Sunday, October 18, 2009

Konsep "Green Property Plus" Pikat Pembeli


Strategi jualan rumah sekarang ini tak cukup cuma mengandalkan lokasi, lokasi, dan lokasi. Itu sebabnya, banyak pengembang yang mulai menambahkan embel-embel untuk memikat calon pembeli. 

Yang belakangan gencar dipakai perusahaan properti sebagai tema dagangan adalah konsep kawasan berwawasan lingkungan hijau alias green property. Tapi, bagi Paramount Serpong yang baru meluncurkan kluster baru bertajuk il Rosa pada Kamis (10/10) pekan lalu, konsep green property saja belum cukup.

Makanya, pengembang perumahan di kawasan Gading Serpong Tangerang ini memberikan sentuhan anyar pada proyek gres mereka tersebut, yakni hamparan bunga mawar di setiap sudut kluster.

Tidak heran kalau Paramount Serpong memberi nama il Rosa pada kluster terbarunya itu. Dalam bahasa Italia il Rosa berarti mawar. Tentu, bukan tanpa alasan Paramount Serpong memilih mawar sebagai tema jualan mereka.

“Karena mawar itu melambangkan cinta. Harapan kami akan terwujud cinta atau keakraban antar penghuni di il Rosa,” kata Chief Executive Officer (CEO) Paramount Serpong Tanto Kurniawan.

Meski mengusung konsep yang melankolis, bukan berarti Paramount Serpong tak melirik tanaman perdu lain di il Rosa. Untuk menyejukkan hunian, sejumlah pohon besar ditanam, seperti palem. Sebab, Tanto mengatakan, sebanyak 60% lahan di il Rosa yang memiliki total luas 1,9 hektare digunakan untuk taman, fasilitas umum (fasum), dan jalan.

PT Modernland Realty Tbk tak mau kalah. Pengembang Modern Hill yang terletak di daerah Pondok Cabe, Tangerang Selatan, ini juga tak sekadar mengusung konsep green property semata. Lewat kluster barunya yang bernama Green Tranquility, “Pembangunan rumah di sini kami sesuaikan dengan kontur alam yang terasering atau bertingkat-tingkat,” ujar Direktur Pemasaran Modernland Realty Ronny E. Mongkar.

Terpaksa mengundi

Dengan begitu, Green Tranquility mampu menciptakan suasana resor di pinggiran kota Jakarta. Ronny menyebutnya dengan konsep resort home. Jadi, “Kalau habis pulang kantor stres, bisa kembali segar ketika sampai rumah,” kata dia.

Adapun Bogor Nirwana Residence menerapkan konsep green property dengan menanam pepohonan langka yang menjadi ciri khas daerah Bogor. Contoh, Palm Pritchardia, palem ekor tupai, kupu-kupu merah dan pohon sosis. Lalu, batavia, kaliandra, serta kedondong laut.

Chief Marketing Officer (CMO) Bogor Nirwana Residence Jo Eddy Raspati bilang, dengan mempertahankan keaslian wilayah serta menanam pepohonan yang khas, penghuni akan merasa nyaman.

“Kami memanfaatkan kontur tanah dengan menggunakan teknologi up and down slope sehingga seluruhnya memang dibuat alami meski konstruksi rumah menjadi lebih mahal,” ujar dia.

Menurut pengamat properti dari Century 21 Pertiwi Ali Hanafia Lijaya, fenomena green property belum lama bergulir. Persisnya, “Sejak isu pemanasan global, tapi sekarang isu itu sudah mulai dikemas dengan adanya tema-tema,” kata dia.

Dan, cara ini terbukti manjur menggaet pembeli. Tanto mengungkapkan, peminat il Rosa membludak hingga 82 orang. Padahal jumlah rumah yang ditawarkan cuma 72 unit. “Terpaksa kami mengecewakan sebagian calon pembeli karena kami akan melakukan pengundian,” ujar Tanto. (Kontan/Anastasia Lilin Yuliantina)




SABTU, 17 OKTOBER 2009 | 16:54 WIB

Thursday, October 15, 2009

Lampu LED Ramah Lingkungan

Dunia semakin lama semakin panas. Sudah saatnya masyarakat sadar untuk mulai menggunakan produk-produk hemat energi dan ramah lingkungan guna mencegah terjadinya dampak global warming. Salah satunya adalah memilih lampu sebagai pencahayaan untuk ruangan.

