Wednesday, January 26, 2011

"Green Job" Bisa Anda Terapkan di Mana Saja

Ketika saya menjadi senior packaging manager di Dell sejak tahun 2006 lalu, tujuan saya adalah untuk membangun tim pengemasan terbaik di dunia. Bukan hanya dalam industri komputer, melainkan juga di industri lainnya. Pencapaian ini tidaklah mudah, tetapi juga bukan tidak mungkin. Tidak ada peringkat internasional untuk tim packaging terbaik. Jadi, kita mendefinisikan apa yang dimaksud terbaik oleh kita sendiri.

Hal ini dapat dijabarkan dalam tiga hal. Pertama, untuk menciptakan kemasan yang sangat inovatif. Kedua, menggunakan sumber daya minimal dan berkelanjutan. Ketiga, membantu mengurangi kerumitan untuk konsumen dan biaya untuk perusahaan.

Saat saya menerapkan prinsip-prinsip ini, banyak kejutan yang saya temui. Kata-kata lingkungan, hijau, atau berkelanjutan mungkin tidak tertera di titel pekerjaan saya, tetapi parameter-parameter inilah yang telah mengubah posisi saya di Dell menjadi sesuatu yang dapat Anda sebut, green job. Setelah mempraktikkannya sendiri, saya percaya bahwa dengan tujuan yang tepat dan fokus, semua orang dapat melakukan hal yang sama, apa pun posisi Anda dan industri tempat Anda bekerja.

Ketika tim kami meletakkan kacamata lingkungan dalam melakukan pekerjaan kami, hal ini membawa pada tiga strategi baru yang kami sebut 3C. Cube, seberapa besar kemasannya? Content, terbuat dari apakah kemasan itu? Ada materi yang lebih baik untuk membuatnya? Curb, apakah bahan baku kemasannya dapat dengan mudah didaur ulang oleh konsumen?

Strategi tersebut ternyata menuai kesuksesan, memberikan hasil yang menarik untuk Dell, konsumen kami, dan planet yang kita sebut rumah ini. Semua strategi di atas berakar kembali ke semboyan hijau yang terkenal, reduce, reuse, recycle.

Selama dua tahun terakhir, kami berhasil mengurangi penggunaan bahan baku kemasan hingga lebih dari 8,2 juta kilogram. Pada saat yang bersamaan kami juga semakin banyak menggunakannya kembali. Dalam dua tahun, kami menambah kadar daur ulang (seperti plastik dari bungkus susu) dalam kemasan kami hingga 32 persen. Perusahaan telah mengintegrasikan lebih dari 9,5 juta setengah galon botol susu ke dalam kemasannya. Jumlah ini sama dengan jarak yang terbentang dari Florida hingga Maine, lebih dari 1.500 mil (sekitar 2.400 km).

Kami pun membuat proses daur ulang lebih mudah. Lebih dari setengah bahan baku kemasan kami sekarang dapat didaur ulang dengan mudah oleh konsumen dengan menggunakan program Local Curbside Pick-Up. Kami menargetkan angka ini mencapai 75 persen hingga akhir tahun 2012.

Fondasi 3C telah mengubah tim saya dari insinyur kemasan yang hebat menjadi juara lingkungan yang menginspirasi dalam perusahaan. Saya juga senang melihat industri lain mengambil pendekatan serupa. Baik itu dengan menciptakan kemasan baru yang berkelanjutan untuk yoghurt atau keripik kentang, mendesain garasi parkir, hingga menciptakan sebuah kendaraan elektrik. Perubahan ini juga dapat berupa ide sederhana seperti meminimalkan atau menghilangkan konsumsi kertas dan mengubah kantor menjadi paperless office. Hal ini menunjukkan masyarakat telah mengubah cara pandang mereka mengenai dampak dari pekerjaan mereka.

Saya rasa Anda juga dapat melakukan hal yang sama. Lihatlah bahan mentah dan sumber daya alam yang Anda konsumsi sehari-hari dalam pekerjaan, seperti kertas, listrik, air, dan bensin. Mengonsumsi lebih sedikit dapat mengurangi baik ongkos yang dikeluarkan perusahaan maupun dampak yang ditimbulkan di planet. Apabila Anda memimpin sebuah tim atau seluruh divisi dalam perusahaan Anda, strategi atau perubahan apa yang dapat Anda implementasikan untuk mengurangi konsumsi tersebut?

