International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkannya ke dalam status "Genting" (Endangered/EN). Persebarannya kini hanya meliputi hutan dataran rendah Sumatera bagian timur dan barat laut.
Mentok berukuran besar antara 66-75 cm. Bentuknya hampir menyerupai bebek. Warna bulunya gelap dan kepala serta lehernya keputih-putihan. Penutup sayap kecil putih, penutup sayap tengah dan spekulum abu-abu biru.
Mentok rimba sangat tergantung pada lahan basah alami maupun buatan yang dekat dengan hutan rawa, hutan awet-hijau, maupun hutan luruh-daun sebagai lokasi berbiak dan istirahat. Burung jenis ini suka sekali bersembunyi dan pada malam hari mereka juga dapat aktif mencari makan sendiri, berpasangan, maupun berkelompok 6-8 ekor.
Karena hidupnya di lahan basar (air), maka pembangunan listrik tenaga air dan polusi menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Selain itu, penurunan polulasinya juga diakibatkan oleh kerusakan, degradasi, dan gangguan habitatnya termasuk kehilangan koridor hutan di tepi sungai. Polulasinya yang tinggal sedikit ini sangat beresiko terhadap kepunahan.
Perkembangbiakan burung jenis ini tergantung pada musim. Betina bertelur pada akhir musim kering dan telurnya akan menetas pada awal musim hujan. Sekali berbiak, betina dapat bertelur sampai 10 kali pada satu lubang sarang.
Walaupun burung jenis ini sudah punah di Jawa, tetapi kita masih bisa melestarikan salah satu kekayaan alam ini di Sumatera. Jangan sampai kita "kecolongan" untuk yang kedua kalinya. Mari kita lestarikan mentok rimba!
No comments:
Post a Comment