Tuesday, August 4, 2009

PERANTI LUNAK: Raih Efisiensi 60 Persen dengan OSS

Sejak dicanangkan lima tahun lalu, program nasional Indonesia Go Open Source telah diterapkan berbagai kalangan. Penggunaan sumber sistem operasi terbuka ini terbukti dapat meningkatkan efisiensi hingga 60 persen.

Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kemal Prihatman, Jumat (31/7), menyatakan, penerapan open source software (OSS) pada umumnya dapat menekan anggaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) hingga 30 persen, bahkan beberapa perusahaan swasta dapat mencapai efisiensi lebih dari 50 persen.

Sistem Indonesia Go Open Source yang dicanangkan lima kementerian itu pada tahun 2004 bertujuan mengurangi penggunaan peranti lunak ilegal di Indonesia dan mendorong penggunaan peranti lunak sistem terbuka.

Program tersebut sejauh ini telah berhasil menjangkau berbagai lapisan masyarakat, mulai dari akademisi, instansi pemerintah, swasta, hingga komunitas-komunitas.

Dalam seminar nasional IGOS Center yang diselenggarakan di Jakarta, belum lama ini, beberapa perusahaan mengungkapkan kisah keberhasilan dan kendala yang dihadapi saat ini. Salah satunya adalah PT Samudera Indonesia Tbk yang dapat menghemat anggaran TIK-nya bahkan hingga 60 persen.

Kepala Divisi Teknologi dan Sistem Informasi perusahaan pelayaran tersebut, Denny Ganjar Purnama, menegaskan, ”Bila membeli software berlisensi, perusahaan harus mengeluarkan dana hingga Rp 18 miliar.”

”Akan tetapi, dengan menggunakan open source software, dana yang dikeluarkan hanya sekitar Rp 6 miliar,” lanjut Denny.

Meski begitu, ia melihat kompatibilitas OSS dalam lingkup yang lebih besar atau nasional perlu dikembangkan dengan mengacu pada standar yang sama. Ini yang masih menjadi kendala dalam pengembangan OSS di Indonesia.

Sementara itu, menurut Kemal, di luar institusi pendidikan dan swasta, saat ini minat pemerintah daerah untuk menggunakan OSS sudah mulai tumbuh.

”Pada masa sekarang telah ada sekitar 60 pemerintah kabupaten/kota yang menyatakan keinginan untuk menerapkan OSS,” katanya.

Sejak tahun 2007 hingga tahun ini Kementerian Negara Riset dan Teknologi mendorong upaya rintisan membangun 19 Jaringan Pendayagunaan Open Source Software (POSS) dan 25 IGOS Center di berbagai wilayah di Indonesia.

Untuk itu, kementerian ini menyelenggarakan program insentif. ”Untuk tiap POSS dialokasikan dana hingga Rp 300 juta selama tiga tahun program,” ujar Agus Sediadi, dari Kepala Bidang Kemitraan Lembaga Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Sayangnya dari POSS yang dibangun itu, ungkap Agus, hanya beberapa yang berkembang lebih lanjut, yaitu di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Institusi pendidikan ini bahkan telah menghubungkan jejaringnya ke tingkat internasional.

Meski masih banyak POSS yang belum berkembang, Kementerian Negara Riset dan Teknologi mulai tahun depan tidak lagi mendukung pendanaannya. Diharapkan, POSS tersebut dapat mengupayakan sumber pembiayaannya sendiri. (YUN)

Jakarta, 04 Agustus 2009

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/04/03314181/raih.efisiensi.60.persen.dengan.oss

Geo-engineering sebagai Solusi

Dalam Simposium Nobel Laureate di London akhir Mei lalu, Menteri Energi Amerika Serikat Prof Steven Chu melontarkan ide kontroversial, yaitu mengusulkan atap-atap rumah dan jalanan dicat putih dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Sumber Foto: www.nature.com

Apa betul mengecat putih atap rumah bisa melawan kecenderungan pemanasan global? ”Dengan mencerahkan warna seluruh atap dan jalan, ini setara dengan menghilangkan seluruh kendaraan di dunia dari jalanan selama 11 tahun,” ujar peraih Nobel Fisika tahun 1997 ini kepada The Times.

