Sunday, October 11, 2009

PERBAIKAN KOTA: Konsep Megapolitan Sudah Ketinggalan Zaman

Konsep megapolitan dinilai sudah ketinggalan zaman dalam pembangunan urban. Pakar European Urban Knowledge Network, Mart Grijsel, yang ditemui seusai Kongres International Urban Development Association di Taipei, Jumat (9/10), menjelaskan, pembangunan urban di Eropa dan beberapa negara maju sudah melangkah ke arah megaregional.

”Pembangunan urban di Eropa Barat sudah masuk tahap megaregional. Konsep megapolitan sudah dilampaui di sana,” kata Mart.

Mart menekankan pentingnya pembagian peran yang saling menunjang di antara megapolitan yang ada. Hal itu sudah dilakukan di antara negara-negara Eropa Barat. Semisal, Rotterdam menjadi pelabuhan peti kemas terbesar. Bisnis perkapalan besar dijalankan di Denmark dan lain-lain.

Saat ini, konsep megapolitan Jakarta yang mencakup Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok tidak kunjung terwujud. Padahal, pada masa kolonial, pemerintah Hindia Belanda sudah mengatur megapolitan dengan mengatur kesatuan wilayah Batavia yang membawahi Tangerang, Karawang, Bekasi, hingga Buitenzorg (kini Bogor).

Pengaturan wilayah masa itu didasarkan pada kesatuan ekologi yang sangat penting demi menjamin keberlangsungan pembangunan dengan mengurangi kerusakan dampak lingkungan serta polusi.

Presiden International Urban Development Association (INTA) Budiarsa Sastrawinata mengatakan, pihaknya siap membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan daerah terkait untuk membangun megapolitan.

”Kalau diminta, kami siap membantu berdasar pengalaman dan kerja sama yang dimiliki INTA di 60 negara. Kami memiliki pengalaman negara maju hingga negara-negara Afrika,” kata Budiarsa yang sudah hampir dua tahun memimpin INTA.

Pembagian peran dan pembangunan yang saling menunjang merupakan kunci keberhasilan megapolitan. Budiarsa mengatakan telah menghubungi arsitek dan pakar urban senior, Pingki Pangestu, untuk membicarakan kemungkinan pengembangan Megapolitan Jakarta dengan Gubernur Fauzi Bowo.

Menurut Budiarsa, pembangunan Megapolitan Jakarta sudah mendesak untuk dilakukan. Daerah-daerah terkait antara Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.

Iklim global

Perubahan iklim global berdampak negatif terhadap seluruh negara di dunia. Kerusakan lingkungan salah satunya karena pertumbuhan industri tidak ramah lingkungan dan penataan kota dengan tingkat polusi tinggi. Kerusakan ini hanya bisa dilawan dengan kesepakatan bersama untuk mengembangkan sistem perekonomian rendah karbon.

Pernyataan ini menjadi kesimpulan dalam diskusi panel yang digelar di awal The Asia Pacific Weeks 2009 di Berlin, Jerman, Jumat (9/10).

Asisten Direktur sekaligus Kepala Divisi Integrasi Keuangan Sekretariat ASEAN Alladin D Rillo mengatakan, tingkat pertumbuhan ekonomi negara ASEAN umumnya cukup baik. Bahkan, dalam menghadapi krisis ekonomi dan finansial dunia yang datang bertubi, ASEAN cukup tanggap untuk mengantisipasinya. Hanya saja tidak semua lapisan masyarakat di Asia Tenggara menikmati pertumbuhan ekonomi.

Menanggapi persoalan itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyatakan, ada ketimpangan tingkat kualitas hidup yang amat lebar karena ketidakseimbangan pembangunan di negara-negara Asia, seperti di Indonesia. Pembangunan masih dilakukan semata demi menarik keuntungan, lingkungan dan masyarakat kecil jadi korban. Menerapkan pembangunan berbasis pelestarian lingkungan kini sedang ditingkatkan meskipun tentu saja masih banyak kekurangan.

”Untuk atasi masalah global sekaligus persoalan diri sendiri, menjadi perlu bekerja sama karena akan lebih mudah mendapatkan dana, informasi, dan asistensi,” kata Fauzi.

Secepatnya, setiap negara harus sepakat menerapkan sistem perekonomian rendah karbon dengan mengubah pola pikir bahwa banting setir industri dan penataan kota berbasis lingkungan tidaklah mahal. (Iwan Santosa dari Taipei, Taiwan, dan Neli Triana dari Berlin, Jerman)

Suburnya Industri Rokok, Sehari Rp 330 Miliar "Dibakar"

Prevalensi perokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat dan memprihatinkan. Menurut data yang diperoleh Kompas.com dari panitia acara Deklarasi Generasi Muda Bangsa Indonesia Tanpa Rokok, Minggu (11/10) di Gedung Kebangkitan Nasional Stovia, peningkatan tertinggi perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19 tahun, yaitu dari 7,1 persen pada 1995 menjadi 17,3 persen pada 2004, atau naik 144 persen selama sembilan tahun.

