Jaringan digital nirkabel dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sangat populer sebagai sarana untuk mengakses jejaring internet tidak hanya di tempat publik, seperti restoran, bandara, dan tempat umum lainnya, tetapi juga menjadi kebutuhan primer di rumah tangga karena penetrasi jejaring digital dan yang semakin luas dan bertambahnya pengguna melibatkan seluruh keluarga dan perangkat.
Jaringan nirkabel yang dikenal dengan terminologi hotspot merupakan sebuah evolusi sebagai jasa yang ditawarkan banyak pihak, baik di tempat publik maupun di perumahan, karena semakin meratanya penetrasi jaringan dan meningkatnya kebutuhan akan akses jejaring internet untuk berbagai keperluan.
Kehadiran netbook serta komputer terjangkau lainnya, juga meningkatkan kebutuhan jejaring nirkabel untuk diakses di rumah dan di perkantoran. Kebutuhan ini menyebabkan semakin banyak perangkat nirkabel yang harus digelar, dan dengan sendirinya menyebabkan terjadinya interferensi satu sama lain yang menyebabkan gangguan akses nirkabel.
Gangguan jejaring nirkabel menyebabkan akses kecepatan tinggi melambat dan bahkan memperpendek jangkauan yang seharusnya mampu dicapai seperti tertera dalam spesifikasi perangkat nirkabel. Belum lagi kalau kebutuhan akses nirka-
bel tidak hanya digunakan untuk mengakses jejaring internet, tetapi juga untuk keper-
luan menggelar kebutuhan
multimedia digital di dalam rumah.
Perangkat nirkabel konvensional dalam standar nirkabel 802.11 b/g, misalnya, seringkali tidak mampu untuk memenuhi layanan kebutuhan multimedia digital, terutama untuk menjangkau beberapa ruangan di dalam rumah. Ketebalan dinding, posisi penempatan perangkat nirkabel, dan kekuatan sinyal frekuensi yang dipancarkan dari berbagai merek perangkat seringkali tidak sama sehingga seringkali menjengkelkan penggunanya.
Interferensi
Belum lama ini Cisco System Inc memperkenalkan produk nirkabel yang berbeda dengan yang ditawarkan di pasaran, seri Linksys Simultaneous Dual-N Band Wireless Router WRT610N yang memiliki kemampuan untuk digunakan dalam dua spektrum frekuensi yang berbeda secara bersamaan, masing- masing 2,4 GHz dan 5 GHz.
Dilengkapi dengan perangkat Wireless-N USB Network Adapter WUSB600N, koneksi nirkabel seri Linksys terbaru ini mampu menjangkau sudut-sudut rumah yang sebelumnya sulit dijangkau dengan perangkat nirkabel konvensional. Penggunaan koneksi pada frekuensi 5 GHz dimaksudkan untuk mengurangi interferensi pada frekuensi 2,4 GHz yang juga digunakan pada telepon PSTN nirkabel, perangkat oven microwave, dan sejenisnya.
Penggunaan yang mudah dilengkapi perangkat lunak LELA (Linksys Easylink Advisor) WRT610N dengan harga yang terjangkau, memiliki empat rongga gigabit LAN kecepatam 1.000 mbps dan jangkauan nirkabel yang mampu dicapai serta kecepatan akses (terutama untuk mengalirkan video definisi tinggi) juga lebih baik.
Biasanya pada perangkat hotspot dengan standar 802.11 b/g, pada frekuensi 2,4 GHz, mengalirkan video mengalami perlambatan munculnya tayangan video yang patah-patah karena besaran pipa bandwith nirkabel yang digunakan tidak cukup memadai dilalui data video digital dalam jumlah besar.
Persoalan ini lalu dipecahkan Linksys dengan memakai frekuensi yang lebih tinggi pada 5 GHz, yang relatif lebih bersih dari gangguan interferensi frekuensi. Selain itu, produk WRT610N yang bisa dipakai secara bersamaan ini menjadikan penggunaan hotspot menjadi lebih cepat dan lebih menyenangkan. (rlp)
Senin, 7 Desember 2009 | 05:16 WIB
Source: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/07/05160680/mempercepat.akses.digital
Membantu Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Dalam Penerapan Sustainable Finance (Keuangan Berkelanjutan) - Environmental & Social Risk Analysis (ESRA) for Loan/Investment Approval - Training for Sustainability Reporting (SR) Based on OJK/GRI - Penguatan Manajemen Desa dan UMKM - Membantu Membuat Program dan Strategi CSR untuk Perusahaan. Hubungi Sdr. Leonard Tiopan Panjaitan, S.sos, MT, CSRA di: leonardpanjaitan@gmail.com atau Hp: 081286791540 (WA Only)
Tuesday, December 8, 2009
Sunday, December 6, 2009
Pesan Green Festival 2009: Jumlah Kendaraan Memang Perlu Dibatasi
Ajak Masyarakat Lebih Peduli Alam
Untuk memperoleh kualitas udara yang lebih baik, penggunaan kendaraan memang perlu dibatasi, terutama kendaraan yang dibuat pada tahun 1970-an dan sebelumnya.
