Monday, August 3, 2009

Nokia Menggalakkan Daur Ulang

MASYARAKAT Indonesia cukup datang ke Nokia Care Center untuk mendaur ulang ponsel bekas. Greenpeace pun menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang paling ramah lingkungan di dunia.

Produsen ponsel terbesar dunia Nokia Corp mengajak masyarakat di Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendaur ulang ponsel, charger, dan aksesori yang tidak lagi terpakai. Guna memudahkan para pengguna ponsel di Indonesia melakukan daur ulang, Nokia menyediakan 91 buah drop-box daur ulang di 91 gerai Nokia Care Center yang ada di Indonesia.Pada drop-box tersebut, masyarakat boleh memasukkan ponsel merek apa pun untuk didaur ulang, tidak harus ponsel Nokia.

”Kampanye kepedulian lingkungan ini kami lakukan karena survei mengungkap bahwa tiga dari empat pengguna ponsel di dunia tidak pernah berpikir untuk mendaur ulang ponselnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ponsel dapat didaur ulang,” ujar Regional Manager Market Environmental Affairs Nokia SEAP Francis Cheong. Lebih dari itu, sebanyak 70% pengguna ponsel di dunia, menurut Cheong, juga tidak tahu harus pergi ke mana jika ingin mendaur ulang ponsel mereka.

Kini, pengguna ponsel di Indonesia tinggal pergi ke Nokia Care Center jika ingin mendaur ulang ponselnya. Cheong mengungkapkan,daur ulang ponsel dan berbagai jenis aksesorinya sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebagai contoh, ketika sebuah ponsel bekas sudah didaur ulang,maka Bumi akan terhindar dari 12.585 kg emisi karbon dioksida (CO2), yang memicu pemanasan global. Dengan daur ulang ponsel, Cheong menambahkan, industri juga bisa mengurangi penambangan bahan mentah untuk membuat produk.

Pada saat ini,jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai tiga miliar orang. Jika masing-masing mereka mendaur ulang satu saja ponsel bekasnya, maka industri dapat menghemat penggunaan bahan mentah sebanyak 240.000 ton. Penggunaan bahan mentah dapat dihemat karena industri bisa membuat produk dari bahan-bahan yang berasal dari ponsel-ponsel bekas.Mulai plastik hingga logam-logamnya.

Karena penambangan bahan mentah dapat dikurangi, maka emisi CO2 di Bumi pun dapat dipangkas dengan volume setara emisi CO2 empat juta unit kendaraan bermotor yang berjalan bersamaan di jalan raya. Cheong menegaskan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel merupakan salah satu yang terendah di dunia. Karena itu, Nokia menggalakkan kampanye daur ulang di sini. Sebanyak 91 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di Indonesia merupakan bagian dari sekitar 5.000 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di 85 negara di dunia pada saat ini.

Untuk mendaur ulang ponselponsel bekas di Indonesia, Nokia bekerja sama dengan perusahaan spesialis daur ulang sampah elektronik (e-waste) bernama TESAMM. Namun, TES-AMM tidak mendaur ulang ponsel-ponsel bekas tersebut di Indonesia, melainkan di Singapura. Technical Advisor TES-AMM Bambang N Gyat menjelaskan, TES-AMM mengumpulkan produk- produk bekas dari drop-box Nokia pada setiap dua bulan.

Selanjutnya, produk-produk bekas itu dikirimkan ke Singapura untuk didaur ulang. ”Daur ulang ponsel sangat mahal.Kami harus melakukannya di Singapura agar volume menjadi lebih banyak dan biaya pun menjadi lebih murah,”tutur Bambang. Di Singapura, produk-produk bekas tersebut didaur ulang secara terkendali. Artinya, proses daur ulang itu dilakukan secara terisolasi sehingga tidak menimbulkan emisi atau limbah lanjutan. Material-material daur ulang ponsel tersebut kemudian disalurkan kembali kepada industri.

