjut dimana pada hari minggu 25 april 2010 BNI menggalakkan program biopori. Inilah program tematik Car Fee Day Tim CST (BNI Go Green) di bulan April 2010. Start dari halaman Kantor Besar tepat pukul 07.15 wib dan finish di BNI Kota sekitar jam 08.15 wib para peserta safari sepeda kemudian berkumpul di lapangan upacara Kantor Wilayah 12 Kota. Setelah beberapa saat mendengarkan sambutan dari pihak BNI dan disambung oleh ceramah Bpk.Rhenald Kasali, peserta safari sepeda kemudian secara serentak membuat lubang resapan biopori (LRB).

Hadir di acara ini adalah Pemimpin Divisi KMP (Ketua OC CST) Ibu Intan Abdams Kattopo, Pemimpin Divisi DJK (Wakil Ketua OC CST) Bpk. Anggoro Eko Cahyo, Pemimpin Wilayah 12 Bpk. Bambang Kuncoro, Pemimpin Cabang BNI Roa Malaka Bpk. Arimatea, rekan-rekan wilayah 12, cabang, CST dan sejumlah cyclist BNI. Selain Rhenald Kasali, hadir pula rekan-rekan Rumah Perubahan diantaranya Bpk. Lubi yang ahli dalam mengolah sampah menjadi pupuk organik. Rumah Perubahan diundang oleh Tim CST karena aktivitasnya dalam pelestarian lingkungan berbasis community development.
Dalam ceramahnya sesaat sebelum sesi LRB, Bpk.Rhenald Kasali menceritakan pengalamannya dalam mengelola sampah warga melalui Rumah Perubahan. Sampah warga yang diolah ternyata menghasilkan pupuk organik yang berkualitas sehingga produk sayur-sayuran yang biasa-biasa saja setelah dikemas sedemikian rupa ternyata dapat bernilai ekonomis ketika dijual di Carrefour (seperti sawi, kangkung). Selain itu, Rumah Perubahan yang merupakan ‘home base’ pengelolaan sampah warga terbukti tidak berbau dan berlalat. Melalui mekanisme pemberian bakteri pemakan bau sampah maka sampah yang ditumpuk dan diproses di sana tidak menghasilkan polusi bau yang dapat menggangu lingkungan sekitarnya. Rumah Perubahan berlokasi di Jati Murni Bekasi, juga melibatkan Ketua RT dan penduduk sekitarnya sehingga secara bersama-sama ikut peduli terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Terkait dengan lubang resapan biopori, BNI secara bertahap akan menggalakkan lubang resapan biopori di seluruh kantor wilayah dan cabangnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk area tangkapan air atau cadangan air tanah sehingga ketika musim hujan air tidak terbuang percuma ke selokan dan jalanan. Perlu diperhatikan bahwa untuk membuat LRB, tanahnya harus gembur sehingga dapat menciptakan fauna tanah yang baik. LRB dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat penampungan aneka sampah basah sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik.(LTP)

Tuesday, April 20, 2010

Indonesia Miliki 500 Situs Bawah Air

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menyatakan, Indonesia memiliki sekitar 500 situs arkeologi bawah air. Adapun penelitian terhadap dokumen VOC ada sekitar 274 situs bawah air.

Penelitian terhadap dokumen Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) selesai dilakukan tahun 2004. Adapun penelitian terhadap dokumen lain dari Belanda, Portugis, China, dan negara lainnya tahun 2005, Indonesia memiliki sekitar 460 situs arkeologi bawah air. Meskipun demikian, survei Panitia Nasional Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) tahun 2008 baru menemukan tiga situs.

Ratusan kapal sejak abad ke-7 hingga abad ke-19 diduga tenggelam di perairan Indonesia dan barang-barang yang diangkutnya menjadi benda cagar budaya (BCB). Walaupun dibolehkan, pengangkatan BCB itu harus memenuhi kaidah-kaidah arkeologi.

Demikian pokok pikiran yang mengemuka dalam perbincangan secara terpisah dengan peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo, mantan Direktur Purbakala Ditjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Nunus Supardi, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, serta Direktur Peninggalan Bawah Air Direktorat Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Surya Helmi, Senin (19/4).

Surya Helmi mengatakan, sejauh ini Indonesia belum mempunyai peta persebaran BCB peninggalan bawah air. Yang sudah ada, sejak tiga tahun lalu, perusahaan asal Portugis, Arqueonantas Worldwide, sudah tiga tahun terakhir melakukan survei arkeologis bawah laut, dengan sampel kawasan di perairan Bangka-Belitung. ”Kalau penelitian tuntas, Indonesia akan punya peta persebaran BCB bawah laut,” ujar Helmi.