Cobalah mengawinkan tujuan keberlangsungan lingkungan dengan kebutuhan bisnis Anda. Kami menemukan fakta bahwa banyak dari perubahan yang terjadi telah membuat bisnis kami berjalan lebih baik dari yang terdahulu dan kami pun belum mengorbankan kualitas produk atau kemasan demi lingkungan. Misalnya kemasan bambu kami, insinyur kami menggunakan bahan lokal dengan bambu yang cepat tumbuh untuk menciptakan bantalan produk laptop yang kami produksi di China. Kemasan bambu ini lebih kuat dari bantalan kertas dan lebih aman melindungi produk konsumen kami saat transit. Dengan memilih bahan baku yang lebih berkesinambungan, kami memberikan pelayanan yang lebih baik ke konsumen dan planet kami.

Tindakan yang paling nyata adalah mendaur ulang, entah itu menggunakan100 persen kertas daur ulang di printer kantor atau menggunakan alat daur ulang di area kantor. Utamakan untuk memilih segala sesuatu yang dapat didaur ulang dan lakukan proses ini kapan pun memungkinkan. Di Dell, kami telah mengatur zero-waste goal dalam sistem operasi kami. Walaupun rumit, sangat patut diterapkan untuk membantu pegawai tetap waspada dalam pengawasan lingkungan.

Ketika Anda memikirkannya, pekerjaan apa pun dapat menjadi sebuah green job. Anda hanya harus meletakkan sudut pandang tentang lingkungan dalam setiap pekerjaan yang Anda lakukan setiap harinya dan mulai berpikir tentang efek dari perubahan yang dapat terjadi. Satu hal yang pasti, planet ini dapat menggunakan beberapa pegawai lagi di sisinya.

Penulis: Oliver Campbell, Dell Senior Packaging Manager

26 Januari 2011
Source:http://tekno.kompas.com/read/2011/01/26/11400984/Green.Job.Bisa.Anda.Terapkan.di.Mana.Saja

Krisis IP: Beberapa Minggu Lagi, Alamat Internet Habis

Alamat Internet akan habis dalam beberapa minggu, menurut salah satu penemu Internet pekan lalu. Alamat Internet yang dimaksud adalah alamat protokol Internet (IP address).

Vint Cerf, yang turut mendesain alamat protokol Internet tersebut, mengatakan kalau Internet saat ini hanya dapat menampung 4,3 miliar alamat. Cerf menyebutkan kalau alamat ini akan terpakai seluruhnya dalam beberapa minggu ke depan.

Cerf mengakui kalau pada saat mendesain alamat internet protokol, ia tidak menyangka jumlah 4,3 miliar tidak cukup.

"Ini 'kesalahan' kami, para pendesain. Kami pikir Internet adalah sebuah eksperimen dan untuk eksperimen kami kira jumlah 4,3 miliar saja sudah cukup." kata Cerf yang juga wakil presiden Google dalam sebuah wawancara.

Cerf membuat protokol IPv4, versi protokol yang sekarang ini menghubungkan komputer-komputer ke Internet di seluruh dunia, pada tahun 1977 sebagai bagian dari sebuah eksperimen saat bekerja untuk Department of Defense. Pada tahun 1981, IPv4 beroprasi penuh.

Alamat protokol Internet berupa urutan angka-angka. Angka-angka itu unik pada setiap komputer atau perangkat lain--termasuk ponsel dan perangkat bergerak lainnya--yang terhubung ke internet. Peningkatan jumlah perangkat yang terhubung ke Internet inilah yang menyebabkan percepatan habisnya alamat protokol. Bukan hanya komputer dan ponsel, televisi yang terhubung ke Internet pun mulai tersedia di beberapa negara.

Alamat protokol Internet ini berbeda dengan alamat situs web. Alamat situs web dikenal dengan "nama domain". Untuk mengatasi krisis ini, protokol baru IPv6 sedang dipersiapkan. Alamat IP baru ini dapat menciptakan triliunan alamat internet. Saat ini, IPv6 sudah dapat bekerja di semua sistem operasi besar meskipun belum seluas IPv4.

25 Januari 2011
Source:http://tekno.kompas.com/read/2011/01/25/2131353/Beberapa.Minggu.Lagi..Alamat.Internet.Habis

Monday, January 24, 2011

Bocornya Data Pelanggan YLKI: BRTI Terkesan Loyo Hadapi Operator

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mendapat kritikan pedas dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) lantaran dituding tidak mampu menghadapi operator yang nakal. "BRTI terkesan loyo," kata YLKI.