Permukaan atap atau jalanan yang berwarna lebih cerah akan meningkatkan kemampuan albedo, yaitu kemampuan Bumi memantulkan kembali radiasi sinar Matahari ke luar angkasa. Menurut Chu, atap berwarna pucat atau putih memiliki tingkat albedo hingga 0,8 (80 persen). Ini juga membuat rumah lebih dingin sehingga mengurangi pemakaian energi listrik, khususnya pendingin udara.

Bandingkan dengan permukaan atap biasa yang albedonya hanya 0,2. Semakin rendah albedo, semakin tinggi pula Bumi menyerap radiasi sinar Matahari. Suhu di Bumi pun semakin panas. Materi yang memiliki kemampuan tinggi merefleksi radiasi sinar matahari adalah es, sementara yang terendah di antaranya lautan dan hutan lebat.

Berdasarkan data rekaman Clouds and Earth Radiant Energy System (CERES)—salah satu instrumen satelit milik NASA—rata-rata tingkat albedo Bumi saat ini adalah 0,3. Penurunan 0,001 point saja bakal berdampak besar bagi iklim di Bumi.

Penurunan ini nyatanya betul-betul tengah terjadi. Seperti dilaporkan di dalam American Journal of Science, tingkat albedo Bumi terus melemah. Dalam kurun waktu empat tahun saja (2000-2004), CERES mencatat albedo Bumi turun 0,0027 poin. Ini setara dengan peningkatan energi tertahan di Bumi sebesar 0,9 watt per meter persegi. Suhu rata-rata di Bumi pun semakin meninggi.

Rekayasa kebumian

Ide Chu yang sederhana tetapi mengena tentang gerakan mengecat putih atap dan jalanan adalah bagian dari upaya yang kini tengah populer diperdebatkan, yaitu geoengineering (rekayasa kebumian).

Ini adalah suatu paradigma baru melawan gejala pemanasan global dengan menggunakan bantuan rekayasa teknik dan geologi guna membalikkan efek pemanasan.

Memanipulasi iklim Bumi, baik melalui unsur fisik, kimia, maupun biologis, khususnya komposisi atmosfer di Bumi secara drastis, demi membalikkan efek pemanasan global adalah tujuan dari paradigma ini.

Mereka yang pro paradigma ini berpandangan, penguasaan iptek mengizinkan manusia untuk bertindak, berbuat sesuatu, demi kelangsungan hidup mereka. Termasuk di antaranya adalah memanipulasi iklim.

American Meterorological Society telah memasukkan geoengineering sebagai salah satu dari tiga strategi proaktif untuk mengurangi risiko kehidupan akibat dampak pemanasan global. Geoengineering menjadi opsi yang terbilang paling ekstrem untuk mengatasi efek pemanasan global dibandingkan dengan dua strategi lainnya, yaitu mitigasi (mengurangi emisi gas CO) dan adaptasi.

Tiga kategori

Usulan geoengineering meliputi tiga kategori penting. Pertama, mengurangi level efek rumah kaca di atmosfer lewat manipulasi dalam skala global, misalnya, melalui penumbuhan spesies fitoplankton nonhabitat asli secara besar-besaran atau menabur bijih besi di lautan untuk meningkatkan skala penyerapan gas CO di udara.

Kedua, mendinginkan Bumi dengan cara memperbesar albedo Bumi melalui pembuatan kaca-kaca pemantul radiasi sinar matahari atau menginjeksikan sulfur dioksida (SO) ke dalam lapisan stratosfer ataupun ke permukaan laut.

Lalu, ketiga, manipulasi skala besar lainnya, misalnya, berupa pembuatan megaproyek pipa vertikal di lautan lepas yang didesain meningkatkan proses transfer absorb panas dari permukaan laut ke tanah.

Persoalannya, sebesar dampak perubahannya menurunkan efek pemanasan global, opsi-opsi geoengineering ini juga berisiko besar menghasilkan perubahan, ketidakseimbangan ekologis, ataupun ekosistem di Bumi. Injeksi sulfur dioksida (SO) ke lapisan stratosfer, misalnya, berisiko besar menciptakan fenomena hujan asam.

Alan Robock, Direktur Meteorologi di Pusat Prediksi Lingkungan Rutgers University, New Jersey, AS, mengatakan, setidaknya ada 20 alasan bahwa geoengineering bisa menjadi ancaman global baru.

