Monday, April 26, 2010

BNI Ajak Pegawai Buat Lubang Biopori


Acara Tematik CFD April 2010
Jakarta, CST (25/04) – Safari Sepeda BNI Go Green – Less Emission tetap berlanjut dimana pada hari minggu 25 april 2010 BNI menggalakkan program biopori. Inilah program tematik Car Fee Day Tim CST (BNI Go Green) di bulan April 2010. Start dari halaman Kantor Besar tepat pukul 07.15 wib dan finish di BNI Kota sekitar jam 08.15 wib para peserta safari sepeda kemudian berkumpul di lapangan upacara Kantor Wilayah 12 Kota. Setelah beberapa saat mendengarkan sambutan dari pihak BNI dan disambung oleh ceramah Bpk.Rhenald Kasali, peserta safari sepeda kemudian secara serentak membuat lubang resapan biopori (LRB).

Hadir di acara ini adalah Pemimpin Divisi KMP (Ketua OC CST) Ibu Intan Abdams Kattopo, Pemimpin Divisi DJK (Wakil Ketua OC CST) Bpk. Anggoro Eko Cahyo, Pemimpin Wilayah 12 Bpk. Bambang Kuncoro, Pemimpin Cabang BNI Roa Malaka Bpk. Arimatea, rekan-rekan wilayah 12, cabang, CST dan sejumlah cyclist BNI. Selain Rhenald Kasali, hadir pula rekan-rekan Rumah Perubahan diantaranya Bpk. Lubi yang ahli dalam mengolah sampah menjadi pupuk organik. Rumah Perubahan diundang oleh Tim CST karena aktivitasnya dalam pelestarian lingkungan berbasis community development.
Dalam ceramahnya sesaat sebelum sesi LRB, Bpk.Rhenald Kasali menceritakan pengalamannya dalam mengelola sampah warga melalui Rumah Perubahan. Sampah warga yang diolah ternyata menghasilkan pupuk organik yang berkualitas sehingga produk sayur-sayuran yang biasa-biasa saja setelah dikemas sedemikian rupa ternyata dapat bernilai ekonomis ketika dijual di Carrefour (seperti sawi, kangkung). Selain itu, Rumah Perubahan yang merupakan ‘home base’ pengelolaan sampah warga terbukti tidak berbau dan berlalat. Melalui mekanisme pemberian bakteri pemakan bau sampah maka sampah yang ditumpuk dan diproses di sana tidak menghasilkan polusi bau yang dapat menggangu lingkungan sekitarnya. Rumah Perubahan berlokasi di Jati Murni Bekasi, juga melibatkan Ketua RT dan penduduk sekitarnya sehingga secara bersama-sama ikut peduli terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Terkait dengan lubang resapan biopori, BNI secara bertahap akan menggalakkan lubang resapan biopori di seluruh kantor wilayah dan cabangnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk area tangkapan air atau cadangan air tanah sehingga ketika musim hujan air tidak terbuang percuma ke selokan dan jalanan. Perlu diperhatikan bahwa untuk membuat LRB, tanahnya harus gembur sehingga dapat menciptakan fauna tanah yang baik. LRB dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat penampungan aneka sampah basah sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik.(LTP)

BNI Ajak Pegawai Buat Lubang Biopori


Acara Tematik CFD April 2010
Jakarta, CST (25/04) – Safari Sepeda BNI Go Green – Less Emission tetap berlanjut dimana pada hari minggu 25 april 2010 BNI menggalakkan program biopori. Inilah program tematik Car Fee Day Tim CST (BNI Go Green) di bulan April 2010. Start dari halaman Kantor Besar tepat pukul 07.15 wib dan finish di BNI Kota sekitar jam 08.15 wib para peserta safari sepeda kemudian berkumpul di lapangan upacara Kantor Wilayah 12 Kota. Setelah beberapa saat mendengarkan sambutan dari pihak BNI dan disambung oleh ceramah Bpk.Rhenald Kasali, peserta safari sepeda kemudian secara serentak membuat lubang resapan biopori (LRB).