Kendaraan berusia tua dianggap sebagai salah satu penyumbang polusi udara terbanyak. Pasalnya, sistem pembakaran kendaraan tua itu tidak sempurna sehingga mengeluarkan lebih banyak emisi. Ket.Foto:Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta (kanan), Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (ketiga dari kiri), dan CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo (kedua dari kiri) melepas burung merpati saat membuka acara Green Festival 2009 di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Sabtu (5/12).
Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menyampaikan itu saat menghadiri acara Green Festival 2009, Sabtu (5/12) di Parkir Timur Senayan, Jakarta.
”Mudah-mudahan tidak ada yang marah. Jumlah kendaraan dibatasi dengan melarang kendaraan tua agar emisi berkurang,” kata Gusti.
Pembukaan acara ini juga dihadiri Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Pembatasan kendaraan di jalan, kata Gusti, perlu strategi kreatif. Pemberlakuan kebijakan three in one di ruas Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman, Jakarta, misalnya, tidak menyelesaikan masalah. Kemacetan tetap saja terjadi karena volume kendaraan tidak berkurang.
Kebijakan hari bebas kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan utama di Jakarta juga belum efektif karena hanya berlaku rutin satu hari dalam satu bulan. ”Ke depan akan ditingkatkan lagi, misalnya rutin dua kali sebulan,” kata Gusti.
Ketua Panitia Green Festival 2009 Nugroho Ferry Yudho mengatakan, di dunia terdapat sedikitnya 880 juta kendaraan yang lalu lalang di jalan. Artinya, satu dari tujuh orang di dunia memiliki kendaraan berbahan bakar fosil sehingga menaikkan suhu bumi. Bukan hanya itu, asap yang dikeluarkan kendaraan bermotor pun mengandung paling tidak 1.000 unsur beracun. ”Sektor transportasi menyumbang 24 persen emisi gas rumah kaca,” ujarnya.
Belajar dan bermain
Akibat suhu bumi yang naik, es di kutub mencair, permukaan air laut naik, banjir, kekeringan, badai, dan gelombang panas. Suhu bumi yang baik itu juga menyebabkan lebih dari 40 persen fauna bermigrasi, sebagian flora musnah, dan ekosistem laut rusak. Informasi mengenai pemanasan global dan isu lingkungan hidup yang lain melimpah di arena Green Festival 2009.
Kampanye peduli lingkungan yang mengangkat isu pemanasan global itu disampaikan melalui permainan dan pengalaman yang bisa dirasakan langsung. Untuk memberikan pemahaman tentang kondisi bumi akibat pemanasan global, misalnya, pengunjung memasuki area Terowongan Pengalaman. Di dalamnya ada konstruksi es mencair lengkap dengan gambar dan suara bongkahan-bongkahan es yang mencair. Dari suasana kutub, pengunjung diajak ke tengah hutan gundul dan gersang. (LUK)
Minggu, 6 Desember 2009 | 03:38 WIB
Teknologi Mengurangi Emisi CO
Upaya menekan emisi karbon dioksida (CO) yang dihasilkan dari peralatan dan aktivitas rumah tangga dinilai sama pentingnya dengan upaya mengantisipasi berlipatnya jumlah penduduk, mengefektifkan pemakaian energi dari sumber daya alam, dan menanggulangi ancaman bahaya kelaparan atau bahaya kekeringan.
Demikian diungkapkan Ketua Asosiasi Industri Elektronik dan Teknologi Informasi Jepang (JEITA) Fumio Ohtsubo, yang juga Presiden Panasonic Corporation, dalam pidatonya mengenai nilai-nilai baru untuk kehidupan yang lebih baik, pada hari pertama penyelenggaraan ekshibisi multiproduk elektronik dan teknologi, CEATEC 2009, di Makahuri Messe, Chiba, Tokyo, 6 Oktober.
CEATEC Japan 2009, yang berlangsung sampai 10 Oktober, juga mengangkat tema ”Challenge! Aiming to Better People’s Live and Create Low-Carbon Society”, sebuah tantangan menuju kehidupan yang lebih baik dan menciptakan peradaban rendah emisi karbon.
Dalam pameran CEATEC Japan 2009, sejumlah perusahaan elektronik dan peralatan rumah tangga, di antaranya Panasonic dan Sharp, memperlihatkan konsep dan teknologi yang akan diterapkan untuk bangunan modern, termasuk rumah, tetapi ramah lingkungan.
Sharp menampilkannya dalam bentuk miniatur gedung perkantoran. Mereka memamerkan konsep gedung perkantoran yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan dan menggunakan teknologi pengolahan energi bersumber tenaga surya. Untuk itu, Sharp memasang lembaran film sel surya pada kaca gedung perkantoran, termasuk pada atap selasar perkantoran.
