Wednesday, September 8, 2010

Cambridge University Nyatakan Keamanan Chip dan PIN Telah Runtuh



Juru bicara UK Payments Administration mengakui kebenaran sebuah laporan riset yang dirilis ke publik oleh para peneliti Cambridge University tetapi menolak kesimpulannya."Kita sangat serius memperhatikan laporan riset Cambridge University, dengan menyempurnakan semua level keamanan hingga kepuncaknya, tetapi dengan tegas menolak kesimpulan yang menyatakan CHIP dan PIN telah runtuh", jelas Mark Bowerman pada Kamis 11 Februari 2010.




Penggunaan smart card kini demikian meluas di berbagai belahan dunia, tak hanya sebatas sebagai instrumen transaksi finansial secara elektronik, namun kini diterapkan pada kartu identitas penduduk berformat smart card. Tetapi Cambridge University mengungkapkan temuan adanya celah keamanan kritikal pada CHIP dan PIN setelah melakukan serangkaian uji keamanan.

Para peneliti di Cambridge University telah menemukan sebuah celah keamanan pada protokol EMV (Europay,MasterCard,Visa). EMV adalah sebuah standar bagi pengoperasian (interoperation) semua kartu berfitur Chip dan yang berkemampuan berkomunikasi dengan semua terminal POS (Point of Sale) dan mesin-mesin ATM yang mengeksekusi otentifikasi pembayaran kartu kredit dan debit.

EMV yang awalnya dibangun sebagai sebuah standar oleh tiga perusahaan; Europay,MasterCard dan Visa (kemudian JCB-2004 dan American Express-2009 bergabung) menjadi sistem bagi semua kartu ber-IC dan digunakan secara luas di dunia dengan nama-nama seperti; "IC Card" dan "CHIP" dan "PIN".

EMV mendefinisikan bagaimana interaksi antarkartu IC dengan berbagai alat pemroses transaksi keuangan pada semua level;fisikal, elektronik, data dan aplikasi. Porsi terbesar penerapan standar terletak di dalam antarmuka IC Chip Card yang mengacu kepada ISO/IEC 7816.

Saat ini implementasi standard EMV yang dikenal secara luas adalah:
1.VSDC :VISA
2.MChip : MasterCard
3.AEIPS :American Express
4.J Smart - JCB



Cambridge University menyatakan kelemahan Protokol EMV terletak pada validasi Chip dan PIN pada kartu kredit dan kartu debit. Konsekuensi dari kelemahan tersebut adalah: terbukanya peluang untuk membuat sebuah alat dengan fungsi untuk memodifikasi dan mengintersepsi komunikasi antara sebuah kartu dengan sebuah terminal POS, dan memperdaya terminal tersebut untuk menerima verifikasi PIN.


Professor Ross Anderson kepada ZDNet UK menegaskan:"Chip dan PIN secara fundamental berhasil ditaklukan. Semua Bank dan toko (merchant) bergantung dengan performa "PIN yang terverifikasi" secara aman untuk menuntaskan transaksi, namun kini semuanya tak berarti.


Para peneliti Cambridge University melakukan serangkaian uji kemananan dan menemukan celah keamanan CHIP-PIN dengan sampel: 6 penerbit Kartu Kredit yaitu; Barclaycard,Co-operative Bank, Halifax, Bank of Scotland, HSBC dan John Lewis.

Cambridge University kemudian melancarkan "serangan" untuk memperdaya "Card reader" agar mengotentifikasi sebuah transaksi sekalipun transaksi menggunakan PIN yang tidak Valid. Pada tes berikutnya, tim Cambridge melakukan otentifikasi berbagai transaksi tanpa menggunakan PIN yang valid dengan menggunakan Kartu Kredit yang diterbitkan oleh; Barclaycard, Co-operative Bank, Halifax,Bank of Scotland, HSBC dan John Lewis.

Sentral masalah pada Protokol EMV : manipulasi pada protokol EMV menyebabkan kartu dan terminal menghasilkan data yang ambigu pada proses verifikasi, dimana Bank akan menerima verifikasi tersebut sebagai valid.

Terutama, terminal POS tetap merekam bahwa sebuah verifikasi PIN berlangsung sukses, sementara kartu menerima sebuah pesan verifikasi yang tak mengindikasikan bahwa PIN telah digunakan (oleh pihak lain). Otorisasi yang dikeluarkan oleh terminal selanjutnya diterima oleh Bank, dan transaksi pun berproses.

Sehingga dengan demikian saat sebuah PIN dimasukan dalam hal ini PIN apa pun,tetap dapat diterima dan diakui oleh terminal, jelas peneliti Cambridge dalam sebuah laporan bertajuk" "Chip and PIN is Broken".

Cambridge University menyatakan untuk memanipulasi celah keamanan ini, maka pelaku kejahatan membutuhkan seseorang yang memiliki keahlian tehnikal dan pemrograman untuk melancarkan aksinya. Steven Murdoch, Peneliti Cambridge University berujar: "Penyerangan tak memerlukan keahlian tehnikal yang terlalu hebat untuk mengemulasi.