Hadir di acara ini adalah Pemimpin Divisi KMP (Ketua OC CST) Ibu Intan Abdams Kattopo, Pemimpin Divisi DJK (Wakil Ketua OC CST) Bpk. Anggoro Eko Cahyo, Pemimpin Wilayah 12 Bpk. Bambang Kuncoro, Pemimpin Cabang BNI Roa Malaka Bpk. Arimatea, rekan-rekan wilayah 12, cabang, CST dan sejumlah cyclist BNI. Selain Rhenald Kasali, hadir pula rekan-rekan Rumah Perubahan diantaranya Bpk. Lubi yang ahli dalam mengolah sampah menjadi pupuk organik. Rumah Perubahan diundang oleh Tim CST karena aktivitasnya dalam pelestarian lingkungan berbasis community development.
Dalam ceramahnya sesaat sebelum sesi LRB, Bpk.Rhenald Kasali menceritakan pengalamannya dalam mengelola sampah warga melalui Rumah Perubahan. Sampah warga yang diolah ternyata menghasilkan pupuk organik yang berkualitas sehingga produk sayur-sayuran yang biasa-biasa saja setelah dikemas sedemikian rupa ternyata dapat bernilai ekonomis ketika dijual di Carrefour (seperti sawi, kangkung). Selain itu, Rumah Perubahan yang merupakan ‘home base’ pengelolaan sampah warga terbukti tidak berbau dan berlalat. Melalui mekanisme pemberian bakteri pemakan bau sampah maka sampah yang ditumpuk dan diproses di sana tidak menghasilkan polusi bau yang dapat menggangu lingkungan sekitarnya. Rumah Perubahan berlokasi di Jati Murni Bekasi, juga melibatkan Ketua RT dan penduduk sekitarnya sehingga secara bersama-sama ikut peduli terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Terkait dengan lubang resapan biopori, BNI secara bertahap akan menggalakkan lubang resapan biopori di seluruh kantor wilayah dan cabangnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk area tangkapan air atau cadangan air tanah sehingga ketika musim hujan air tidak terbuang percuma ke selokan dan jalanan. Perlu diperhatikan bahwa untuk membuat LRB, tanahnya harus gembur sehingga dapat menciptakan fauna tanah yang baik. LRB dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat penampungan aneka sampah basah sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik.(LTP)

Tuesday, April 20, 2010

Indonesia Miliki 500 Situs Bawah Air

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menyatakan, Indonesia memiliki sekitar 500 situs arkeologi bawah air. Adapun penelitian terhadap dokumen VOC ada sekitar 274 situs bawah air.

Penelitian terhadap dokumen Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) selesai dilakukan tahun 2004. Adapun penelitian terhadap dokumen lain dari Belanda, Portugis, China, dan negara lainnya tahun 2005, Indonesia memiliki sekitar 460 situs arkeologi bawah air. Meskipun demikian, survei Panitia Nasional Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) tahun 2008 baru menemukan tiga situs.

Ratusan kapal sejak abad ke-7 hingga abad ke-19 diduga tenggelam di perairan Indonesia dan barang-barang yang diangkutnya menjadi benda cagar budaya (BCB). Walaupun dibolehkan, pengangkatan BCB itu harus memenuhi kaidah-kaidah arkeologi.

Demikian pokok pikiran yang mengemuka dalam perbincangan secara terpisah dengan peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo, mantan Direktur Purbakala Ditjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Nunus Supardi, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, serta Direktur Peninggalan Bawah Air Direktorat Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Surya Helmi, Senin (19/4).

Surya Helmi mengatakan, sejauh ini Indonesia belum mempunyai peta persebaran BCB peninggalan bawah air. Yang sudah ada, sejak tiga tahun lalu, perusahaan asal Portugis, Arqueonantas Worldwide, sudah tiga tahun terakhir melakukan survei arkeologis bawah laut, dengan sampel kawasan di perairan Bangka-Belitung. ”Kalau penelitian tuntas, Indonesia akan punya peta persebaran BCB bawah laut,” ujar Helmi.

Nunus Supardi mengatakan, Indonesia merupakan jalur pelayaran yang ramai sejak abad ke-7. Pelayaran waktu itu menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana sehingga sering terjadi kecelakaan kapal.

Beberapa titik yang diduga banyak kapal tenggelam, kata Nunus, antara lain di Karang Keliputan dan Pulau Buaya (Riau), Kepulauan Seribu (Jakarta), Batu Hitam (Belitung), perairan Cirebon (Jawa Barat), Kalimantan Barat dan tempat lainnya.

Sesuai prosedur

Surya Helmi mengatakan, pengangkatan BCB di perairan Cirebon yang akan dilelang, 5 Mei mendatang, sudah dilakukan dengan kaidah-kaidah arkeologi.

Bambang Budi Utomo mengatakan, benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam bukan harta karun, melainkan benda cagar budaya yang harus dilindungi.

Siswanto menambahkan, potensi bawah laut Indonesia digali orang asing karena di Indonesia ahli penelitian arkeologi bawah laut masih sedikit.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, yang juga Ketua Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam, mengatakan, rencana pelelangan barang-barang asal muatan kapal tenggelam di perairan Cirebon sudah sesuai prosedur.