Panasonic menampilkan Eco Ideas House, rumah konsep untuk gaya hidup modern, namun minim emisi CO. Pengurangan emisi CO dimulai dari efisiensi penggunaan energi listrik, upaya membuat energi listrik alternatif, dan penyimpanan energi listrik. Pengurangan emisi CO juga dilakukan dengan pemakaian U Vacua, insulator terbaru yang akan dipasang pada produk elektronik dan peralatan rumah tangga produksi Panasonic.
Ketika mengunjungi Panasonic Center Tokyo di Ariake, kami, yang difasilitasi PT Panasonic Gobel Indonesia, berkesempatan merasakan gaya hidup rendah emisi CO di fasilitas Eco Ideas House Panasonic. Eco Ideas House Panasonic di kompleks Panasonic Center Tokyo merupakan bentuk dari konsep serupa yang dipamerkan dalam CEATEC 2009.
Yang menarik, meskipun disebut rumah modern, rumah konsep Panasonic itu masih memakai arsitektur rumah tradisional Jepang. Alasannya, arsitektur rumah tradisional Jepang dinilai cocok untuk negara dengan empat musim.
Di dalam rumah dilengkapi peralatan elektronik, yang tentu saja produk Panasonic. Semua peralatan elektronik di rumah tersebut diintegrasikan dalam jaringan Viera Link. Melalui jaringan Viera Link tersebut, jumlah energi listrik yang digunakan maupun emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari di dalam rumah dan perkakas elektronik dapat dipantau dan diketahui dengan terukur.
Sistem tersebut juga mengontrol penggunaan energi listrik, termasuk peralatan pengatur suhu atau AC sehingga kondisi di dalam rumah tetap terasa nyaman meskipun cuaca di luar rumah berganti. Dengan rumah modern dan sistem manajemen energi tersebut, emisi CO dapat direduksi hingga 47 persen dibandingkan dengan rumah ”normal”.
Semangat Panasonic untuk menekan emisi CO seperti yang disampaikan Presiden Panasonic Corporation Fumio Ohtsubo dalam pidatonya di CEATEC 2009 benar-benar diaplikasikan dalam produk terbaru Panasonic. Fumio menegaskan, Panasonic terus mengembangkan teknologi sehingga dapat menghasilkan produk elektronik yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi, serta perkakas rumah tangga irit listrik dan air. (COK)
Demikian diungkapkan Ketua Asosiasi Industri Elektronik dan Teknologi Informasi Jepang (JEITA) Fumio Ohtsubo, yang juga Presiden Panasonic Corporation, dalam pidatonya mengenai nilai-nilai baru untuk kehidupan yang lebih baik, pada hari pertama penyelenggaraan ekshibisi multiproduk elektronik dan teknologi, CEATEC 2009, di Makahuri Messe, Chiba, Tokyo, 6 Oktober.
CEATEC Japan 2009, yang berlangsung sampai 10 Oktober, juga mengangkat tema ”Challenge! Aiming to Better People’s Live and Create Low-Carbon Society”, sebuah tantangan menuju kehidupan yang lebih baik dan menciptakan peradaban rendah emisi karbon.
Dalam pameran CEATEC Japan 2009, sejumlah perusahaan elektronik dan peralatan rumah tangga, di antaranya Panasonic dan Sharp, memperlihatkan konsep dan teknologi yang akan diterapkan untuk bangunan modern, termasuk rumah, tetapi ramah lingkungan.
Sharp menampilkannya dalam bentuk miniatur gedung perkantoran. Mereka memamerkan konsep gedung perkantoran yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan dan menggunakan teknologi pengolahan energi bersumber tenaga surya. Untuk itu, Sharp memasang lembaran film sel surya pada kaca gedung perkantoran, termasuk pada atap selasar perkantoran.
Panasonic menampilkan Eco Ideas House, rumah konsep untuk gaya hidup modern, namun minim emisi CO. Pengurangan emisi CO dimulai dari efisiensi penggunaan energi listrik, upaya membuat energi listrik alternatif, dan penyimpanan energi listrik. Pengurangan emisi CO juga dilakukan dengan pemakaian U Vacua, insulator terbaru yang akan dipasang pada produk elektronik dan peralatan rumah tangga produksi Panasonic.
Ketika mengunjungi Panasonic Center Tokyo di Ariake, kami, yang difasilitasi PT Panasonic Gobel Indonesia, berkesempatan merasakan gaya hidup rendah emisi CO di fasilitas Eco Ideas House Panasonic. Eco Ideas House Panasonic di kompleks Panasonic Center Tokyo merupakan bentuk dari konsep serupa yang dipamerkan dalam CEATEC 2009.
Yang menarik, meskipun disebut rumah modern, rumah konsep Panasonic itu masih memakai arsitektur rumah tradisional Jepang. Alasannya, arsitektur rumah tradisional Jepang dinilai cocok untuk negara dengan empat musim.