Serangan akan menyasar ke serangkaian mekanisme keamanan interaksi saat pemegang kartu melakukan proses verifikasi. Dalam proses ini, CHIP di dalam Kartu dan Terminal memutuskan bagaimana mengotentifikasi transaksi. Kartu-kartu yang diteliti oleh Cambridge didapati melakukan runutan otentifikasi "menurun" sebagai berikut: PIN verification; signature verification; dan tanpa verifikasi.


Mayoritas transaksi membutuhkan verifikasi PIN. Konsumen akan memasukan angka pada alat untuk memasukan PIN, lalu PIN dikirimkan ke kartu dan membandingkannya dengan data PIN yang tersimpan di kartu pada Chip. Jika PIN benar, maka kartu akan mengirimkan kode verifikasi-0x9000 —ke terminal yang akan merampungkan transaksi.

Cambridge dalam uji keamanan yang dilakukannya berhasil menempatkan "seorang yang ahli dalam hal tehnik dan pemrograman, pada posisi antara alat yang membaca sebuah kartu dan, pada waktu yang tepat saat proses verifikasi berlangsung, mengirimkan sebuah kode 0x9000 ke terminal, dan terminal pun mengabaikan PIN yang dimasukan oleh konsumen.


Sebagai sebuah demonstrasi, Cambridge university menyisipkan sebuah kartu asli ke dalam sebuah Smartcard Reader dari Alcor Micro yang telah dikoneksi dengan sebuah Laptop yang menjalankan Pyton Script. Laptop tersebut dihubungkan dengan papan Field Programmable Gate Array (FPGA) melalui sebuah Serial Link. FPGA board yang digunakan oleh Cambridge University adalah: Spartan-3E Starter Kit, yang biasa digunakan untuk mengkonversi antarmuka kartu dan PC. Sekali saja sebuah kartu palsu dimasukan, Phyton Script pada Laptop akan merilei transaksi, menekan perintah verifikasi PIN yang diperintahkan terminal, dan meresponnya dengan kode 0x9000.


Cambridge University mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan keuangan elektronik dapat saja menggunakan sebuah kit yang serupa dengan yang digunakan dalam uji coba, yang disimpan di tas punggung (backpack), dengan sebuah kabel menjulur dibalik lengan baju, yang digunakan bersama dengan kartu kredit/debit asli yang dicuri.


Anderson menyatakan dalam perselisihan transaksi, jika transaksi telah diverifikasi berdasarkan PIN maka tanggung jawab kehilangan terletak pada konsumen ketimbang dibebankan kepada pihak bank atau toko / merchant.

UK Payments Administration yang mewakili kepentingan perusahaan-perusahaan kartu pembayaran, menyatakan:"Hampir semua transaksi melalui mesin kasir (POS) di Inggris-lebih dari 90%-dilakukan melalui CHIP dan PIN. Pada tahun 2008, Kartu Kredit,debit dan berbagai kartu transaksi telah digunakan untuk melakukan 7,4 miliar transaksi pembelian atau senilai £380 miliar untuk semua jenis kartu.

Jubir UK Payments Administration mengakui kebenaran laporan riset yang dirilis oleh para peneliti Cambridge University tetapi menolak kesimpulannya."Kita sangat serius memperhatikan laporan riset Cambridge University, dengan menyempurnakan semua level keamanan, tetapi dengan tegas menolak kesimpulan yang menyatakan CHIP dan PIN telah runtuh.

Sejauh ini belum ada bukti jenis serangan yang diskenariokan oleh Cambridge University pernah terjadi di Inggris, tegas Bowerman. Tetapi ia menambahkan bahwa riset yang dilakukan oleh Cambridge University sangat membantu UK Payments Administration untuk memetakan tren kriminal yang akan berkembang dan yang akan dihadapi.

(ZDNet UK |The Register | Martin Simamora)

Source:http://plazaegov.blogspot.com/2010/02/cambridge-university-nyatakan-keamanan.html