Pengetahuan tentang lampu ramah lingkungan selama ini masih terbatas. Padahal ini dapat menjadi informasi penting bagi masyarakat guna mendukung kelestarian bumi. Salah satu brand yang concern terhadap produk ramah lingkungan adalah lampu hemat energi Megaman.

Stephen Gunawan, Direktur Megaman Indonesia menyatakan Megaman telah meluncurkan rangkaian produk LED (Light Emitting Diode) ke pasaran yang diharapkan mampu menjawab pertanyaan konsumen yang makin concernterhadap masalah energi dan lingkungan.

LED Megaman bukanlah produk baru, Lampu ini telah hadir di pasaran sejak dua tahun lalu dengan varian yang mencapai 400 jenis di antaranya general lightning, lampu sorot, lampu arsitektural, lampu outdoor, dan lampu dekoratif.

Sebagai produk ramah lingkungan, LED Megamen memiliki kelebihan ketimbang lampu halogen yang beredar di pasaran. Bila daya tahan lampu halogen hanya mencapai 4.000 jam, daya tahan LED Megaman mencapai 20.000 jam. Hal itu dapat disamakan dengan pemakaian selama 6 bulan. Setaraf dengan penghematan secara signifikan dalam pemakaian listrik hampir 80 persen.

Tak ayal, produk ini pun mampu disejajarkan dengan eco product karena tidak menggunakan acid frosting dalam materialnya. Dituturkan Stephen saat Workshop Megaman, Energy Saving Lamp di Hotel Mulia, Kamis,(16/7), lampu ini dapat didaur ulang sehingga mengurangi emisi karbon dioksida yang terserap atmosfer.

Keunikan lampu LED Megaman terletak pada keberhasilan produk ini dalam hal pengendalian temperatur yang selama ini menjadi problem pada jenis LED lain. LED Megaman menawarkan penghilang panas yang luar biasa. LED Megamen menyimpan panas yang dihasilkan di dalam sehingga LED chip dapat disentuh tanpa membuat tangan pengguna terbakar.

Inovasi ini berasal dari penggunaan teknologi Thermal Conductive Highway (TCH). Teknologi ini juga mempunyai kemampuan untuk mentoleransi warna di bandingkan dengan LED brand lain sehingga dramatasi warna dan ketajaman cahaya yang dihasilkan tiga kali lipat lebih banyak dari pencahayaan dari LED lain meskipun watt yang dihasilkan lebih rendah. Penyerapan LED Megaman tergolong ringan sehingga tidak menjadikan posisi lampu miring saat dipasang.

Meski Megaman bukan brand pertama yang yang menawarkan produk ramah lingkungan, Stephen yakin produknya berbeda dengan produk sejenis di pasaran tanah air. Persamaan kualitas produk baik di luar negeri maupun dalam negeri pun boleh diadu. ”Kami tidak melakukan KW1 dan KW2 seperti yang dilakukan brand internasional lain yang masuk ke dalam negeri,”kata Stephen.

Dengan varian terbaru LED Megaman, Megamen membidik pasar proyek-proyek arsitek, desiner, dan electrical & mechanical engineering di Indonesia yang dianggap memiliki perawatan secara continuous terhadap pencahayaan.

70 Persen Mangrove di Indonesia Rusak


Sekitar 70 persen dari 9.362 juta hektar tanaman mangrove di Indonesia rusak. Rinciannya, 48 persen mengalami kerusakan sedang dan 23 persen lainnya rusak berat. Kerusakan tersebut disebabkan, antara lain konversi hutan mangrove menjadi pemukiman, tambak, industri, dan rekreasi. 

Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Syamsul Maarif, Selasa (13/10) di Pamekasan, Madura mengatakan, ekosistem mangrove berfungsi sebagai penyerap emisi karbondioksida. Berdasarkan peneli tian, gas karbondioksida yang terlepas akibat rusaknya hutan mangrove setara dengan emisi yang dikeluarkan 1,5 juta mobil.