Mulai dari kemungkinan mengubah iklim lokal, pengasaman air laut, penipisan ozon, pengerdilan tanaman, berkurangnya bahan baku energi alternatif surya, hingga kekhawatiran terhadap faktor human error di dalam melaksanakan proses rekayasa itu.

Pulihkan diri sendiri

Terlepas dari mendesaknya penanganan akan pemanasan global mengingat laju peningkatan konsentrat CO di udara terus meningkat, hingga melampaui 80 ppm dari konsentrasi ideal, Alan menyarankan perlunya alternatif lain.

Menurut dia, upaya pengurangan dampak pemanasan global lebih berat pada nuansa politisnya ketimbang nuansa teknisnya. Misalnya, dengan mendorong masyarakat lebih menggunakan energi putih (energi alternatif). Serta, secara bersamaan membiarkan Bumi untuk memulihkan dirinya sendiri. Namun, pandangan ini ditentang mereka yang pro dengan paradigma geoengineering.

”Jika kita tidak melakukan apa pun, secara alamiah Bumi memang bisa memulihkan dirinya sendiri. Tetapi, itu membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun dari sekarang, seperti terjadi 55 juta tahun lalu. Persoalannya, apakah kita bisa bertahan selama itu?” tutur James Lovelock, ilmuwan sekaligus pemerhati lingkungan yang bekerja untuk NASA.

Pengemuka Hipotesis Gaia ini berpendapat, upaya pemulihan diri Bumi terhadap pemanasan global harus dibantu percepatannya melalui tangan manusia. Ia pesimistis, tanpa suatu upaya revolusioner, pemanasan global ke depan akan kian parah.

”Saat itu kita akan melampaui suatu titik di mana efek (pemanasan global) tidak bisa lagi dibalikkan,” ujarnya kepada Livescience.

Di tengah segala pro-kontra yang terjadi mengenai geoengineering, Chu mencoba mengambil titik tengah. Menurut dia, usulan gerakan memutihkan atap dan jalan termasuk ke dalam geoengineering lunak. Karena, langkah itu relatif tidak menghasilkan risiko perubahan ekologi atau ekosistem Bumi.

Memutihkan atap dan jalanan adalah satu-satunya usulan geoengineering yang akan disikapi secara serius oleh Pemerintah AS saat ini. Jika diterapkan di 100 kota besar di dunia, dampak gerakan ini setara dengan menghilangkan 44 miliar ton CO di udara.

Kebijakan ini telah diimplementasikan secara bertahap di Negara Bagian California, AS. Usulan yang terdengar sederhana, tetapi tampaknya bakal sulit diterapkan jika tidak diikuti kesadaran tinggi dari manusia untuk sedikit berkorban demi masa depan Bumi.

Penulis:YULVIANUS HARJONO

Jakarta, 04 Agustus 2009

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/04/03225412/geoengineering.sebagai.solusi

Monday, August 3, 2009

Nokia Menggalakkan Daur Ulang

MASYARAKAT Indonesia cukup datang ke Nokia Care Center untuk mendaur ulang ponsel bekas. Greenpeace pun menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang paling ramah lingkungan di dunia.

Produsen ponsel terbesar dunia Nokia Corp mengajak masyarakat di Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendaur ulang ponsel, charger, dan aksesori yang tidak lagi terpakai. Guna memudahkan para pengguna ponsel di Indonesia melakukan daur ulang, Nokia menyediakan 91 buah drop-box daur ulang di 91 gerai Nokia Care Center yang ada di Indonesia.Pada drop-box tersebut, masyarakat boleh memasukkan ponsel merek apa pun untuk didaur ulang, tidak harus ponsel Nokia.

”Kampanye kepedulian lingkungan ini kami lakukan karena survei mengungkap bahwa tiga dari empat pengguna ponsel di dunia tidak pernah berpikir untuk mendaur ulang ponselnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ponsel dapat didaur ulang,” ujar Regional Manager Market Environmental Affairs Nokia SEAP Francis Cheong. Lebih dari itu, sebanyak 70% pengguna ponsel di dunia, menurut Cheong, juga tidak tahu harus pergi ke mana jika ingin mendaur ulang ponsel mereka.