Universitas Cambridge Nyatakan Chip dan PIN Rentan Fraud


News and Events

Cambridge researchers show Chip and PIN system vulnerable to fraud

11 February 2010
Chip and PIN attack
Researchers at the University of Cambridge Computer Laboratory have uncovered flaws in the Chip and PIN system that allow criminals to use stolen credit and debit cards without knowing the correct PIN.
Fraudsters can easily insert a "wedge" between the stolen card and terminal, which tricks the terminal into believing that the PIN was correctly verified. In fact, the fraudster can enter any PIN, and the transaction will be accepted, Steven Murdoch, Saar Drimer, Ross Anderson and Mike Bond have found.
According to Dr Murdoch: "We have tested this attack against cards issued by most major UK banks. All have been found to be vulnerable."
Victims of this attack may have a difficult time being refunded by their bank. The receipt produced will state "Verified by PIN", and bank records will show that the correct PIN was used. Banks may then argue that the customer must have been negligent and had allowed the criminal to know their PIN.
Dr Drimer says: "The technical sophistication for carrying out this attack is low, and the compact equipment will not be noticed by shop staff. A single criminal can develop and industrialise a kit to be used by others who do not need to understand how the attack works."
The Cambridge attacks - being broadcast on BBC Two's Newsnight - call into question both the design of the Chip and PIN system, and the security of card payments. Victims of fraud are commonly told that bank systems can be relied upon. However, this attack shows that criminals are able to not only defraud customers, but cause bank systems to make the false assertion that the PIN was verified correctly.
Professor Anderson says: "Over the past five years, thousands of cardholders have had stolen chip and PIN cards used by criminals. The banks often tell customers that their PIN was used and so it's their fault. Yet we've shown that it's easy to use a card without knowing the PIN - and the receipt will say the transaction was 'verified by PIN' even though it wasn't."
"This is not just a failure of bank technology. It's a failure of bank regulation. The ombudsman supported the banks and the regulators have refused to do anything. They were just too eager to believe the banks."
The attack - including a demonstration of it being deployed in practice - will be featured BBC Two's Newsnight at 10:30pm on Thursday 11 February 2010.
The Cambridge team's results are also to be presented at the academic conference "IEEE Symposium on Security and Privacy", Oakland, CA, US, in May 2010.

Tuesday, September 7, 2010

Sarjana IT Bobol Kartu Kredit Ratusan Juta


Jakarta - SURYA. Seorang Sarjana Muda (Informasi Teknologi) IT alumni dari Universitas di Jakarta membolol 41 pemilik kartu kredit bank swata nasional. Tersangka DDB alias RB alias MB , 20 tahun, diringkus Satuan Cyber Crime Polda Metro Jaya di kawasan Tebet Jakarta Selatan. Pegawai salah satu cafe ternama di kawasan Tebet Jakarta selatan ini telah meraup ratusan juta rupiah.
“Dia sudah beraksi 6 bulan, sejak Maret hingga Juni 2010 lalu,” ujar Kasat Cyber Crime Polda Metro Jaya, AKBP Wisnton Tommy Watuliu, saat jumpa pers di Mapolda, Senin (19/7/2010).
Jelas Tomy, terungkapnya aksi kejahatan transnasional ini bermula dengan adanya laporan salah satu bank swasta nasional dari nasabah kartu kredit tentang adanya transaksi yang mencurigakan. Kemudian pihak bank tersebut melaporkannya ke Polda Metro Jaya
“Ada 41 nasabah yang komplain, kartu kreditnya digunakan oleh orang lain, padahal mereka tidak penah menggunakannnya,” ungkap Tomy.
Atas laporan itu, kata Tomy, polisi segera melakukan investigasi terhadap pelaku. “Ternyata pelaku menggunakan dengan membeli produk-produk secara online yang berbasis di Singpura,” ungkap Tommy lagi.
Lebih lanjut Tommy menjelaskan, pegawai sebuah cafe di kawasan Tebet Jakata Selatan ini mengakui bahwa data-data korban diambilnya dari tamu tempatnya bekerja.
“Jadi tamu yang datang membayar menngunakan kartu kredit datanya di re-print (cetak ulang), kemudian mencatat kode verifikasi kartu kredit. Dia berhasil mengumpulkan ratusan data milik orang lain. Selanjutnya diolah menjadi data valid,” jelas Tommy.
Kemudian, jelas Tommy, tersangka mnggunakan internet dari rumahnya dan melakukan transaksi pesanan beberapa barang dari sebuah toko online yang ada di Singapura. Barang-barang yang sudah dipesannya itu dijual dengan harga murah di Indonesia,” ujarnya lagi.
Dari tangan tersangka polisi menyita diantaranya, 1 buah handphone Nokia 5530, 1 buah handphone Flexi, 9 struk pembayaran di kasir Starbuks, 7 buah kardus pengirimian Ipod nano, 1 buah kardus pengiriman barang ifod touch, 23 lembar struk pembayaran, 18 invoice pengiriman barang, 1 buah modem dan 1 unit CPU Strom.
Ditambahkannya, tersangka akan dikenakan pasal tindak pidana pencurian pasal 362 dan penipuan pasal 378 KUHP dengan ancaman minimal 6 tahun penjara. joy/portal kriminal
Catt: Pelaku adalah pegawai Starbucks

Infrastruktur Internet Indonesia dan Kendala-kendalanya

Posted September 6, 2010 by Sam Ardi in Internet, ilmu, masyarakat. Tagged: indonesia, infrastruktur, internet, cybercrime, cyberlaw, kejahatan, mayantara. 4 Comments

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan aneka ragam etnis dan suku. Berdasarkan data Juli 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 242,968,342 juta jiwa (berdasarkan data Central Intelligence Agency) dengan 40 juta pengguna internet dan 7 juta pelanggan internet. Sayangnya, banyaknya pengguna dan pelanggan ini tidak diimbangi dengan internet infrastruktur yang memadai seperti koneksi yang bagus dan sarana dan prasarana yang memadai. Ada sekitar 175 juta nomor pelanggan handphone yang mana 135 juta merupakan unique number dengan kata lain setiap orang memiliki lebih dari satu handphone dan 85 juta merupakan pengguna dari GPRS.