Tak hanya itu, konsumsi rokok di Indonesia pada 2008 mencapai 240 miliar batang atau setara dengan 658 juta batang rokok per harinya, yang berarti uang senilai Rp 330 miliar "dibakar" oleh para perokok di Indonesia dalam satu harinya.

Dengan sumber daya ekonomi yang sudah terbatas, 63 persen laki-laki dewasa dari 20 persen penduduk termiskin di Indonesia, melalui konsumsi rokoknya, telah menyumbang 12 persen penghasilan bulanannya kepada industri rokok.

Bahkan, menurut data Susenas 2006 menunjukan bahwa pengeluaran untuk membeli rokok adalah 5 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu (2,3 persen), 2 kali lipat pengeluaran untuk ikan (6,8 persen), dan 17 kali lipat pengeluaran membeli daging (0,7 persen).

Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau FA Moeloek mengingatkan pemerintah bahwa usaha mengatasi kemiskinan tidak akan berhasil dilakukan oleh apabila permasalahan rokok dan tembakau tersebut tidak diselesaikan.

Menurutnya, pemerintah harus segera mengatur masalah tersebut, salah satunya melalui UU pengaturan tembakau. "Pengentasan kemiskinan tidak mungkin terjadi kalau masalah tembakau ini belum diselesaikan. Kalau pemerintah mau entaskan kemiskinan atur rokok ini secara baik melalui undang-undang atau yang lainnya," katanya saat jumpa pers di Gedung Kebangkitan Nasional Stovia, Jakarta, Minggu.

Indosat Juga Dapatkan Tambahan Frekuensi 3G

PT Indosat Tbk (Indosat) juga mendapat tambahan frekuensi 3G seperti halnya Telkomsel setelah dikeluarkan Keputusan Menteri Kominfo nomor 268/KEP/M.KOMINFO/9/2009. Dalam KM itu, ditetapkan alokasi tambahaan blok pita frekuensi radio bagi penyelenggara jaringan bergerak seluler IMT 2000 pada pita frekuensi 2.1 GHz untuk Indosat pada rentang frekuensi 1955-1960 MHz berpasangan dengan 2145-2150 MHz.

"Kami gembira atas tambahan frekuensi 3G yang diberikan pemerintah. Kami akan gunakan untuk meningkatkan kapasitas layanan 3G kepada pelanggan serta menjawab kebutuhan pasar broadband yang terus tumbuh secara signifikan, agar pelanggan dan masyarakat luas dapat menikmati kualitas layanan Indosat yang lebih handal," kata Presiden Direktur Indosat, Harry Sasongko, Selasa (8/9) di Jakarta.

Sebelumnya sesuai dengan mekanisme yang ditawarkan pemerintah beberapa waktu lalu Indosat telah menyatakan minatnya untuk menambah alokasi frekuensi 3G (second carrier) dan telah mengirimkan surat tanggapan atas penawaran dari pemerintah dengan harga sesuai dengan yang dit awarkan pemerintah.

Hingga saat ini layanan 3.5G Indosat dapat dinikmati 26 kota yaitu Jabodetabek, Banda Aceh, Medan, Batam, Palembang, Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Cilacap, Cepu, Salatiga, Kudus, Jepara, Magelang, Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Denpasar, Balikpapan, Samarinda, Banjarmasin, Makassar.

Dengan diberikannya tambahan frekuensi 3G ini akan semakin memberikan keleluasaan bagi Indosat untuk terus meningkatkan kapasitas di kota-kota tersebut dengan terus memper luas cakupan layanan 3.5G di daerah yang lain di seluruh Indonesia.

SELASA, 8 SEPTEMBER 2009 | 18:27 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Haryo Damardono

JAKARTA, KOMPAS.com - http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/09/08/18274562/indosat.juga.dapatkan.tambahan.frekuensi.3g..

Telkom Optimistis "Backbone" Mataram Kupang Tepat Waktu



PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) optimistis menyelesaikan pembangunan backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram-Kupang Cable System) sepanjang 1.041 km dengan tepat waktu. Meski , peresmian dimulainya proyek itu ditunda. Ket.Foto: Tumpukan pipa poly ethylene untuk kabel serat optik siap kirim di PT Rusli Vinion Sakti di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Demikian kata Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, Minggu (11/10) di Jakarta. Peresmian dijadwalkan 12 Oktober 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun karena jadwal Presiden padat, rencana peresmian dijadwal ulang.

Eddy Kurnia menegaskan, penundaan peresmian proyek yang juga dikenal sebagai bagian dari Proyek Palapa Ring tidak mengganggu jadwal proyek yang ditargetkan selesai tahun 2010. "Telkom akan terus fokus menyiapkan sebaik mungkin segala sesuatunya, baik proses maupun penggelarannya," ujarnya.