Di dalam rumah dilengkapi peralatan elektronik, yang tentu saja produk Panasonic. Semua peralatan elektronik di rumah tersebut diintegrasikan dalam jaringan Viera Link. Melalui jaringan Viera Link tersebut, jumlah energi listrik yang digunakan maupun emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari di dalam rumah dan perkakas elektronik dapat dipantau dan diketahui dengan terukur.
Sistem tersebut juga mengontrol penggunaan energi listrik, termasuk peralatan pengatur suhu atau AC sehingga kondisi di dalam rumah tetap terasa nyaman meskipun cuaca di luar rumah berganti. Dengan rumah modern dan sistem manajemen energi tersebut, emisi CO dapat direduksi hingga 47 persen dibandingkan dengan rumah ”normal”.
Semangat Panasonic untuk menekan emisi CO seperti yang disampaikan Presiden Panasonic Corporation Fumio Ohtsubo dalam pidatonya di CEATEC 2009 benar-benar diaplikasikan dalam produk terbaru Panasonic. Fumio menegaskan, Panasonic terus mengembangkan teknologi sehingga dapat menghasilkan produk elektronik yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi, serta perkakas rumah tangga irit listrik dan air. (COK)
Sabtu, 5 Desember 2009 | 04:25 WIB
China Lahap Pasar Telekomunikasi
China tidak hanya unggul menghasilkan produk-produk manufaktur, seperti barang-barang konsumsi rumah tangga, tetapi juga unggul dalam memproduksi teknologi telekomunikasi dan sudah menjadi ”pemain” dunia.
Saat ini China ibarat ”naga” dengan lidah api yang siap melalap dan melahap pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi. Salah satu perusahaan penyedia solusi jaringan teknologi telekomunikasi di China yang menguasai sebagian pasar dunia adalah Huawei Technologies Co Ltd.
Huawei Technologies—didirikan tahun 1988—bermarkas di kota Shenzhen, China. Sejak didirikan, Huawei Technologies mampu mengembangkan teknologi telekomunikasi dari jaringan infrastruktur telekomunikasi, perangkat lunak, sampai produk-produk telekomunikasi seluler, seperti modem atau telepon genggam.
Setelah 20 tahun berkiprah di sektor industri telekomunikasi di China, Huawei Technologies telah melayani 36 operator telekomunikasi dari 50 operator telekomunikasi di dunia. Hampir semua produk telekomunikasi Huawei sudah memasuki pasar negara-negara di Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Misalnya Belgia, Perancis, Brasil, Arab Saudi, Ghana, Thailand, dan Rusia. Bahkan, di Eropa, Huawei Technologies telah dipilih oleh operator telekomunikasi di Skandinavia, Teliasonera, untuk memasok jaringan teknologi seluler generasi keempat (long term evolution/LTE).
Sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus merambah pasar dunia, menurut Kepala Komunikasi Perusahaan Huawei Technologies Ross Gan, nilai kontrak penjualan produk Huawei terus meningkat.
Sebagai gambaran, nilai kontrak penjualan produk Huawei Technologies tahun 2007 sebesar 16 miliar dollar AS. Tahun 2008, nilai kontrak penjualan Huawei Technologies mencapai 23,3 miliar dollar AS atau naik 46 persen. Tahun 2009, nilai kontrak ditargetkan mencapai 30 miliar dollar AS.
Dari nilai kontrak sebesar 23,3 miliar dollar AS tahun 2008 itu, sebanyak 75 persen merupakan kontrak dengan operator-operator telekomunikasi dunia. Sisanya, sebesar 25 persen, merupakan kontrak dengan operator di pasar China sendiri.
Dari nilai kontrak sebesar 23,3 miliar dollar AS itu, Huawei Technologies mampu menggaet nilai penjualan atau pendapatan 18,3 miliar dollar AS. Pendapatan bersih mencapai 1,15 miliar dollar AS pada tahun 2008.
Dengan nilai kontrak dan nilai penjualan yang besar, peran Huawei Technologies dalam perkembangan teknologi telekomunikasi dunia memang patut diperhitungkan, selain Ericsson dan Nokia Siemens Networks (NSN).
Menurut Ross Gan, Huawei Technologies ditargetkan mampu menempati peringkat ke-2 di dunia pada masa mendatang sebagai perusahaan penyedia solusi jaringan telekomunikasi seluler.
Mengapa produk dan teknologi telekomunikasi yang dikembangkan Huawei Technologies mampu menembus pasar dunia? Salah satu strategi industri adalah terus mengikuti evolusi perkembangan layanan teknologi telekomunikasi.
”Huawei Technologies memiliki komitmen untuk menghasilkan teknologi dan produk telekomunikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” kata Ros Gan. Untuk itu, Huawei menghabiskan biaya 2 miliar dollar AS untuk riset dan pengembangan pada 2008.