Cheong berharap, kehadiran 91 buah drop-box ponsel bekas Nokia di Indonesia akan mengubah cara para pengguna ponsel di Indonesia dalam memperlakukan ponsel bekas. Survei Nokia mengungkap, sebanyak 44% ponsel bekas pada saat ini masih disimpan di rumah. Sebanyak 25% ponsel bekas yang lain diberikan kepada keluarga atau teman.Adapun 16% ponsel bekas yang lain lagi dijual kembali dan 4% ponsel bekas dibuang ke tempat sampah. Sementara ponsel bekas yang didaur ulang di dunia pada saat ini baru mencapai 3%.

Paling Ramah Lingkungan

Kelompok pencinta lingkungan Greenpeace menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang memiliki tingkat kepedulian lingkungan tertinggi. Alasannya,Nokia sangat aktif mengampanyekan daur ulang produk kepada konsumen. Termasuk di negara-negara yang belum memiliki undangundang sampah elektronik seperti Indonesia.

Di samping itu,Nokia juga aktif memangkas penggunaan kimia berbahaya pada produk-produknya dan terus meningkatkan efisiensi konsumsi energi produkproduknya. Pada saat ini, sekitar 80% ponsel Nokia juga sudah dapat didaur ulang. Langkah-langkah nyata Nokia dalam membantu kelestarian lingkungan, antara lain dengan merilis charger ramah lingkungan pada awal 2007. Charger tersebut mampu memberikan peringatan kepada pengguna agar mencabut charger ketika baterai ponsel telah terisi penuh.

Ketika baterai sudah penuh namun charger tetap terhubung ke listrik, maka energi listrik terbuang sia-sia.Nokia mengungkapkan, strategi penghematan listrik ini bisa menghemat listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 85.000 rumah per tahun. Nokia juga bertekad akan terus memangkas konsumsi energi produk-produknya.Pada saat ini, charger Nokia sudah 94% lebih hemat energi daripada ketentuan minimum Energy Star.Namun, Nokia bertekad memangkas 50% konsumsi listrik charger-nya pada 2010.

Di samping itu, Nokia juga termasuk produsen ponsel yang menyepakati penyeragaman charger, yang rencananya dilakukan pada 2012. Produsen ponsel lain yang turut dalam kesepakatan itu adalah Samsung Electronics Co Ltd, LG Electronics Inc, Motorola Inc, dan Sony Ericsson Mobile Communications AB. Nokia,Samsung,LG,Motorola, dan Sony Ericsson adalah lima produsen ponsel terbesar dunia. Bersama-sama, mereka menjual hampir satu miliar unit ponsel pada 2008.

Mereka merencanakan, pada 2012 sebagian besar ponsel yang dipasarkan di dunia akan memiliki charger yang sama. Standar yang disepakati adalah charger USB mini. Selama ini, masing-masing produsen ponsel menggunakan desain charger berbeda untuk masingmasing ponsel mereka. Sejumlah produsen ponsel, bahkan menggunakan desain charger berbeda untuk beberapa jenis ponsel yang mereka produksi sendiri.

Organisasi produsen ponsel dan operator seluler global GSM Association (GSMA) menilai, penggunaan charger yang berbeda- beda itu menyumbangkan pencemaran lingkungan cukup signifikan. Sebab, ketika seorang pengguna ponsel membeli ponsel baru, maka dia harus membuang charger lama. GSMA mengalkulasi, para pengguna ponsel di dunia saat ini membuang charger bekas rata-rata 51.000 ton per tahun. Di samping itu,produksi dan distribusi charger baru juga menyumbangkan polusi CO2 antara 13,6 juta ton hingga 21,8 juta ton per tahun.

”Industri ponsel memiliki peran penting dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Program standarisasi charger ini adalah langkah penting yang bisa menghemat banyak sekali sumber daya, sekaligus meningkatkan kenyamanan para pengguna ponsel,” ujar Chief Executive Officer GSMA Rob Conway. Ucapan Conway ada benarnya. Dengan standardisasi charger, pengguna yang memiliki lebih dari satu ponsel cukup memiliki satu charger saja.