Salah satu contoh bagaimana pengguna Internet Indonesia telah menyaingi dunia adalah dengan contoh Facebook. Indonesia menduduki tempat ketiga pengguna Facebook di dunia setelah Amerika Serikat dan Inggris, yaitu dengan 25,912,960 akun Facebook, tak hanya itu dengan social media, Indonesia sendiri dalam hal penggunaan gadget seperti Blackberry sejak dekade 2007-2009 sudah lebih dari 1 juta pengguna menyaingi Amerika Serikat walaupun terbatas pada Blackberry Internet Service (BIS).

jalur fiber optik Indonesia

Beberapa kendala di Indonesia adalah masalah seperti sumber daya frekuensi dengan media wireless (GPRS/EDGE, 3G, LTE, WiMAX, WiFi). Seperti kita ketahui sumber daya frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas sehingga memerlukan solusi pemecahan seperti penggunaan kabel. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah mencanangkan “Palapa Ring 2014″ yang sampai saat ini rimbanya belum diketahui kejelasannya. Biaya untuk proyek “Palapa Ring 2014″ ini sebesar US$ 1.524.515.000 dengan rincian 35.280 km untuk kabel bawah laut dan 20.739 km kabel darat.

jalur palapa ring

Di lain tempat, sejak tahun 1997 hingga 2010 kejahatan dengan media internet Indonesia sudah cukup membuat kita tercengang. Kejahatan cyber seperti cracking, cybersquatting, defacing, cyberporn, dan berbagai ragam bentuk lainnya sudah pernah singgah di Indonesia*.

1. Serangan atas website dengan kualifikasi defacing (merubah tampilan website) dan DDOS:

* Cracker Porto tahun 1997, East Timor Campaigne, penyerangan atas website Departemen Luar Negeri dan ABRI oleh cracker Porto yang pro kemerdekaan Timor-Timur.
* Serangan atas website UNAIR dan LIPI
* Tahun 1998, serangan atas website BKKBN oleh cracker Cina, Disclosure.
* Tahun 2000, serangan atas beberapa website seperti BCA, BEJ oleh cracker dengan nick fabianclone dan naisendni
* Serangan atas website DEPAG dan DEPERINDAG
* Tahun 2004, serangan atas website KPU oleh seorang praktisi internet security dengan nick Xnuxer a.k.a Dani Firmansyah. Kasus ini menjadi kasus terbesar pertama di Indonesia sebelum diundangkannya UU ITE. Kasus ini memakai Undang-Undang Telekomunikasi dalam menentukan hukumnya.
* Serangan atas website Depkominfo dan Character Assasination (dibaca: Karakter asinan) terhadap you-know-who sehingga munculah sabda: “Saya yakin blogger dan hacker akan menyerang sistem tersebut…”
* Tahun 2006, serangan atas website Partai Golkar oleh Iqra Syafaat a.k.a Nogra a.k.a Ricky_batam a.k.a Singapore_bm. Merubah tampilan website dengan membubuhkan gambar gorilla putih dengan tulisan “Bersatu Untuk Malu”

2. Cybersquatting (penyalahgunaan nama domain)

Kasus sengketa domain Mustika Ratu dan Martha Tilaar dengan terdakwa Tjandra Sugiono

3. Carding (penyalahgunaan kartu kredit)

* Kasus Sam asal Bandung yang menggunakan kartu kredit orang lain berdasarkan laporan Interpol Wiesbaden No. 0234203 tertanggal 6 September 2001
* Kasus Petrus Pangkur dengan alias Boni diobok-obok dari Sleman, Jawa Tengah pada tahun 2002 yang memesan helm AGV dan berbagai perlengkapan lainnya dengan total 4,2 juta.

4. Defamation (pencemaran nama baik)

* Kasus email yang dianggap memberitakan hal yang dianggap mencemarkan nama baik Rizal Mallarangeng dalam sebuah milis.
* Kasus email yang dianggap fitnah terhadap Alvin Lie oleh Iwan Piliang
* Kasus email Prita Mulyasari.

5. Cyberterrorism

Kasus website http://anshar.net yang merupakan website propaganda Imam Samudera, Amrozi, dan Mukhlas (trio bomber Bom Bali)

6. Cyberporn (Pormografi Siber)

Kasus penyebaran video porno mirip artis Ariel Peterpan, mirip Luna Maya, dan mirip Cut Tari.

7. Against Intellectual Property (pelanggaran hak atas kekayaan intelektual)

Kasus findtoyou.com di mana hosting dengan melakukan tindakan membobol akses terhadap admin findtoyou.com untuk memperoleh script, mencuri script tersebut, dan klaim atas script tersebut.

Selain beberapa kasus terkenal diatas sebenarnya sejak dekade 1988-1989 di Indonesia telah banyak kasus cybercrime, sebagai contoh yaitu Unauthorized Transfer dan Data Diddling, yaitu kasus Dana BNI 1946 New York Agency dan kasus PT Bank Bali Cabang Jakarta Barat.