Bahkan, Huawei Technologies juga membangun universitas sebagai tempat belajar dan latihan di kawasan industri Huawei Technologies di Bantian Longgang, Shenzhen, China. Di tempat itu, tenaga-tenaga profesional Huawei dari sejumlah negara dididik dan dilatih.
Dengan riset yang dikembangkan, produk yang dihasilkan Huawei Technologies tidak hanya terbatas pada produk telepon genggam atau perangkat teknologi telekomunikasi seluler, seperti code division multiple access (CDMA), global system for mobile communications (GSM), dan worldwide interoperability for microwave access (WiMax).
Huawei Technologies juga mengembangkan jaringan infrastruktur telekomunikasi dari modem sampai stasiun penghubung telekomunikasi seluler (base transceiver station/BTS) untuk operator telekomunikasi. Bahkan, Huawei juga telah mengembangkan perangkat jaringan telekomunikasi BTS generasi keempat, yaitu SingleRan.
Di Indonesia, Huawei Technologies, melalui PT Huawei Tech Investment, juga menyediakan produk telepon genggam, modem, dan BTS untuk operator telekomunikasi.
Sebagai contoh, Huawei Tech Investment telah mendukung operator telekomunikasi seperti PT Telkom, Indosat, Telkomsel, Exelcomindo Pratama, Bakrie Telkom, dalam sejumlah layanan telekomunikasi seluler, seperti CDMA, GSM, transmisi, datacom, dan terminal.
Ledakan pasar
Pangsa pasar telekomunikasi seluler pada tahun-tahun mendatang akan semakin besar. Produk-produk teknologi telekomunikasi yang inovatif, berkecepatan tinggi, dan layanan yang variatif semakin menjadi kebutuhan pasar.
Bagaimanapun komunikasi sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Produk-produk teknologi telekomunikasi pada akhirnya terintegrasi dengan kebutuhan manusia sehari-hari dengan populasi di dunia mencapai miliaran jiwa.
Itu berarti pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi semakin menggiurkan. Kompetisi perusahaan penyedia solusi jaringan telekomunikasi, termasuk operator telekomunikasi, pun semakin ketat untuk meraih konsumen dan memberikan layanan yang prima.
Pihak manajemen Huawei Technologies memprediksi besarnya pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi. Diperkirakan, lebih dari satu miliar pengguna jaringan seluler dalam beberapa tahun mendatang. Lembaga-lembaga riset di bidang telekomunikasi, seperti Ovum dan Yankee Group, juga memprediksi hal yang sama.
Seberapa besar pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi di dunia? Memang tidak mudah mendapatkan angka pangsa pasar produk telekomunikasi di dunia karena banyaknya produk teknologi telekomunikasi.
Akan tetapi, statistik dari Internet World Stats dapat memberikan sedikit gambaran. Dari data Internet World Stats yang diperbarui per Juni 2009, jumlah pengguna internet di dunia diperkirakan 1,66 miliar orang (24,7 persen) dengan perkiraan populasi 6,76 miliar orang.
Dari data Internet World Stats itu juga dicantumkan 20 negara dengan jumlah pengguna internet yang terbesar. Dari 20 negara itu—dengan perkiraan populasi penduduk 4,31 miliar orang—jumlah pengguna internet diperkirakan 1,27 miliar orang (29,5 persen).
Dari 20 negara itu, Indonesia menempati urutan ke-15. Dari jumlah populasi sekitar 240 juta orang, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang.
Dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet yang besar pada masa-masa mendatang, kebutuhan produk teknologi telekomunikasi, dari telepon genggam, laptop, komputer, modem, sampai jaringan infrastruktur telekomunikasi pun akan semakin besar.
Perusahaan atau industri penyedia solusi jaringan telekomunikasi, seperti Huawei Technologies, semakin gencar menawarkan produk-produk teknologi telekomunikasi yang inovatif, efisien, dan canggih. Perusahaan-perusahaan sekelas Huawei Technologies akan berkompetisi dalam memberikan layanan
teknologi komunikasi di dunia.
Di Indonesia, pengembangan jaringan infrastruktur telekomunikasi, termasuk di daerah-daerah terpencil, semakin menjadi tuntutan.
Apalagi Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana sehingga peran telekomunikasi dan layanan informasi yang cepat sangat penting.
Operator-operator telekomunikasi, termasuk di Indonesia, diharapkan mampu mengembangkan infrastruktur telekomunikasi yang andal dan efisien.
Operator telekomunikasi diharapkan tidak hanya menawarkan produk-produk seluler yang murah untuk merebut pangsa pasar yang gemuk.
Oleh Ferry Santoso
Saat ini China ibarat ”naga” dengan lidah api yang siap melalap dan melahap pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi. Salah satu perusahaan penyedia solusi jaringan teknologi telekomunikasi di China yang menguasai sebagian pasar dunia adalah Huawei Technologies Co Ltd.