Kini, pengguna ponsel di Indonesia tinggal pergi ke Nokia Care Center jika ingin mendaur ulang ponselnya. Cheong mengungkapkan,daur ulang ponsel dan berbagai jenis aksesorinya sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebagai contoh, ketika sebuah ponsel bekas sudah didaur ulang,maka Bumi akan terhindar dari 12.585 kg emisi karbon dioksida (CO2), yang memicu pemanasan global. Dengan daur ulang ponsel, Cheong menambahkan, industri juga bisa mengurangi penambangan bahan mentah untuk membuat produk.

Pada saat ini,jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai tiga miliar orang. Jika masing-masing mereka mendaur ulang satu saja ponsel bekasnya, maka industri dapat menghemat penggunaan bahan mentah sebanyak 240.000 ton. Penggunaan bahan mentah dapat dihemat karena industri bisa membuat produk dari bahan-bahan yang berasal dari ponsel-ponsel bekas.Mulai plastik hingga logam-logamnya.

Karena penambangan bahan mentah dapat dikurangi, maka emisi CO2 di Bumi pun dapat dipangkas dengan volume setara emisi CO2 empat juta unit kendaraan bermotor yang berjalan bersamaan di jalan raya. Cheong menegaskan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel merupakan salah satu yang terendah di dunia. Karena itu, Nokia menggalakkan kampanye daur ulang di sini. Sebanyak 91 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di Indonesia merupakan bagian dari sekitar 5.000 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di 85 negara di dunia pada saat ini.

Untuk mendaur ulang ponselponsel bekas di Indonesia, Nokia bekerja sama dengan perusahaan spesialis daur ulang sampah elektronik (e-waste) bernama TESAMM. Namun, TES-AMM tidak mendaur ulang ponsel-ponsel bekas tersebut di Indonesia, melainkan di Singapura. Technical Advisor TES-AMM Bambang N Gyat menjelaskan, TES-AMM mengumpulkan produk- produk bekas dari drop-box Nokia pada setiap dua bulan.

Selanjutnya, produk-produk bekas itu dikirimkan ke Singapura untuk didaur ulang. ”Daur ulang ponsel sangat mahal.Kami harus melakukannya di Singapura agar volume menjadi lebih banyak dan biaya pun menjadi lebih murah,”tutur Bambang. Di Singapura, produk-produk bekas tersebut didaur ulang secara terkendali. Artinya, proses daur ulang itu dilakukan secara terisolasi sehingga tidak menimbulkan emisi atau limbah lanjutan. Material-material daur ulang ponsel tersebut kemudian disalurkan kembali kepada industri.

Cheong berharap, kehadiran 91 buah drop-box ponsel bekas Nokia di Indonesia akan mengubah cara para pengguna ponsel di Indonesia dalam memperlakukan ponsel bekas. Survei Nokia mengungkap, sebanyak 44% ponsel bekas pada saat ini masih disimpan di rumah. Sebanyak 25% ponsel bekas yang lain diberikan kepada keluarga atau teman.Adapun 16% ponsel bekas yang lain lagi dijual kembali dan 4% ponsel bekas dibuang ke tempat sampah. Sementara ponsel bekas yang didaur ulang di dunia pada saat ini baru mencapai 3%.

Paling Ramah Lingkungan

Kelompok pencinta lingkungan Greenpeace menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang memiliki tingkat kepedulian lingkungan tertinggi. Alasannya,Nokia sangat aktif mengampanyekan daur ulang produk kepada konsumen. Termasuk di negara-negara yang belum memiliki undangundang sampah elektronik seperti Indonesia.

Di samping itu,Nokia juga aktif memangkas penggunaan kimia berbahaya pada produk-produknya dan terus meningkatkan efisiensi konsumsi energi produkproduknya. Pada saat ini, sekitar 80% ponsel Nokia juga sudah dapat didaur ulang. Langkah-langkah nyata Nokia dalam membantu kelestarian lingkungan, antara lain dengan merilis charger ramah lingkungan pada awal 2007. Charger tersebut mampu memberikan peringatan kepada pengguna agar mencabut charger ketika baterai ponsel telah terisi penuh.