Teknologi seperti pedang bermata dua, aplikasi dan implementasi tergantung dari pengguna teknologi tersebut apakah akan mengarahkan kepada sisi yang positif ataukah akan menyimpangkannya ke dalam sisi negatif. Setelah mengetahui kondisi internet Indonesia diatas, sebagai seorang user di dunia internet kita haruslah lebih waspada akan segala bentuk baik berupa tindakan maupun ancaman di dalamnya.

*Beberapa kasus sudah masuk kedalam penyidikan dan penyelidikan

** Disampaikan pada Road Show Ramadhan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim dan Universitas Merdeka Malang, silahkan copas asal tetap cantumkan sumber !!


Source:http://escapensmile.blogspot.com/2010/09/kolam-konf-1.html

Tiga Organisasi Yang Menguasai Dunia

Kemunculan suatu penguasa dunia yang baru mungkin bisa menjadi ancaman bagi dunia. Dan suatu tatanan dunia baru dalam satu penguasa dapat menjadi ancaman tersendiri sekaligus perwujudan dari Bible yang telah mengatakan bahwa akan munculnya satu penguasa tunggal dunia yang akan menjadi tanda-tanda akhir zaman. Dalam artikel ini, menjelaskan tentang 3 organisasi hitam yang menguasai dunia atau yang mempunyai peluang untuk menjadikan dunia dalam genggaman mereka.

1. Rothschild
Organisasi yang bernama Rothschild ini adalah organisasi rahasia yang dimiliki Jerman dan diklaim mempunyai agen-agen yang berperan dalam sektor-sektor vital dunia.

Organisasi ini mengklaim bahwa mereka sudah menguasai sektor-sektor vital untuk jangka waktu yang cukup lama. Kalau kita googlingdi internet, banyak sumber yang mengkaitkan antara Rothschild dengan Yahudi, tapi kalau dirunut dari sejarah mereka, meskipun para pengikut Rothschild mengaku bahwa mereka adalah suku Yahudi asli, tapi sejarah yang mereka bantah terlalu kokoh.

Kenyataannya mereka adalah orang Khazar. Mereka datang dari sebuah negara yang disebut Khazaria, yang terletak di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia yang sekarang dimiliki oleh Georgia. Alasan mengapa keturunan Khazar mengklaim mereka sebagai orang Yahudi adalah karena pada tahun 740 Masehi, atas perintah dari raja mereka (King Moon), rakyat Khazaria harus memeluk kepercayaan Yahudi, tetapi tentu saja itu tidak mengubah gen mereka dari Mongolia Asia (Turki) menjadi orang Yahudi.

Beberapa fakta yang menarik mengenai Rothschild adalah:
Saat ini hanya 6 negara di dunia yang bank sentralnya tidak terpengaruh jaringan Rothschild. Mereka adalah Iran, Irak, Korea Utara, Sudan, Kuba, dan Libya.
Bank Sentral Eropa didirikan di Frankfurt yang merupakan kota kelahiran Rothschild.

2. Opus Dei
Mereka merupakan kekuatan terhebat Vatikan yang senantiasa melindungi Vatikan dari kekuatan musuh manapun. Saya menganggap kelompok ini sebagai saingan berat dari kelompok Organisasi Freemason. Opus Dei secara harafiah dapat diartikan sebagai ‘Pekerjaan Tuhan’.
Menjelang tahun 1946, Opus Dei memperluas jaringannya ke Italia, Portugal dan Inggris. Pada tahun 1982, kelompok ini telah mengkonsolidasi kekuatannya yang begitu sukses sehingga Paus Yohanes Paulus II mengangkat kelompok ini sebagai agen pribadi dari Vatikan. Di kalangan publik pun tersebar rumor tentang pengaruh Opus Dei yang tidak semestinya, yang digunakan atas nama kepausan. Ketika Escriva (pendiri Opus Dei pada tahun 1028) diangkat menjadi santo pada tahun 2002, secara tidak langsung tindakan Paus telah mengkonfirmasikan rumor tersebut.

Ketika Dan Brown memberikan prasangkanya mengenai ‘pengikut Katolik yang sangat taat’ ini, mata dunia hanya menganggapnya sebagai bumbu dalam novel fiksi dari Dan Brown. ‘Fakta’ yang menjadi pengantar novel Dan Brown menjadi sangat menarik perhatian akan laporan-laporan tentang ‘cuci-otak', kekerasan dan praktek berbahaya yang disebut mereka sebagai ‘penyangkalan badani’, sekaligus memperhatikan kegiatan terakhir mereka yang membangun Markas Besar mereka di Lexington Avenue, New York. Markas itu berada nun jauh dari tempat kelompok masyarakat sederhana ini dibentuk oleh Escriva di Madrid pada tahun 1028, saat ia menjadi imam Katolik yang sederhana. Jika anda sudah pernah menyaksikan versi film dari Da Vinci Code, anda mungkin masih ingat seorang albino yang kelihatan galak dan terlihat seperti haus darah. Nah! Mereka inilah yang merupakan pengikut dari organisasi Opus Dei. Opus Dei saat ini mengklaim telah memiliki lebih dari 85.000 anggota.