Huawei Technologies—didirikan tahun 1988—bermarkas di kota Shenzhen, China. Sejak didirikan, Huawei Technologies mampu mengembangkan teknologi telekomunikasi dari jaringan infrastruktur telekomunikasi, perangkat lunak, sampai produk-produk telekomunikasi seluler, seperti modem atau telepon genggam.
Setelah 20 tahun berkiprah di sektor industri telekomunikasi di China, Huawei Technologies telah melayani 36 operator telekomunikasi dari 50 operator telekomunikasi di dunia. Hampir semua produk telekomunikasi Huawei sudah memasuki pasar negara-negara di Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Misalnya Belgia, Perancis, Brasil, Arab Saudi, Ghana, Thailand, dan Rusia. Bahkan, di Eropa, Huawei Technologies telah dipilih oleh operator telekomunikasi di Skandinavia, Teliasonera, untuk memasok jaringan teknologi seluler generasi keempat (long term evolution/LTE).
Sebagai perusahaan telekomunikasi yang terus merambah pasar dunia, menurut Kepala Komunikasi Perusahaan Huawei Technologies Ross Gan, nilai kontrak penjualan produk Huawei terus meningkat.
Sebagai gambaran, nilai kontrak penjualan produk Huawei Technologies tahun 2007 sebesar 16 miliar dollar AS. Tahun 2008, nilai kontrak penjualan Huawei Technologies mencapai 23,3 miliar dollar AS atau naik 46 persen. Tahun 2009, nilai kontrak ditargetkan mencapai 30 miliar dollar AS.
Dari nilai kontrak sebesar 23,3 miliar dollar AS tahun 2008 itu, sebanyak 75 persen merupakan kontrak dengan operator-operator telekomunikasi dunia. Sisanya, sebesar 25 persen, merupakan kontrak dengan operator di pasar China sendiri.
Dari nilai kontrak sebesar 23,3 miliar dollar AS itu, Huawei Technologies mampu menggaet nilai penjualan atau pendapatan 18,3 miliar dollar AS. Pendapatan bersih mencapai 1,15 miliar dollar AS pada tahun 2008.
Dengan nilai kontrak dan nilai penjualan yang besar, peran Huawei Technologies dalam perkembangan teknologi telekomunikasi dunia memang patut diperhitungkan, selain Ericsson dan Nokia Siemens Networks (NSN).
Menurut Ross Gan, Huawei Technologies ditargetkan mampu menempati peringkat ke-2 di dunia pada masa mendatang sebagai perusahaan penyedia solusi jaringan telekomunikasi seluler.
Mengapa produk dan teknologi telekomunikasi yang dikembangkan Huawei Technologies mampu menembus pasar dunia? Salah satu strategi industri adalah terus mengikuti evolusi perkembangan layanan teknologi telekomunikasi.
”Huawei Technologies memiliki komitmen untuk menghasilkan teknologi dan produk telekomunikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” kata Ros Gan. Untuk itu, Huawei menghabiskan biaya 2 miliar dollar AS untuk riset dan pengembangan pada 2008.
Bahkan, Huawei Technologies juga membangun universitas sebagai tempat belajar dan latihan di kawasan industri Huawei Technologies di Bantian Longgang, Shenzhen, China. Di tempat itu, tenaga-tenaga profesional Huawei dari sejumlah negara dididik dan dilatih.
Dengan riset yang dikembangkan, produk yang dihasilkan Huawei Technologies tidak hanya terbatas pada produk telepon genggam atau perangkat teknologi telekomunikasi seluler, seperti code division multiple access (CDMA), global system for mobile communications (GSM), dan worldwide interoperability for microwave access (WiMax).
Huawei Technologies juga mengembangkan jaringan infrastruktur telekomunikasi dari modem sampai stasiun penghubung telekomunikasi seluler (base transceiver station/BTS) untuk operator telekomunikasi. Bahkan, Huawei juga telah mengembangkan perangkat jaringan telekomunikasi BTS generasi keempat, yaitu SingleRan.
Di Indonesia, Huawei Technologies, melalui PT Huawei Tech Investment, juga menyediakan produk telepon genggam, modem, dan BTS untuk operator telekomunikasi.
Sebagai contoh, Huawei Tech Investment telah mendukung operator telekomunikasi seperti PT Telkom, Indosat, Telkomsel, Exelcomindo Pratama, Bakrie Telkom, dalam sejumlah layanan telekomunikasi seluler, seperti CDMA, GSM, transmisi, datacom, dan terminal.
Ledakan pasar
Pangsa pasar telekomunikasi seluler pada tahun-tahun mendatang akan semakin besar. Produk-produk teknologi telekomunikasi yang inovatif, berkecepatan tinggi, dan layanan yang variatif semakin menjadi kebutuhan pasar.
Bagaimanapun komunikasi sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Produk-produk teknologi telekomunikasi pada akhirnya terintegrasi dengan kebutuhan manusia sehari-hari dengan populasi di dunia mencapai miliaran jiwa.