"Ini bisa terjadi karena ekosistem mangrove dapat menyerap karbondioksida sebanyak 75,4 juta ton yang kemudian diendapkan ke dalam lumpur dan kemudian melepaskan oksigen untuk dihirup manusia," ucapnya.

Karena itu, Departemen Kelautan dan Perikanan menggelar Jambore Mitigasi Mangrove untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Jambore Mitigasi Mangrov salah satunya diadakan di pesisir pantai Desa Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Jawa Timur. Sebanyak 490 pelajar, mahasiswa, dan lembaga swadaya masyarakat mengikuti jambore yang diselenggarakan Departemen Kelautan dan Perikanan,Pemkab Pamekasan serta pihak swasta ini.

Menurut Syamsul, secara bertahap sebanyak 140.000 batang pohon mangrove akan ditanam di daerah pesisir Indonesia yang rawan abrasi dan berpotensi mengalami dampak perubahan iklim.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim Kardani menambahkann, di seluruh Jatim terdapat populasi 85.000 hektar mangrove. Namun demikian, 40 persen di antaranya rusak.


SELASA, 13 OKTOBER 2009 | 19:41 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Aloysius Budi Kurniawan


Pemerintah Belum Lakukan Langka Nyata Hadapi Perubahan Iklim


Pemerintah Indonesia sampai sekarang dinilai belum melakukan tindakan nyata untuk mengatasi perubahan iklim di tingkat nasional dan internasional. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forgan mengatakan hal itu dalam pidato politik HUT ke-29 Walhi, Kamis (15/10) di Jakarta. Ket.Foto:Lahan gambut di wilayah Riau tetap mudah terbakar meski sudah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Foto sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit di Riau, pekan lalu, oleh Greenpeace, yang disampaikan pada konferensi pers di Jakarta, Senin (15/6).

Di tingkat nasional, melalui pembukaan lahan gambut dan perkebunan sawit yang sempat dijadikan ikon energi rendah karbon, membuat emisi karbon Indonesia menjadi besar.

"Di tingkat internasional, Indonesia jauh di belakang negara dunia ketiga lainnya, seperti Bolivia, yang secara keras mengingatkan negara Industri untuk menurunkan emisinya serta membayar utang ekologi kepada dunia dan negara dunia ketiga, bukan melalui metode carbon off-set," katanya.

Berry menilai, komitmen Pemerintah Indonesia untuk mereduksi emisi dari sektor energi ke sektor kehutanan (praktik konversi lahan) sebesar 26 persen pada tahun 2020 sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat pertemuan KTT G-20 di Pittsburgh pada bulan September lalu, hanya akan mempermalukan Indonesia di dalam kancah perundingan terkait dengan perubahan iklim.

Karena sebelumnya, lanjut Direktur Eksekutif Walhi itu, pada pertemuan G-8 di Hokaido Jepang, Presiden SBY juga pernah menyampaikan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan sebesar 50 persen tahun tahun 2009.

"Akan tetapi, sampai saat ini, komitmen tersebut tak lebih dari sekadar cek kosong dalam perubahan iklim," tandasnya.



Kamis, 15 Oktober 2009 | 19:24 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Yurnaldi

JAKARTA, KOMPAS.com - http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/15/19243016/pemerintah.belum.lakukan.langka.nyata.hadapi.perubahan.iklim


"Grand Solar", Lampu Taman Tanpa Listrik



Penggunaan listrik secara berlebihan bisa menimbulkan emisi karbon yang mencemari lingkungan. Salah satu cara berhemat pemakaian listrik adalah menggunakan lampu tenaga matahari.

Krisis energi listrik masih menjadi topik perbincangan hangat. Cadangan listrik dan bahan bakar pembangkit listrik yang semakin sedikit memaksa PLN untuk melakukan pemadaman bergilir. Hal ini sudah mulai dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Tak hanya di daerah terpencil tetapi sudah merasuk ke kota-kota besar.

Dengan keterbatasan sumber listrik ini, ada tiga hal yang dapat dilakukan. Pertama belajar bijak terhadap listrik dengan memakai energi listrik secukupnya dan tak berlebihan. Kedua, menggunakan lampu hemat energi. Dan yang ketiga, menggunakan sumber energi alternatif apapun bentuknya.