Praktek-praktek Opus Dei yang tertutup sering menimbulkan bayak spekulasi dari publik. Salah satu praktek ritual mereka yang membuat orang tercengang adalah seperti ‘Menit Kepahlawanan’ pada saat bangun tidur. Para anggota diminta untuk melompat dari ranjang, berlutut mencium lantai dan mengucapkan “serviam” yang diartikan sebagai “saya akan melayani”. Selanjutnya adalah cara penyangkalan badani mereka seperti tidur di lantai, mandi air dingin dan tidak menyantap hidangan penutup saat makan malam. Cara penyangkalan badani yang ekstrim lainnya adalah dengan menggunakan alat-alat penyiksa diri seperti menggunakan cambuk yang dipukulkan ke bagian punggung atau pantat mereka sekali seminggu. Alat populer lainnya yang mereka gunakan adalah apa yang dinamakan Cilice.
Cilice adalah sebuah rantai berpaku yang yang dikenakan disekeliling paha bagian atas selama dua jam setiap hari sehingga meninggalkan lubang-lubang kecil dalam daging. Bagi yang sudah menyaksikan film Da Vinci Code, saya rasa sudah mulai teringat akan gambaran yang dilukiskan dalam film itu.
Salah satu praktek penyelamatan ‘wajah Vatikan’ yang dilakukan Opus Dei antara lain ketika pada November 1975. Saat itu Amerika Serikat sudah melegalkan aborsi sejak 3 tahun sebelumnya. Vatikan mulai menyiapkan sejumlah rencana dengan mengirim beberapa agen Opus Dei yang berpengaruh ke Gedung Putih (perlu dicatat bahwa Opus Dei memiliki anggota-anggota yang duduk dalam sektor vital di berbagai negara di dunia, seperti Ruth Kelly yang duduk dalam menteri dalam pemerintahan Inggris) untuk melakukan lobi guna membalikkan tren aborsi ini dan menyuarakan Pro Kehidupan. Hasilnya, enam hari kemudian dokumen penting NSM 200 (National Security Memorandum atau Memorandum Keamanan Nasional) yang sudah diterima presiden Ford yang berisi hasil-hasil penelitian yang memakan anggaran yang besar terhadap konsekuensi-konsekuensi dari kelebihan penduduk akhirnya dikubur.

Betapa mudahnya Vatikan mengendalikan dunia dari balik tembok-temboknya dengan bantuan Opus Dei.

3. Freemason
Freemasonry adalah organisasi Yahudi Internasional, sekaligus merupakan gerakan rahasia paling besar dan palling berpengaruh di seluruh dunia. Freemasonry terdiri dari dua kata yang di satukan. Free artinya bebas atau merdeka, sedangkan Mason adalah juru bangun atau pembangun.
Tujuan akhir dari gerakan Freemason ini adalah membangun kembali cita-cita khayalan mereka, yakni mendirikan Haikal Sulaiman atau Solomon Temple. Tentang Bait Salomo ini sendiri banyak sumber yang mendefinisikan berlainan. Salah satu tafsir yang paling populer adalah, bahwa Bait Salomo berada di tanah yang kini di atasnya berdiri Masjid Al Aqsha.

Mereka meyakini, tahun 1012 Sebelum Masehi (SM), Salomo membangun Bait Suci di atas Gunung Soraya di wilayah Palestina. Tapi pada tahun 586 SM, Raja Nebukhadnezar dari Babilonia menghancurkan Haikal Sulaiman ini. Tahun 533 SM, bangunan ini didirikan kembali oleh seorang bernama Zulbabil yang telah bebas dari tawanan Babilonia. Atas kebebasannya itulah, ia membangun kembali Bait Suci Salomo.

Banyak sumber Freemason menjelaskan bahwa sejarah berdirinya gerakan ini berakar jauh dan bisa dilacak hingga ke masa Ordo Knight of Templar saat perang Salib di Yerusalem, Palestina. Saat Paus Urbanus II pada tahun 1095, usai Konsili Clermont menyerukan Perang Suci atau Crusade dan memobilisasi kaum Kristiani di seluruh Eropa untuk turut berperang merebut Yerusalem kembali dari kekuasaan Turki.

Nah! Setelah mereka menguasai tanah Palestina, pasukan Salib yang terdiri dari banyak unsur mulai mendirikan kelompoknya masing-masing. Mereka tergabung dalam ordo-ordo tertentu. Para anggota ordo ini datang dari seluruh tanah Eropa, yang ditampung di biara-biara tertentu dan berlatih cara-cara militer di dalam biara tersebut. Dan satu dari sekian ordo yang sangat mencuat namanya adalah Ordo Knight of Templar.