Itu berarti pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi semakin menggiurkan. Kompetisi perusahaan penyedia solusi jaringan telekomunikasi, termasuk operator telekomunikasi, pun semakin ketat untuk meraih konsumen dan memberikan layanan yang prima.
Pihak manajemen Huawei Technologies memprediksi besarnya pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi. Diperkirakan, lebih dari satu miliar pengguna jaringan seluler dalam beberapa tahun mendatang. Lembaga-lembaga riset di bidang telekomunikasi, seperti Ovum dan Yankee Group, juga memprediksi hal yang sama.
Seberapa besar pangsa pasar produk teknologi telekomunikasi di dunia? Memang tidak mudah mendapatkan angka pangsa pasar produk telekomunikasi di dunia karena banyaknya produk teknologi telekomunikasi.
Akan tetapi, statistik dari Internet World Stats dapat memberikan sedikit gambaran. Dari data Internet World Stats yang diperbarui per Juni 2009, jumlah pengguna internet di dunia diperkirakan 1,66 miliar orang (24,7 persen) dengan perkiraan populasi 6,76 miliar orang.
Dari data Internet World Stats itu juga dicantumkan 20 negara dengan jumlah pengguna internet yang terbesar. Dari 20 negara itu—dengan perkiraan populasi penduduk 4,31 miliar orang—jumlah pengguna internet diperkirakan 1,27 miliar orang (29,5 persen).
Dari 20 negara itu, Indonesia menempati urutan ke-15. Dari jumlah populasi sekitar 240 juta orang, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang.
Dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet yang besar pada masa-masa mendatang, kebutuhan produk teknologi telekomunikasi, dari telepon genggam, laptop, komputer, modem, sampai jaringan infrastruktur telekomunikasi pun akan semakin besar.
Perusahaan atau industri penyedia solusi jaringan telekomunikasi, seperti Huawei Technologies, semakin gencar menawarkan produk-produk teknologi telekomunikasi yang inovatif, efisien, dan canggih. Perusahaan-perusahaan sekelas Huawei Technologies akan berkompetisi dalam memberikan layanan
teknologi komunikasi di dunia.
Di Indonesia, pengembangan jaringan infrastruktur telekomunikasi, termasuk di daerah-daerah terpencil, semakin menjadi tuntutan.
Apalagi Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana sehingga peran telekomunikasi dan layanan informasi yang cepat sangat penting.
Operator-operator telekomunikasi, termasuk di Indonesia, diharapkan mampu mengembangkan infrastruktur telekomunikasi yang andal dan efisien.
Operator telekomunikasi diharapkan tidak hanya menawarkan produk-produk seluler yang murah untuk merebut pangsa pasar yang gemuk.
Senin, 2 November 2009 | 02:37 WIB
Oleh Ferry Santoso
Renewable Energy: Sel Surya Dibangun
Pada Tahun 2010, pemerintah menyiapkan pembangunan pabrik sel surya yang mampu memasok listrik hingga 50 megawatt per tahun. Langkah ini akan mengalihkan ketergantungan Indonesia terhadap produk sel surya yang selama ini diimpor.
”Ada dua alternatif sel surya yang akan diproduksi, yakni yang mampu memproduksi listrik dengan cepat serta sel surya yang lambat. Untuk membangun pabrik sel surya yang lambat itu diperlukan Rp 40 miliar-Rp 50 miliar investasi. Sementara ini, saya sudah menerima rencana kerja pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dari Len (PT Len Industry Persero) yang, antara lain, berisi rencana pembangunan pabrik itu,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (4/12).
Menurut Hatta, pemerintah akan mendorong industri panel surya domestik karena sumber tenaga listrik ini akan diarahkan sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang tingkat elektrifikasinya rendah.
Produk sel surya Len akan dipasarkan ke semua wilayah, tetapi pemerintah akan mengutamakan penggunaannya di daerah terpencil atau pulau terluar yang belum tersentuh listrik. ”Sel surya ini bukan sekadar produk diversifikasi pembangkit listrik, melainkan sumber untuk meningkatkan elektrifikasi. Sel surya ini lebih murah pemeliharaannya dan mudah penggunaannya, tetapi investasinya memang butuh dana cukup besar,” ujarnya.
Dalam kaitan itu, pemerintah mencari potensi pendanaan dari luar APBN, antara lain dari BUMN. Hal ini memungkinkan karena peluang usaha dalam industri panel surya sangat menjanjikan dan menguntungkan untuk dikomersialkan.
”Jadi, kemungkinannya nanti akan ada dukungan BUMN dan Len pelaksananya. Sebab, di Len sendiri sudah dikembangkan pabrik sel surya mini dengan kapasitas sekitar 8.000 watt dengan sel surya,” ujar Hatta.