Dengan begitu, pengguna tersebut bisa menghemat ruang di tempat tinggalnya. Conway pun menceritakan pengalaman pribadinya. ”Di rumah, laci saya penuh dengan charger, baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak terpakai.

Saya berharap laci saya tidak akan lagi penuh dengan charger setelah rencana standardisasi ini terwujud,”tutur Conway. (ahmad fauzi).

Tingkat Kepedulian Lingkungan Produsen Elektronik Utama Dunia – Juni 2009

No

Produsen

Keterangan

Nilai (1 – 10)

1.

Nokia

Nokia menempati peringkat tertinggi karena lebih agresif daripada perusahaan lain dalam menghapus penggunaan kimia berbahaya pada produk.

7,4

2.

Samsung

Samsung menempati posisi kedua karena berkomitmen menghapus emisi-emisi berbahaya

7,1

3.

Sony Ericsson

Peringkat Sony Ericsson naik dua level karena mampu memperbaiki efisiensi konsumsi energi produk-produknya.

6,5

4.

LG

Peringkat LG naik dua level tetapi LG harus meningkatkan upaya penghapusan kimia-kimia berbahaya dari produk-produknya.

5,7

5.

Toshiba

Peringkat Toshiba naik dua level karena Toshiba berkomitmen untuk mengurangi emisi gas-gas pemicu pemanasan global.

5,5

6.

Motorola

Peringkat Motorola naik dua level dan meraih skor lebih tinggi karena Motorola lebih banyak menggunakan energi yang dapat diperbaharui

5,5

7.

Philips

Peringkat Philips anjlok dari posisi empat ke posisi tujuh karena tidak bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan daur-ulang produk.

5,3

8.

Sharp

Peringkat sharp naik satu level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi.

5,3

9.

Acer

Peringkat Acer naik dua level karena Acer mampu memasarkan 16 jenis monitor baru yang hampir bebas dari kimia berbahaya

4,9

10.

Panasonic

Peringkat Panasonik naik dua level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi dan bebas PVC (Polyvinylchloride).

4,9

11.

Apple

Peringkat apple anjlok ke posisi sebelas karena apple tidak melakukan apapun untuk meningkatkan pelestarian lingkungan hidup.

4,7

12.

Sony

Peringkat Sony anjlok dari posisi lima ke posisi dua belas karena Sony tidak punya komitmen yang cukup dalam mengurangi penggunaan kimia berbahaya, meningkatkan daur-ulang dan memangkas gas berbahaya.

4,5

13.

Dell

Peringkat Dell bertahan pada posisi sebelas karena upaya Dell dalam memangkas penggunaan kimia berbahaya ternyata mengalami kemunduran.

3,9

14.

HP

HP menempatkan posisi ke-14 karena HP tidak pernah memasarkan produk yang bebas kimia beracun. Artinya, seluruh produk HP yang ada di pasar mengandung kimia beracun.

3,5

15.

Microsoft

Microsoft menempati posisi ke-15 karena kehilangan poin. Ini terjadi karena Microsoft memiliki kebijakan daur-ulang yang buruk.

2,5

16.

Lenovo

Peringkat Lenovo anjlok dua level karena Lenovo tidak menentukan tenggat waktu penghapusan kimia beracun dari seluruh produknya.

2,5

17.

Fujitsu

Fujitsu menempati posisi ke-17 karena hingga saat ini Fujitsu tidak mampu memasarkan produk yang bebas kimia berbahaya.

2,4

18.

Nintendo

Nintendo menempati posisi terakhir karena Nintendo tidak memiliki komitmen untuk memproduksi konsol game yang bebas PVC (polyvinylchloride)

1,0

Sumber : www.greenpeace.org


Sunday, 02 August 2009

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...