Ketika baterai sudah penuh namun charger tetap terhubung ke listrik, maka energi listrik terbuang sia-sia.Nokia mengungkapkan, strategi penghematan listrik ini bisa menghemat listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 85.000 rumah per tahun. Nokia juga bertekad akan terus memangkas konsumsi energi produk-produknya.Pada saat ini, charger Nokia sudah 94% lebih hemat energi daripada ketentuan minimum Energy Star.Namun, Nokia bertekad memangkas 50% konsumsi listrik charger-nya pada 2010.

Di samping itu, Nokia juga termasuk produsen ponsel yang menyepakati penyeragaman charger, yang rencananya dilakukan pada 2012. Produsen ponsel lain yang turut dalam kesepakatan itu adalah Samsung Electronics Co Ltd, LG Electronics Inc, Motorola Inc, dan Sony Ericsson Mobile Communications AB. Nokia,Samsung,LG,Motorola, dan Sony Ericsson adalah lima produsen ponsel terbesar dunia. Bersama-sama, mereka menjual hampir satu miliar unit ponsel pada 2008.

Mereka merencanakan, pada 2012 sebagian besar ponsel yang dipasarkan di dunia akan memiliki charger yang sama. Standar yang disepakati adalah charger USB mini. Selama ini, masing-masing produsen ponsel menggunakan desain charger berbeda untuk masingmasing ponsel mereka. Sejumlah produsen ponsel, bahkan menggunakan desain charger berbeda untuk beberapa jenis ponsel yang mereka produksi sendiri.

Organisasi produsen ponsel dan operator seluler global GSM Association (GSMA) menilai, penggunaan charger yang berbeda- beda itu menyumbangkan pencemaran lingkungan cukup signifikan. Sebab, ketika seorang pengguna ponsel membeli ponsel baru, maka dia harus membuang charger lama. GSMA mengalkulasi, para pengguna ponsel di dunia saat ini membuang charger bekas rata-rata 51.000 ton per tahun. Di samping itu,produksi dan distribusi charger baru juga menyumbangkan polusi CO2 antara 13,6 juta ton hingga 21,8 juta ton per tahun.

”Industri ponsel memiliki peran penting dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Program standarisasi charger ini adalah langkah penting yang bisa menghemat banyak sekali sumber daya, sekaligus meningkatkan kenyamanan para pengguna ponsel,” ujar Chief Executive Officer GSMA Rob Conway. Ucapan Conway ada benarnya. Dengan standardisasi charger, pengguna yang memiliki lebih dari satu ponsel cukup memiliki satu charger saja.

Dengan begitu, pengguna tersebut bisa menghemat ruang di tempat tinggalnya. Conway pun menceritakan pengalaman pribadinya. ”Di rumah, laci saya penuh dengan charger, baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak terpakai.

Saya berharap laci saya tidak akan lagi penuh dengan charger setelah rencana standardisasi ini terwujud,”tutur Conway. (ahmad fauzi)

Sunday, 02 August 2009

Nokia Menggalakkan Daur Ulang

MASYARAKAT Indonesia cukup datang ke Nokia Care Center untuk mendaur ulang ponsel bekas. Greenpeace pun menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang paling ramah lingkungan di dunia.

Produsen ponsel terbesar dunia Nokia Corp mengajak masyarakat di Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendaur ulang ponsel, charger, dan aksesori yang tidak lagi terpakai. Guna memudahkan para pengguna ponsel di Indonesia melakukan daur ulang, Nokia menyediakan 91 buah drop-box daur ulang di 91 gerai Nokia Care Center yang ada di Indonesia.Pada drop-box tersebut, masyarakat boleh memasukkan ponsel merek apa pun untuk didaur ulang, tidak harus ponsel Nokia.

”Kampanye kepedulian lingkungan ini kami lakukan karena survei mengungkap bahwa tiga dari empat pengguna ponsel di dunia tidak pernah berpikir untuk mendaur ulang ponselnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ponsel dapat didaur ulang,” ujar Regional Manager Market Environmental Affairs Nokia SEAP Francis Cheong. Lebih dari itu, sebanyak 70% pengguna ponsel di dunia, menurut Cheong, juga tidak tahu harus pergi ke mana jika ingin mendaur ulang ponsel mereka.