Untuk hal pertama dan kedua, sifatnya hanya mengurangi saja. Ketergantungan terhadap energi listrik masih tetap ada. Sedangkan hal ketiga, bersifat menghilangkan ketergantungan terhadap energi listrik.

Penggunaan energi alternatif adalah solusi terbaik untuk memecahkan masalah berkurangnya pasokan listrik dari PLN. Melimpahnya energi di sekitar Anda yang bisa didapatkan gratis bisa dimaksimalkan untuk mendapatkan energi listrik.

Adalah sinar matahari, sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Sudah banyak bentuk pemanfaatan sinar matahari untuk menghasilkan listrik. Salah satunya adalah lampu yang memanfaatkan sumber daya matahari sebagai energi utama untuk menyalakan lampu.

Hingga saat ini, lampu yang memanfaatkan sinar matahari banyak digunakan sebagai lampu penerangan jalan atau lampu lalu lintas. Untuk skala residensial, baru-baru ini telah tersedia lampu taman yang memanfaatkan sinar matahari. Di pasaran produk tersebut diberi label lampu grand solar.

Menurut Rasyariel D. Margiaty, Marketing Manager PT Grand Battery Technologies Indonesia (pemasar lampu grand solar), lampu taman grand solar diciptakan khusus untuk bisa memanfaatkan energi berlimpah dari matahari. Di Indonesia lampu jenis ini termasuk baru. Peredaran produknya mulai dipasarkan sekitar akhir bulan Maret 2009.

Komponen Utama
Lampu ini menggunakan perangkat solar panel yang biasanya dipakai pada piranti pemanas air. Perangkat ini adalah komponen utama lampu grand solar karena dari perangkat ini, energi sinar matahari bisa ditangkap dan simpan di dalam baterai.

Secara garis besar, lampu taman grand solar ini terdiri dari 3 komponen. Pertama, kaki lampu yang berbentuk runcing. Komponen ini berfungsi untuk menancapkan lampu ke dalam tanah. Kedua, tiang lampu. Komponen ini memiliki ukuran panjang yang bervariasi. Untuk saat ini ukuran ketinggian maksimal yang ada di pasaran sekitar 60 cm. Dan ketiga adalah rumah/kepala lampu.

Bagian yang merupakan bagian terpenting dari produk ini di dalamnya terdapat solar panel, lampu LED yang merupakan sumber penerangan lampu, lampu indikator, dan baterai tempat menyimpan energi listrik.

Untuk bahan, bagian kaki dan tiang lampu terdiri atas 2 jenis, plastik dan stainless steel. Sedang untuk bagian kepala lampu, bahannya beragam karena pada bagian ini terdapat bermacam-macam komponen, mulai dari stainless stellatau plastik untuk bagian rumah lampu dan kaca atau mika tembus pandang sebagai pelindung solar panel yang terletak di bagian atas kepala lampu.

Sistem Kerjanya Menyimpan Energi
Prinsip utama kerja lampu ini adalah menangkap energi matahari dan menyimpan energi tersebut di dalam baterai. Pada siang hari, solar panel yang berada di bagian atas lampu menangkap cahaya atau sinar. Tak hanya sinar matahari yang ditangkap tetapi juga sinar UV pada saat matahari tidak bersinar terang juga bisa ditangkap oleh perangkat solar panel. 

Dengan demikian, dalam kondisi cuaca mendung atau berawan, solar panel masih dapat melakukan fungsinya untuk menangkap energi. Hal ini berbeda jika tidak ada sinar matahari seperti pada saat malam, maka solar panel tak bisa mendapatkan energi.

Sinar atau energi ini kemudian diubah menjadi energi listrik melalui proses photovoltaic. Listrik yang  dihasilkan olehsolar panel langsung disimpan di dalam baterai. Saat solar panel bekerja, lampu indikator yang berwarna merah akan menyala. Jika proses pengisian energi dari solar panel ke baterai sudah penuh, lampu indikator akan mati secara otomatis.