Knight of Templar juga disebut sebagai tentara miskin Pengikut Yesus Kristus dan Bait Salomo. Disebut miskin karena tergambar dari logo yang mereka gunakan, seperti dua tentara yang menunggang seekor keledai. Untuk menunjukkan bahwa mereka miskin, sampai-sampai satu keledai harus dinaiki dua orang tentara Knight of Templar. Bahkan tercatat, mereka dipaksa untuk makan tiga kali saja dalam semingu. Sedangkan nama Bait Salomo mereka pakai karena mereka menjadikan markas mereka yang dipercayai sebagai situs runtuhnya Bait Salomo atau Solomon Temple. Tapi sesungguhnya, pemilihan markas di bukit ini bukan sebuah kebetulan yang bersifat geografis semata, karena para pendiri ordo Knight of Templar sesunguhnya punya cita-cita sendiri untuk mengembalikan kejayaan dan berdirinya Bait Salomo sebagai tempat suci kaum Yahudi atau tempatnya kaum Mason. Sepanjang bisa terlacak, pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, yaitu Hugh de Pavens dan God frey de St Omer. Spekulasi dari kalangan sejarawan mengatakan, bahwa ada darah-darah Yahudi yang mengalir dalam tubuh dan cita-cita para pendiri Ordo Knigh of Templar. Para perwira tinggi Kristen tersebut, sesungguhnya proses convertion yang mereka lakukan hanyalah cara untuk menyelamatkan diri, dan sesungguhnya mereka masih berpegang teguh pada doktrin-doktrin Yahudi, terutama Kabbalah.

Meski mereka menamakan diri sebagai tentara miskin, sesunguhnya mereka tidak miskin-miskin amat. Atau setidaknya, masa miskin itu hanya mereka rasakan di awal-awal berdirinya Knight of Templars. Dalam waktu yang singkat mereka mampu menjadi sangat kaya raya dengan jalan melakukan kontrol penuh terhadap peziarah Eropa yang datang ke Palestiana. Salah satunya adalah dengan cara merekrut anak-anak muda putra para bangsawan Eropa yang tentu saja akan melengkapi anak mereka dengan perbekalan dana yang seolah tak pernah kering jumlahnya. Mereka juga disebut sebagai perintis sistem perbankan pertama pada abad pertengahan.

Saat itu banyak orang-orang Eropa yang ingin pindah atau setidaknya berziarah ke Palestina. Dan tentu saja perjalanan yang jauh dari Eropa memerlukan bekal yang tidak sedikit. Ada yang membawa seluruh harta mereka dalam perjalanan, tapi karena tentara Salib disepanjang perjalanan hidup dalam kondisi yang sangat mengenaskan dan mereka sangat tergiur oleh harta kekayaan, tidak jarang terjadi perampokan bahkan saling bunuh antar orang Kristen disepanjang perjalanan menuju Palestina. Lalu ditemukan cara, para peziarah tidak perlu membawa harta mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu menitipkannya pada sebuah perwakilan Templar di Eropa, mencatat dan menghitung nilainya dan mereka berangkat ke Palestina berbekal catatan nilai harta yang nantinya akan ditukarkan dengan nilai uang yang sama di Palestina. Gerakan ini banyak didominasi oleh Ordo Knight of Templar yang membuat mereka sangat kaya raya karena mendapat keuntungan dari sistem bunga yang mereka kembangkan. Dan inilah embrio atau cikal bakal perbankan yang kita kenal sekarang.

Markas Knight of Templar di Prancis menjadi rumah penghimpunan harta terbesar di Eropa. Lambat laun mereka menjadi bankir bagi para Paus dan Raja. Bagaimana tidak cepat kaya, setiap tahunyya King Henry II of England mendonasikan uang untuk menanggung biaya hidup 15.000 tentara Knight of Templar dan juga Knight Hospitaler selama mereka berperang dalam Perang Salib di tahun 1170. Untuk menggambarkan betapa besarnya institusi perbankan yang dijalankan Templar, pada saat itu organisasi ini memiliki 7.000 pegawai lebih hanya untuk mengurusi masalah keuangan. Mereka juga memiliki tak kurang dari 870 istana, kastil, dan rumah-rumah para bangsawan yang terbentang dari London hingga Yerusalem.

Nah! Karena ordo ini sangat berkuasa, lambat laun mereka mulai menampakkan ciri aslinya, yakni sebagai penganut Mason. Mereka mengembangkan doktrin dan ajaran mistik, juga kekuatan sihir di biara-biara mereka. Mereka memuja setan dan mendatangkan roh-roh untuk berkomunikasi. Apa yang mereka praktikkan ini disebut sebagai Kabbalah, sebuah tradisi mistik Yahudi kuno yang telah berkembang bahkan sejak zaman sebelum Firaun.

Mengetahui hal ini, Raja Prancis Philip le Bel, pada tahun 1307 mengeluarkan seruan untuk menangkap dan membubarkan ordo Knight of Templar karena dituduh telah melakukan bid'ah. Dalam perkembangannya, Paus Clement V turut bergabung untuk memerangi kaum Mason ini dengan mengeluarkan kembali vonis inkuisisi. Terjadi banyak penangkapan dan interogasi, dan beberapa pimpinan Ordo Knight of Templar yang bergelar Grand Master (penyebutan ini masih dipakai sebagai tingkat tertinggi dalam gerakan Freemasonry sampai sekarang) menjadi korban.