Kini, pengguna ponsel di Indonesia tinggal pergi ke Nokia Care Center jika ingin mendaur ulang ponselnya. Cheong mengungkapkan,daur ulang ponsel dan berbagai jenis aksesorinya sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebagai contoh, ketika sebuah ponsel bekas sudah didaur ulang,maka Bumi akan terhindar dari 12.585 kg emisi karbon dioksida (CO2), yang memicu pemanasan global. Dengan daur ulang ponsel, Cheong menambahkan, industri juga bisa mengurangi penambangan bahan mentah untuk membuat produk.

Pada saat ini,jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai tiga miliar orang. Jika masing-masing mereka mendaur ulang satu saja ponsel bekasnya, maka industri dapat menghemat penggunaan bahan mentah sebanyak 240.000 ton. Penggunaan bahan mentah dapat dihemat karena industri bisa membuat produk dari bahan-bahan yang berasal dari ponsel-ponsel bekas.Mulai plastik hingga logam-logamnya.

Karena penambangan bahan mentah dapat dikurangi, maka emisi CO2 di Bumi pun dapat dipangkas dengan volume setara emisi CO2 empat juta unit kendaraan bermotor yang berjalan bersamaan di jalan raya. Cheong menegaskan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel merupakan salah satu yang terendah di dunia. Karena itu, Nokia menggalakkan kampanye daur ulang di sini. Sebanyak 91 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di Indonesia merupakan bagian dari sekitar 5.000 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di 85 negara di dunia pada saat ini.

Untuk mendaur ulang ponselponsel bekas di Indonesia, Nokia bekerja sama dengan perusahaan spesialis daur ulang sampah elektronik (e-waste) bernama TESAMM. Namun, TES-AMM tidak mendaur ulang ponsel-ponsel bekas tersebut di Indonesia, melainkan di Singapura. Technical Advisor TES-AMM Bambang N Gyat menjelaskan, TES-AMM mengumpulkan produk- produk bekas dari drop-box Nokia pada setiap dua bulan.

Selanjutnya, produk-produk bekas itu dikirimkan ke Singapura untuk didaur ulang. ”Daur ulang ponsel sangat mahal.Kami harus melakukannya di Singapura agar volume menjadi lebih banyak dan biaya pun menjadi lebih murah,”tutur Bambang. Di Singapura, produk-produk bekas tersebut didaur ulang secara terkendali. Artinya, proses daur ulang itu dilakukan secara terisolasi sehingga tidak menimbulkan emisi atau limbah lanjutan. Material-material daur ulang ponsel tersebut kemudian disalurkan kembali kepada industri.

Cheong berharap, kehadiran 91 buah drop-box ponsel bekas Nokia di Indonesia akan mengubah cara para pengguna ponsel di Indonesia dalam memperlakukan ponsel bekas. Survei Nokia mengungkap, sebanyak 44% ponsel bekas pada saat ini masih disimpan di rumah. Sebanyak 25% ponsel bekas yang lain diberikan kepada keluarga atau teman.Adapun 16% ponsel bekas yang lain lagi dijual kembali dan 4% ponsel bekas dibuang ke tempat sampah. Sementara ponsel bekas yang didaur ulang di dunia pada saat ini baru mencapai 3%.

Paling Ramah Lingkungan

Kelompok pencinta lingkungan Greenpeace menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang memiliki tingkat kepedulian lingkungan tertinggi. Alasannya,Nokia sangat aktif mengampanyekan daur ulang produk kepada konsumen. Termasuk di negara-negara yang belum memiliki undangundang sampah elektronik seperti Indonesia.

Di samping itu,Nokia juga aktif memangkas penggunaan kimia berbahaya pada produk-produknya dan terus meningkatkan efisiensi konsumsi energi produkproduknya. Pada saat ini, sekitar 80% ponsel Nokia juga sudah dapat didaur ulang. Langkah-langkah nyata Nokia dalam membantu kelestarian lingkungan, antara lain dengan merilis charger ramah lingkungan pada awal 2007. Charger tersebut mampu memberikan peringatan kepada pengguna agar mencabut charger ketika baterai ponsel telah terisi penuh.