Dibangun di Bandung
Di pasar internasional dikenal dua jenis sel surya yang banyak diperdagangkan, yakni crystalline silicon dan thin film (kertas film tipis). Harga jual crystalline silicon juga berlainan. Untuk multi-crystalline silicon 1,98 dollar AS atau Rp 19.800 per watt, sedangkan untuk jenis mono-crystalline silicon 2,7 dollar AS atau Rp 27.000 per watt.
Adapun harga jenis thin film terendah mencapai 1,76 dollar AS per watt. Len adalah BUMN yang berencana mengoperasikan pabrik panel surya pada 2011. Pabrik akan dibangun di Bandung, di lingkungan Kantor PT Len Industri. Pada tahap awal, kapasitas produksi diperkirakan sekitar 25 MW.
Sebelumnya, Dirut PT Len Industri Wahyuddin Bagenda menyebutkan, produksi 50 MW kemungkinan baru tercapai tahun 2014. Produksi diupayakan menjadi 100 MW hingga menjadi 250 MW pada 2025 (Kompas, 8 Oktober 2009).
Panel surya adalah alat untuk menyerap sinar matahari yang kemudian diubah menjadi tenaga listrik. Panel itu berbentuk lempeng bersegi empat.
Len memperhitungkan, nilai investasi untuk pabrik sekitar Rp 1,25 triliun jika yang diproduksi adalah teknologi thin film. Kepastian proyek ini menunggu keputusan presiden. (OIN)
”Ada dua alternatif sel surya yang akan diproduksi, yakni yang mampu memproduksi listrik dengan cepat serta sel surya yang lambat. Untuk membangun pabrik sel surya yang lambat itu diperlukan Rp 40 miliar-Rp 50 miliar investasi. Sementara ini, saya sudah menerima rencana kerja pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dari Len (PT Len Industry Persero) yang, antara lain, berisi rencana pembangunan pabrik itu,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (4/12).
Menurut Hatta, pemerintah akan mendorong industri panel surya domestik karena sumber tenaga listrik ini akan diarahkan sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang tingkat elektrifikasinya rendah.
Produk sel surya Len akan dipasarkan ke semua wilayah, tetapi pemerintah akan mengutamakan penggunaannya di daerah terpencil atau pulau terluar yang belum tersentuh listrik. ”Sel surya ini bukan sekadar produk diversifikasi pembangkit listrik, melainkan sumber untuk meningkatkan elektrifikasi. Sel surya ini lebih murah pemeliharaannya dan mudah penggunaannya, tetapi investasinya memang butuh dana cukup besar,” ujarnya.
Dalam kaitan itu, pemerintah mencari potensi pendanaan dari luar APBN, antara lain dari BUMN. Hal ini memungkinkan karena peluang usaha dalam industri panel surya sangat menjanjikan dan menguntungkan untuk dikomersialkan.
”Jadi, kemungkinannya nanti akan ada dukungan BUMN dan Len pelaksananya. Sebab, di Len sendiri sudah dikembangkan pabrik sel surya mini dengan kapasitas sekitar 8.000 watt dengan sel surya,” ujar Hatta.
Dibangun di Bandung
Di pasar internasional dikenal dua jenis sel surya yang banyak diperdagangkan, yakni crystalline silicon dan thin film (kertas film tipis). Harga jual crystalline silicon juga berlainan. Untuk multi-crystalline silicon 1,98 dollar AS atau Rp 19.800 per watt, sedangkan untuk jenis mono-crystalline silicon 2,7 dollar AS atau Rp 27.000 per watt.
Adapun harga jenis thin film terendah mencapai 1,76 dollar AS per watt. Len adalah BUMN yang berencana mengoperasikan pabrik panel surya pada 2011. Pabrik akan dibangun di Bandung, di lingkungan Kantor PT Len Industri. Pada tahap awal, kapasitas produksi diperkirakan sekitar 25 MW.
Sebelumnya, Dirut PT Len Industri Wahyuddin Bagenda menyebutkan, produksi 50 MW kemungkinan baru tercapai tahun 2014. Produksi diupayakan menjadi 100 MW hingga menjadi 250 MW pada 2025 (Kompas, 8 Oktober 2009).
Panel surya adalah alat untuk menyerap sinar matahari yang kemudian diubah menjadi tenaga listrik. Panel itu berbentuk lempeng bersegi empat.
Len memperhitungkan, nilai investasi untuk pabrik sekitar Rp 1,25 triliun jika yang diproduksi adalah teknologi thin film. Kepastian proyek ini menunggu keputusan presiden. (OIN)
Sabtu, 5 Desember 2009 | 03:34 WIB
Jakarta, Kompas - http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/05/03344465/sel.surya.dibangun.
Jakarta, Kompas - http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/05/03344465/sel.surya.dibangun.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke
| Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...
-
PT Konsorsium Televisi Digital Indonesia (KTDI) menggelar uji coba siaran televisi digital di wilayah Jabotabek. Siaran uji coba itu merupak...
-
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sangat sepakat mengenai ketentuan Bank Indonesia (BI) untuk membuat standarisasi sistem pembayaran pada...