Nunus Supardi mengatakan, Indonesia merupakan jalur pelayaran yang ramai sejak abad ke-7. Pelayaran waktu itu menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana sehingga sering terjadi kecelakaan kapal.

Beberapa titik yang diduga banyak kapal tenggelam, kata Nunus, antara lain di Karang Keliputan dan Pulau Buaya (Riau), Kepulauan Seribu (Jakarta), Batu Hitam (Belitung), perairan Cirebon (Jawa Barat), Kalimantan Barat dan tempat lainnya.

Sesuai prosedur

Surya Helmi mengatakan, pengangkatan BCB di perairan Cirebon yang akan dilelang, 5 Mei mendatang, sudah dilakukan dengan kaidah-kaidah arkeologi.

Bambang Budi Utomo mengatakan, benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam bukan harta karun, melainkan benda cagar budaya yang harus dilindungi.

Siswanto menambahkan, potensi bawah laut Indonesia digali orang asing karena di Indonesia ahli penelitian arkeologi bawah laut masih sedikit.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, yang juga Ketua Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam, mengatakan, rencana pelelangan barang-barang asal muatan kapal tenggelam di perairan Cirebon sudah sesuai prosedur.

”Kalau BMKT dibiarkan tetap di bawah laut, masyarakat tidak akan mengetahui dan melihat benda bernilai sejarah tinggi itu. Penempatan di bawah laut juga tidak akan membawa manfaat bagi negara,” ujarnya. Fadel menegaskan, proses perizinan dan lelang BMKT sudah sesuai prosedur. (NAL/LKT)

20 April 2010
source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/20/04450813/indonesia.miliki.500.situs.bawah.air.

Izin Pinjam Pakai Hutan Dorong "Lifting"

Produksi minyak mentah siap jual atau lifting diperkirakan akan meningkat pada tahun 2014. Hal ini sebagai dampak kebijakan Menteri Kehutanan yang akan mempercepat proses izin pinjam pakai kawasan hutan untuk eksplorasi dan produksi migas.

Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R Priyono, Jumat (16/4) di Jakarta, percepatan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan migas membantu percepatan peningkatan produksi migas.

Selama ini banyak lapangan migas di kawasan hutan tidak bisa dieksplorasi dan berproduksi karena izin pinjam pakai untuk kegiatan migas itu tidak kunjung diberikan kementerian terkait. Padahal, potensi cadangan minyak di atas 100 juta barrel.

Kalau izin cepat terbit, kegiatan eksplorasi bisa dilakukan dalam 3-6 tahun. ”Jadi, lapangan migas di kawasan hutan bisa berproduksi paling cepat tahun 2014,” ujarnya.

Untuk menjaga kelestarian hutan yang dijadikan lokasi pengeboran, sektor hulu migas wajib menempatkan dana abandonment and site restoration (ASR) sebesar 141,45 juta dollar AS di sejumlah bank pemerintah. Dana ini adalah dana cadangan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk membongkar fasilitas operasi perminyakan sebelum meninggalkan wilayah kerja yang akan ditutup.

”Dibanding pertambangan lain, migas relatif tidak merusak lingkungan karena wilayahnya tidak luas dan kegiatan di bawah tanah,” kata Priyono.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan akan memprioritaskan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan oleh industri pertambangan untuk mendukung peningkatan target lifting minyak. Menhut juga akan menyiapkan regulasi yang mendukung percepatan investasi untuk mengeksploitasi geothermal.

”Sektor migas menjadi perhatian kami, terutama untuk mendukung kenaikan target lifting. Kami juga menyiapkan aturan tentang pemanfaatan energi di kawasan hutan untuk pembangkit listrik,” kata Menhut.

Menurut Menhut, izin pinjam pakai kawasan hutan tidak butuh waktu lama. Namun, pengusaha yang telah mendapat izin pinjam pakai tetap harus mengurus analisis manajemen dampak lingkungan (amdal) untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Menhut memegang penuh hak kawasan hutan. Karena itu, semua kegiatan yang akan memakai kawasan hutan harus melalui persetujuan Menhut. (evy/ham)

17 April 2010
Source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/17/03473129/izin.pinjam.pakai.hutan.dorong.lifting

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...