Ketika baterai sudah penuh namun charger tetap terhubung ke listrik, maka energi listrik terbuang sia-sia.Nokia mengungkapkan, strategi penghematan listrik ini bisa menghemat listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 85.000 rumah per tahun. Nokia juga bertekad akan terus memangkas konsumsi energi produk-produknya.Pada saat ini, charger Nokia sudah 94% lebih hemat energi daripada ketentuan minimum Energy Star.Namun, Nokia bertekad memangkas 50% konsumsi listrik charger-nya pada 2010.

Di samping itu, Nokia juga termasuk produsen ponsel yang menyepakati penyeragaman charger, yang rencananya dilakukan pada 2012. Produsen ponsel lain yang turut dalam kesepakatan itu adalah Samsung Electronics Co Ltd, LG Electronics Inc, Motorola Inc, dan Sony Ericsson Mobile Communications AB. Nokia,Samsung,LG,Motorola, dan Sony Ericsson adalah lima produsen ponsel terbesar dunia. Bersama-sama, mereka menjual hampir satu miliar unit ponsel pada 2008.

Mereka merencanakan, pada 2012 sebagian besar ponsel yang dipasarkan di dunia akan memiliki charger yang sama. Standar yang disepakati adalah charger USB mini. Selama ini, masing-masing produsen ponsel menggunakan desain charger berbeda untuk masingmasing ponsel mereka. Sejumlah produsen ponsel, bahkan menggunakan desain charger berbeda untuk beberapa jenis ponsel yang mereka produksi sendiri.

Organisasi produsen ponsel dan operator seluler global GSM Association (GSMA) menilai, penggunaan charger yang berbeda- beda itu menyumbangkan pencemaran lingkungan cukup signifikan. Sebab, ketika seorang pengguna ponsel membeli ponsel baru, maka dia harus membuang charger lama. GSMA mengalkulasi, para pengguna ponsel di dunia saat ini membuang charger bekas rata-rata 51.000 ton per tahun. Di samping itu,produksi dan distribusi charger baru juga menyumbangkan polusi CO2 antara 13,6 juta ton hingga 21,8 juta ton per tahun.

”Industri ponsel memiliki peran penting dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Program standarisasi charger ini adalah langkah penting yang bisa menghemat banyak sekali sumber daya, sekaligus meningkatkan kenyamanan para pengguna ponsel,” ujar Chief Executive Officer GSMA Rob Conway. Ucapan Conway ada benarnya. Dengan standardisasi charger, pengguna yang memiliki lebih dari satu ponsel cukup memiliki satu charger saja.

Dengan begitu, pengguna tersebut bisa menghemat ruang di tempat tinggalnya. Conway pun menceritakan pengalaman pribadinya. ”Di rumah, laci saya penuh dengan charger, baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak terpakai.

Saya berharap laci saya tidak akan lagi penuh dengan charger setelah rencana standardisasi ini terwujud,”tutur Conway. (ahmad fauzi).

Tingkat Kepedulian Lingkungan Produsen Elektronik Utama Dunia – Juni 2009

No

Produsen

Keterangan

Nilai (1 – 10)

1.

Nokia

Nokia menempati peringkat tertinggi karena lebih agresif daripada perusahaan lain dalam menghapus penggunaan kimia berbahaya pada produk.

7,4

2.

Samsung

Samsung menempati posisi kedua karena berkomitmen menghapus emisi-emisi berbahaya

7,1

3.

Sony Ericsson

Peringkat Sony Ericsson naik dua level karena mampu memperbaiki efisiensi konsumsi energi produk-produknya.

6,5

4.

LG

Peringkat LG naik dua level tetapi LG harus meningkatkan upaya penghapusan kimia-kimia berbahaya dari produk-produknya.

5,7

5.

Toshiba

Peringkat Toshiba naik dua level karena Toshiba berkomitmen untuk mengurangi emisi gas-gas pemicu pemanasan global.

5,5

6.

Motorola

Peringkat Motorola naik dua level dan meraih skor lebih tinggi karena Motorola lebih banyak menggunakan energi yang dapat diperbaharui

5,5

7.

Philips

Peringkat Philips anjlok dari posisi empat ke posisi tujuh karena tidak bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan daur-ulang produk.

5,3

8.

Sharp

Peringkat sharp naik satu level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi.

5,3

9.