Pada tahun 1307, Raja Philip IV memerintahkan penangkapan Jacques de Molay. Dan setelah melalui penyiksaan demi penyiksaan, de Molay mengakui segala ritual bidah yang dilakukan oleh Ordo Templar. Pada tahun 1312, Ordo Knight of Templar dilarang dan dibubarkan. Dan atas perintah Gereja dan Raja , dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1314, para pimpinan Templar dihukum mati, termasuk Jacques de Molay, salah satu Grand Master terpenting Ordo Templar. Jacques de Molay sendiri divonis sebagai heretic (bid’ah) atau kafir dan dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup di depan raja Philip IV. Dan sebelum menghembuskan napasnya, de Molay mengeluarkan kata-kata bahwa Raja Philip dan Paus Clement harus mengikutinya, mati, dalam waktu satu tahun. Dan sejarah mencatat, Raja Philip IV meninggal tujuh bulan kemudian, disusul Paus Clement sebulan setelah Raja Philip.

Setelah itu terjadi pemusnahan besar-besaran, sekali lagi atas kaum Yahudi, dan kali ini bermula dengan kasus Knight of Templar atau kaum Mason. Pemusnahan ini tak hanya terjadi di Palestina, tapi juga terjadi di Eropa. Mereka diburu untuk ditangkap dan dibunuh. Sampai akhirnya mereka berhasil melarikan diri dan mendapat perlindungan dari Raja Skotlandia, Robert The Bruce yang dilantik dan menduduki singgasana Raja pada tahun 1306. Dan di tanah baru ini pula mereka menyusun kekuatan kembali. Dan Skotlandia menjadi salah satu yang menentukan dalam perkembangan gerakan Freemason.

Versi yang lebih tua dari sejarah Freemason adalah kisah yang menyebutkan pembentukan Freemasonry pada zaman Raja Israel, Herodes Agripa I yang meninggal pada tahun 44 Masehi. Freemason pada zaman ini dibentuk untuk membendung ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Isa as. Konon waktu itu namanya The Secret Power atau kekutan yang Tersembunyi. Tujuan utamanya adalah memusuhi pengikut Nabi Isa, menculik mereka, membunuh, melarang penyebaran agama baru tersebut, termasuk membunuhi baya-bayi Kristen. Tapi, berkenaan dengan segala kesadisan yang dilakukan Herodes ini, para sejarawan dunia, meyakini bahwa hal tersebut hanyalah mitos belaka dalam tradisi agama Kristen. Herodes Agripa I menjalankan segala misi The Secret Power ini dibantu dua pengikut setianya, Heram Abioud sebagai Wakil Presiden gerakan dan Moab Leumi sebagai pemegang rahasia utama gerakan ini. Tapi beberapa anggota Freemason juga mempercayai dan menarik sejauh mungkin sejarah mereka ke masa lalu, bahkan hingga ke zaman Firaun. Itu pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa mereka kerap kali menggunakan simbol-simbol Mesir Kuno dalam tradisi dan aktivitas ritual mereka, seperti penggunaan Dewa Horus, Piramida, Matahari dan berbagai simbol Mesir lainnya. Penggunaan ini bermula dari penggalian Kuil Sulaiman oleh para Templar dan penemuan doktrin dan ajaran Kabbalah yang terus-menerus mereka eksplorasi dan diajarkan dari mulut ke mulut. Penggalian ini begitu serius mereka lakukan sehingga kelak akan mempengaruhi cara pandang kaum Templar dan juga rencana mereka pada kehidupan dunia.
Sepak Terjang Yahudi ini sendiri sudah tidak diragukan lagi. Bahkan saya menemukan banyak sekali buku-buku tentang Yahudi di toko buku Gramedia. Setiap buku di sana tidak ada satupun yang membela Yahudi. Semua buku menceritakan bagaimana pengaruh Yahudi di dunia ini yang sudah meluas dengan signifikan. Jika anda ingin mencari tahu lebih jauh tentang kekuasaan mereka, saya sarankan untuk membeli buku ‘Yahudi Menggenggam Dunia’ karya William Carr.

Mengenai fakta dibalik sepak terjang mereka, saya menemukan terlalu banyak kasus, sehingga tidak mudah memilih salah satu untuk dimuat disini. Tapi yang perlu anda ketahui, Microsoft digenggam Yahudi, 65% saham-saham di Wall Street digenggam Yahudi, mantan presiden Amerika, Bush Sr. Dan Bush Jr. adalah orang Yahudi, dan yang terutama adalah anggota-anggota mereka banyak yang duduk di posisi penting pemerintahan dunia.


Source: www.genkbot.com dan http://bundertown.blogspot.com/2010/04/3-organisasi-hitam-yang-menguasai-dunia.html

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...