”Kalau BMKT dibiarkan tetap di bawah laut, masyarakat tidak akan mengetahui dan melihat benda bernilai sejarah tinggi itu. Penempatan di bawah laut juga tidak akan membawa manfaat bagi negara,” ujarnya. Fadel menegaskan, proses perizinan dan lelang BMKT sudah sesuai prosedur. (NAL/LKT)

20 April 2010
source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/20/04450813/indonesia.miliki.500.situs.bawah.air.

Izin Pinjam Pakai Hutan Dorong "Lifting"

Produksi minyak mentah siap jual atau lifting diperkirakan akan meningkat pada tahun 2014. Hal ini sebagai dampak kebijakan Menteri Kehutanan yang akan mempercepat proses izin pinjam pakai kawasan hutan untuk eksplorasi dan produksi migas.

Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R Priyono, Jumat (16/4) di Jakarta, percepatan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan migas membantu percepatan peningkatan produksi migas.

Selama ini banyak lapangan migas di kawasan hutan tidak bisa dieksplorasi dan berproduksi karena izin pinjam pakai untuk kegiatan migas itu tidak kunjung diberikan kementerian terkait. Padahal, potensi cadangan minyak di atas 100 juta barrel.

Kalau izin cepat terbit, kegiatan eksplorasi bisa dilakukan dalam 3-6 tahun. ”Jadi, lapangan migas di kawasan hutan bisa berproduksi paling cepat tahun 2014,” ujarnya.

Untuk menjaga kelestarian hutan yang dijadikan lokasi pengeboran, sektor hulu migas wajib menempatkan dana abandonment and site restoration (ASR) sebesar 141,45 juta dollar AS di sejumlah bank pemerintah. Dana ini adalah dana cadangan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk membongkar fasilitas operasi perminyakan sebelum meninggalkan wilayah kerja yang akan ditutup.

”Dibanding pertambangan lain, migas relatif tidak merusak lingkungan karena wilayahnya tidak luas dan kegiatan di bawah tanah,” kata Priyono.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan akan memprioritaskan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan oleh industri pertambangan untuk mendukung peningkatan target lifting minyak. Menhut juga akan menyiapkan regulasi yang mendukung percepatan investasi untuk mengeksploitasi geothermal.

”Sektor migas menjadi perhatian kami, terutama untuk mendukung kenaikan target lifting. Kami juga menyiapkan aturan tentang pemanfaatan energi di kawasan hutan untuk pembangkit listrik,” kata Menhut.

Menurut Menhut, izin pinjam pakai kawasan hutan tidak butuh waktu lama. Namun, pengusaha yang telah mendapat izin pinjam pakai tetap harus mengurus analisis manajemen dampak lingkungan (amdal) untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Menhut memegang penuh hak kawasan hutan. Karena itu, semua kegiatan yang akan memakai kawasan hutan harus melalui persetujuan Menhut. (evy/ham)

17 April 2010
Source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/17/03473129/izin.pinjam.pakai.hutan.dorong.lifting

Mata Rantai yang Hilang

Fosil dua tengkorak berusia sekitar 2 juta tahun ditemukan di dalam sebuah goa di lokasi penggalian arkeologi Malapa, dekat Johannesburg, Afrika Selatan. Satu fosil tengkorak perempuan dewasa berusia kira-kira 20-30 tahun dan satu lagi fosil tengkorak remaja laki-laki berusia 12 tahun.

Dua fosil dengan tinggi tubuh sama-sama 1,27 meter itu kemungkinan ibu dan anak. Penemuan ini diyakini sebagian ilmuwan sebagai mata rantai yang hilang yang bisa menjelaskan transisi dari spesies kera ke manusia modern Homo sapiens seperti kita.

Nama ”makhluk mirip manusia” yang ditemukan awal bulan ini, yaitu Australopithecus sediba atau Kera Mata Air dari Selatan (dalam bahasa Sesotho yang digunakan di Afrika Selatan, Sediba berarti Mata Air).

Kedua fosil itu ditemukan di kawasan yang dilindungi, Cradle of Humankind World Heritage, lokasi ini ditemukan melalui peranti lunak Google Earth. Di lokasi ini pula dalam beberapa tahun terakhir ditemukan fosil-fosil lain dengan kondisi beragam. Sebenarnya bagian-bagian kecil fosil tengkorak A. sediba sudah ditemukan sejak Agustus 2008. Tulang pertama, yakni tulang selangka tidak sengaja ditemukan Matthew (9), anak pemimpin tim peneliti dan ahli paleoantropologi Lee Berger dari University of the Witwatersrand, Afrika Selatan.

Kemudian di lokasi tersebut juga mulai dilakukan penggalian intensif dan ditemukanlah fosil tengkorak A. sediba kedua yang utuh itu di dalam reruntuhan goa. Tengkorak keduanya terpisah sejauh satu meter. Artinya, keduanya mungkin meninggal hampir bersamaan.