Acer

Peringkat Acer naik dua level karena Acer mampu memasarkan 16 jenis monitor baru yang hampir bebas dari kimia berbahaya

4,9

10.

Panasonic

Peringkat Panasonik naik dua level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi dan bebas PVC (Polyvinylchloride).

4,9

11.

Apple

Peringkat apple anjlok ke posisi sebelas karena apple tidak melakukan apapun untuk meningkatkan pelestarian lingkungan hidup.

4,7

12.

Sony

Peringkat Sony anjlok dari posisi lima ke posisi dua belas karena Sony tidak punya komitmen yang cukup dalam mengurangi penggunaan kimia berbahaya, meningkatkan daur-ulang dan memangkas gas berbahaya.

4,5

13.

Dell

Peringkat Dell bertahan pada posisi sebelas karena upaya Dell dalam memangkas penggunaan kimia berbahaya ternyata mengalami kemunduran.

3,9

14.

HP

HP menempatkan posisi ke-14 karena HP tidak pernah memasarkan produk yang bebas kimia beracun. Artinya, seluruh produk HP yang ada di pasar mengandung kimia beracun.

3,5

15.

Microsoft

Microsoft menempati posisi ke-15 karena kehilangan poin. Ini terjadi karena Microsoft memiliki kebijakan daur-ulang yang buruk.

2,5

16.

Lenovo

Peringkat Lenovo anjlok dua level karena Lenovo tidak menentukan tenggat waktu penghapusan kimia beracun dari seluruh produknya.

2,5

17.

Fujitsu

Fujitsu menempati posisi ke-17 karena hingga saat ini Fujitsu tidak mampu memasarkan produk yang bebas kimia berbahaya.

2,4

18.

Nintendo

Nintendo menempati posisi terakhir karena Nintendo tidak memiliki komitmen untuk memproduksi konsol game yang bebas PVC (polyvinylchloride)

1,0

Sumber : www.greenpeace.org


Sunday, 02 August 2009

Saturday, August 1, 2009

Mentok Rimba, Sudah Punah di Jawa, Jangan Terulang di Sumatera

Mentok rimba (Cairina scutulata) merupakan salah satu jenis burung dilindungi yang masuk dalam seri perangko "Pusaka Hutan Sumatera". Hingga kini, di seluruh dunia hanya tersisa 1.000 ekor, termasuk 150 ekor yang ada di Sumatera dan diperkirakan telah punah di Jawa.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkannya ke dalam status "Genting" (Endangered/EN). Persebarannya kini hanya meliputi hutan dataran rendah Sumatera bagian timur dan barat laut.

Mentok berukuran besar antara 66-75 cm. Bentuknya hampir menyerupai bebek. Warna bulunya gelap dan kepala serta lehernya keputih-putihan. Penutup sayap kecil putih, penutup sayap tengah dan spekulum abu-abu biru.

Mentok rimba sangat tergantung pada lahan basah alami maupun buatan yang dekat dengan hutan rawa, hutan awet-hijau, maupun hutan luruh-daun sebagai lokasi berbiak dan istirahat. Burung jenis ini suka sekali bersembunyi dan pada malam hari mereka juga dapat aktif mencari makan sendiri, berpasangan, maupun berkelompok 6-8 ekor.

Karena hidupnya di lahan basar (air), maka pembangunan listrik tenaga air dan polusi menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Selain itu, penurunan polulasinya juga diakibatkan oleh kerusakan, degradasi, dan gangguan habitatnya termasuk kehilangan koridor hutan di tepi sungai. Polulasinya yang tinggal sedikit ini sangat beresiko terhadap kepunahan.

Perkembangbiakan burung jenis ini tergantung pada musim. Betina bertelur pada akhir musim kering dan telurnya akan menetas pada awal musim hujan. Sekali berbiak, betina dapat bertelur sampai 10 kali pada satu lubang sarang.

Walaupun burung jenis ini sudah punah di Jawa, tetapi kita masih bisa melestarikan salah satu kekayaan alam ini di Sumatera. Jangan sampai kita "kecolongan" untuk yang kedua kalinya. Mari kita lestarikan mentok rimba!

SELASA, 28 JULI 2009 | 22:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/28/22583145/mentok.rimba.sudah.punah.di.jawa.jangan.terulang.di.sumatera.

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...