Palapa Ring merupakan megaproyek pembangunan tulang punggung (backbone) serat optik yang diinisiasi oleh Pemerintah (Cq. Menkominfo), terdiri dari 35.280 kilometer serat optik bawah laut (submarine cable) dan 21.708 kilometer serat optik bawah tanah (inland cable). Kabelbackbone yang terdiri dari 7 cincin (ring) melingkupi 33 provinsi dan 460 kabupaten di Kawasan Timur Indonesia.

Mataram-Kupang Cable System merupakan bagian dari proyek pembangunan backbone di KTI yang mencakup Mataram-Kupang, Manado-Sorong, dan Fakfa k-Makassar. Proyek Mataram Kupang Cable System merupakan inisiatif Telkom untuk mendukung percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diharapkan selesai akhir September 2010.

Backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram Kupang Cable System), memiliki 6 Landing Point di kota Mataram, Sumbawa Besar , Raba, Waingapu dan Kupang, serta 810 Km darat dengan 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont, Taliwang, Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, Waingapu, dan Kupang.

Percepatan pembangunan backbone Matara Kupang didorong oleh perubahan mendasar pada layanan Telkom. "Bila pada masa lalu layananTelkom lebih banyak berbasis voice , maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment)," jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan wilayahnya.


MINGGU, 11 OKTOBER 2009 | 11:17 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Haryo Damardono

JAKARTA, KOMPAS.com - http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/11/11171015/telkom.optimistis.backbone.mataram.kupang.tepat.waktu

PT Telkom Uji Coba Layanan TV Interaktif

PT Telkom menggelar uji coba terhadap layanan Internet Protocol Television (IPTV), Selasa (8/9).
Acara ini dihadiri pejabat di lingkungan Depkominfo serta Mitra Depkominfo yang terdiri dari pimpinan operator telekomunikasi, televisi, serta asosiasi antara lain APJII, Mastel, Aptel, dan KPI menjadi saksi uji coba layanan berteknologi baru ini untuk menonton televisi yang disebut TELKOM IPTV.

Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia mengungkapkan, dengan keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No 30/PER/ MKOMINFO/8/2009 tentang Penyelenggaraan Layanan Televisi Protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) di Indonesia tanggal 19 Agustus 2009, maka tidak ada keraguan lagi bagi Telkom untuk menggelar layanan IPTV kepada publik.

"Uji coba layanan IPTV Telkom ini menjadi satu bukti bahwa Telkom senantiasa berupaya memberikan yang terbaik bagi pelanggannya," ujar Vice President Public and Marketing Communication Tel kom, Eddy Kurnia. Telkom berharap layanan ini dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat modern yang haus akan informasi.

Sebagai penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkom terus berbenah seiring perkembangan teknologi agar memenuhi kebutuhan pelanggan. "Salah satu nilai tambah yang akan diberikan ke pelanggan publik adalah IPTV, suatu layanan TV interaktif melalui jaringan Speedy. IPTV melengkapi Speedy sebagai layanan triple play yaitu 3 layanan voice , internet dan video dengan satu koneksi kepada pelanggan," ujar Eddy Kurnia.

Berbeda dengan layanan payTV yang ada saat ini, IPTV Telkom memiliki fitur interaktif yang sangat beragam, penonton dimungkinkan memilih program favoritnya tanpa perlu takut ketinggalan program favorit lainnya.

Hal tersebut dimungkinkan karena kemampuan layanan IPTV untuk merekam atau menghentikan gambar saat tayangan sedang berlangsung. Dengan demikian kendali atas program televisi sepenuhnya ada di tangan penonton (personal). Selain itu gambar yang dihadirkan juga memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan payTV yang ada saat ini.

Fitur-fitur lain yang dapat disediakan oleh IPTV adalah, Electronic Program Guide (EPG), yaitu: panduan pengaturan progam secara elektronik ; Digital Video Recording (DVR), yaitu fitur untuk merekam siaran langsung (real time broadcast) dalam jaringan server yang dapat diakses kapanpun diinginkan; Time-Shift TV, yaitu fitur untuk menghentikan gambar saat tayangan sedang disiarkan dan dapat dilanjutkan kembali tanpa ada yang terpotong; Pay Per View, yaitu siaran berbayar per gambar; Video on Demand (VoD) : layanan siaran video sesuai permintaan penonton; Music on Demand : layanan siaran musik sesuai permintaan penonton; dan Parental guide yaitu layanan untuk melindungi anak dan remaja dari siaran yang yang tidak diperuntukkan bagi usia mereka.

Penonton juga dimanjakan dengan fitur Game dan ke depannya akan dikembangkan juga layanan penunjang antara lain, shopping TV yaitu layanan bagi para penonton memesan dan membeli barang yang diminati saat menyaksikan sebuah tayangan televisi.

SELASA, 8 SEPTEMBER 2009 | 18:37 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Haryo Damardono

JAKARTA, KOMPAS.com -http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/09/08/18374175/pt.telkom.uji.coba.layanan.tv.interaktif.

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...