Lee Berger yakin, keduanya berhubungan darah ibu dan anak. Jika bukan, paling tidak keduanya saling kenal atau anggota dari kelompok yang sama. Dugaan para peneliti, keduanya tidak sengaja jatuh dan terjebak di dalam goa sedalam 30-45 meter kemudian terbawa arus hingga ke sungai bawah tanah ketika terjadi hujan badai.

Di sekitar lokasi penemuan kedua fosil tengkorak itu juga ditemukan fosil binatang seperti kucing hutan, tikus, kelinci, anjing liar, dan kuda.

”Sepertinya pada saat itu terjadi sesuatu yang dahsyat hingga menyatukan fosil-fosil ini di dalam goa yang sama. Mereka mungkin terjebak dan terkubur dalam goa,” kata anggota tim peneliti, Paul Dirks dari James Cook University, Queensland, Australia.

Perdebatan

Asal muasal A. sediba ini memicu perdebatan. Sebagian ilmuwan menilai A. sediba sebagai keturunan langsung spesies Homo. Sebagian lagi meyakini A. sediba masuk dalam pohon keluarga spesies kera. Satu hal yang disepakati bersama, A. sediba hidup sebelum spesies Homo muncul.

Bagi Berger penemuan kedua fosil itu membuka babak baru cerita evolusi manusia dan memberikan sedikit pencerahan tentang masa-masa penting ketika kera mengubah kebiasaan hidup yang semula di atas pohon menjadi menjejakkan kaki di darat.

”A. sediba ini bisa hidup di dua dunia. Memang keduanya belum menjadi Homo karena tidak memiliki bentuk utuh sebagai manusia,” ujarnya.

Hasil pemindaian dengan sinar X di European Synchrotron Radiation Facility (ESRF), Grenoble, Perancis, menunjukkan, kedua fosil itu memiliki gigi yang kecil-kecil, hidung mancung, rongga tulang pinggul yang maju, dan kaki yang panjang. Wajahnya pun lebih mirip manusia ketimbang kera. Dilihat dari struktur tubuhnya, bentuknya mirip manusia modern.

Namun, bentuk tubuhnya juga (masih) mirip kera dalam kelompok Australopithecine karena ukuran otaknya yang kecil dan tangan yang panjang dan kuat seperti orangutan. Jari-jarinya pun melengkung seperti biasa digunakan kera untuk memanjat pohon. Selain melengkung, jarinya juga pendek-pendek seperti jari manusia.

”Ukuran otak tengkorak yang laki-laki kecil, antara 420 dan 450 sentimeter kubik. Ukurannya lebih besar dibandingkan kelompok Australopithecines. Sementara ukuran otak manusia sekitar 1.196-1.605 sentimeter kubik,” demikian laporan penelitian tim peneliti.

Bukan keluarga Homo

Mempertimbangkan bentuk tubuh bagian atas dan ukuran otak itu, tim peneliti kemudian mengklasifikasikan kedua fosil itu ke dalam keluarga besar Australopithecus dan bukan keluarga Homo. Sebenarnya A. sediba memiliki mirip-mirip dengan kera dan manusia.

Colin Groves dari Australian National University menyimpulkan kedua fosil itu jelas bukan anggota keluarga besar Australopithecus, melainkan jenis baru dari keluarga Homo. ”Ada kesamaan bentuk dengan jenis Homo yang muncul pertama. Hanya ada sedikit kemiripan dengan Australopithecus. Tengkoraknya lebih mirip Homo floresiensis dari Indonesia,” ujarnya.

Direktur Proyek Asal Usul Manusia di National Museum of Natural History Smithsonian di Washington, AS, Richard Potts, mengakui, kombinasi dua keluarga spesies kera dan manusia seperti ini belum pernah ditemukan sebelumnya.

Apa pun posisi kedua fosil tengkorak itu, apakah di pohon keluarga kera atau pohon keluarga manusia, penemuan ini menarik karena seperti menemukan ”mesin waktu” yang bisa menjelaskan proses evolusi yang terjadi 1,8-2 juta tahun lalu.

Selama ini, garis silsilah manusia diyakini dimulai antara 1,8-2 juta tahun yang lalu. Namun, selama ini pula belum pernah ditemukan fosil yang berasal dari periode waktu itu. Karena itu, yang muncul hanya dugaan-dugaan dan perkiraan-perkiraan.

Hingga kini, periode waktu kemunculan spesies Homo masih misteri bagi kaum ilmuwan. Penemuan paling akhir ini diharapkan bisa sedikit menyibak misteri itu. Yang jelas, kini peneliti dan ilmuwan sepakat, penemuan ini membuktikan pohon keluarga manusia amat beragam.

(Luki aulia dari Berbagai Sumber)

17 April 2010
source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/17/0406419/mata.rantai..yang.hilang

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...