Listrik yang sudah tersimpan di dalam baterai, dapat mengalirkan energi listik. Tinggal geser tuas saklar pada rumah lampu, lampu pun menyala. Dalam kondisi baterai penuh, lampu akan menyala selama kurang lebih 12 jam.

Untuk mendapatkan baterai penuh, hanya diperlukan cahaya matahari minimal 4 jam dan sinar matahari bersinar tanpa ada mendung. Dalam kondisi berawan atau mendung, lampu ini tetap bisa menyimpan energi. Namun, sinar lampunya tidak terang dan waktu menyalanya juga berkurang bila tidak mendapatkan energi penuh.

Lampu yang hanya mendapatkan energi sedikit dari matahari hanya sanggup menyala kurang lebih 6-8 jam. Didesain Serba Ringkas Lampu grand solar ini dibaut mudah dalam pemakaiannya. Pemasangannyapun sangat mudah. Cukup dengan menancapkannya ke dalam tanah. Atau untuk model gantung, lampu tinggal dipasang
di permukaan dinding.

Hanya saja, untuk rumah yang tak berpagar lampu yang ditancapkan di tanah sebaiknya dibaut atau ditanam di dalam blok beton supaya tidak mudah diambil tangan jahil. Ragam lampu grand solar dibedakan berdasarkan bahan lampu, ukuran, dan luasan penampang perangkat solar panel. Keragaman ini juga menentukan harga jualnya.

Untuk lampu dari bahan stainless steel harganya lebih mahal dibandingkan lampu dari bahan plastik. Sebagai perbandingan, untuk lampu dari bahan plastik harganya sekitar Rp 110 ribu - Rp 200 ribu. Varian lampu grand solarjuga dibebakan dari warna lampu LED-nya. Ada yang berwarna putih dan kuning. Namun, warna lampu tidak mempengaruhi perbedaan harganya.

Dengan pemakaian lampu seperti ini, energi listrik di rumah bisa dihemat sekitar 10%. Tagihan listrik pun bisa berkurang setiap bulannya. Hemat bukan?

Keuntungan Dibanding Lampu Taman Biasa

1. Sumber energi listriknya tidak pernah habis. Selama kehidupan masih ada, matahari akan terus bersinar. Letak geografis Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa dan juga menerima panas matahari sepanjang musim, menjadi nilai lebih tersendiri. Pemanfaatannya akan lebih maksimal dibanding dengan yang tinggal di daerah kutub.

2. Ramah lingkungan. Dilihat dari keseluruhan bahan, lampu ini menggunakan bahan ramah lingkungan. Bahkan untuk baterai grand cell-nya sebagai penyimpan energi listrik tidak mengandung bahan kadmium dan alkali.

3. Irit biaya. Menggunakan lampu taman ini diibaratkan Anda membeli barang dengan bonus ganda. Selain nyala lampunya tak akan pernah padam, kecuali energi listrik yang tersimpan di dalam baterai habis, lampu ini membuat Anda berhemat tagihan listrik. Meskipun secara hitungan uang harganya relatif mahal, jika diperhitungkan secara lebih seksama lagi hitungan uang ini relatif murah. Hal ini disebabkan porsi tagihan listrik untuk pemakaian lampu taman bisa berkurang selama Anda menggunakan lampu ini.

4. Tanpa bahan bakar dan bebas polusi. Tak ada bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan lampu ini.  Semua dinikmati secara gratis dan cuma-cuma.  Ke depan, pemakaiannya tak akan menimbulkan masalah, Selain itu tak ada polusi yang dihasilkan dari penggunaan lampu ini.

5. Tak perlu biaya perawatan khusus.  Hal yang membuat malas seseorang salah satunya adalah merawat sebuah barang.  Barang yang bagus, jika perawatannya sulit, orang akan mudah berpaling.  Namun tidak dengan lampu tanaman ini.  Hanya perlu dilap pada permukaan solar cell agar kotoran tidak menutup energi sinar matahari yang diterimanya.  Bahan lampu juga anti jamur dan tak mudah berkarat sehingga konsumen semakin mudah dalam perawatannya. (Tabloid Rumah/Al Nindito Pratomo/Irfan Hidayat)





RABU, 14 OKTOBER 2009 | 08:04 WIB


Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...