Anggota Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan demikian lantaran gregetan melihat aksi BRTI yang tidak mampu menertibkan perilaku operator yang kebablasan dan meresahkan konsumen.

Kejadian terbaru yang turut memancing reaksi YLKI adalah terkait beredarnya kabar bocornya data 25 juta pelanggan telekomunikasi di Indonesia. Nah, YLKI menduga ada permainan dari oknum di operator yang memuluskan keluarnya data privasi tersebut.

"BRTI kan regulator harusnya mereka bisa memberi sanksi ke operator yang nakal dan bermain di kejadian ini (bocornya data pelanggan-red.), dan hal itu sudah didukung UU Telekomunikasi," tegas Tulus, kepada detikINET, Senin (24/1/2011).

"Ini salah satu bentuk kegagalan kinerja mereka, BRTI terkesan loyo untuk menertibkan operator yang nakal," ia menandaskan.

Aksi BRTI untuk menertibkan industri telekomunikasi Tanah Air memang begitu dinanti para pengguna. Jika kabar bocornya 25 juta pelanggan telekomunikasi itu benar adanya, tentu dinantikan ketegasan dari sang regulator telekomunikasi.

Isu kebocoran data pengguna telekomunikasi ini mengemuka setelah adanya klaim dari penjual produk pengiriman SMS broadcast yang mengaku memiliki database 25 juta pengguna telepon aktif di Indonesia.
( ash / rns ) 

24 Januari 2011
Source:http://www.detikinet.com/read/2011/01/24/121540/1552991/328/ylki-brti-terkesan-loyo-hadapi-operator/?i991101105

 

25 Juta Data Pelanggan Telekomunikasi Bocor?

Beredar kabar bahwa sedikitnya ada 25 juta data pengguna telekomunikasi di Indonesia yang bocor. Kabar ini langsung jadi perhatian Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Anda kah salah satu korbannya?

Menurut Anggota BRTI Heru Sutadi, isu kebocoran data pengguna telekomunikasi ini mengemuka setelah adanya klaim dari penjual produk pengiriman SMS broadcast yang mengaku memiliki database 25 juta pengguna telepon aktif di Indonesia.

"Penyelidikan ini penting mengingat bahwa data pengguna adalah sesuatu yang bersifat rahasia dan dilindungi UU Telekomunikasi No. 36/1999. Sehingga, jika isu ini benar, maka jelas hal itu pelanggaran," tegas Heru kepada detikINET, Senin (24/1/2010).

Penyelidikan ini juga terkait dengan maraknya pengiriman SMS broadcast yang bersifat spam dari bank-bank yg menawarkan kartu kredit maupun kredit tanpa agunan (KTA).

"Dari laporan masyarakat, bank yang banyak mengirim SMS spam adalah Standard Charter Bank and ANZ. Selain perbankan, kini pola-pola seperti itu juga diikuti oleh penyelenggara telepon premium," ungkap dia.

Sebelum menyelidiki lebih lanjut, BRTI juga sempat berdiskusi dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). "Konsumen banyak yang protes karena kata-kata yang digunakan dalam berpromosi tersebut sangat vulgar," tandas Heru.

Saat ini tercatat ada 180 juta lebih pelanggan telekomunikasi di Indonesia. Jika isu kebocoran data benar adanya, BRTI khawatir, bisa saja seluruh data pelanggan yang ada akan jadi korban berikutnya.

24 Januari 2011
Source:http://www.detikinet.com/read/2011/01/24/091542/1552833/328/25-juta-data-pelanggan-telekomunikasi-bocor/

Friday, January 21, 2011

BNI Go Green dalam MarkPlus Conference 2011

Kisah BNI Go Green dalam Marketing Champion 2011

Penulis: Taufik, Chief Business Officer, MarkPlus, Inc. Tulisan dimuat di Majalah Marketeers, Edisi Januari 2011, Hal.57.

Tulisan ini dibuat dalam rangka acara akbar Markplus Conference 2011, yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc pada hari Kamis, 16 Desember 2010 di Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place.
Berikut kutipan tulisan:

Para Marketing Champion dan CEO of the Year 2011 Dahlan Iskan berfoto bersama Hermawan Kartajaya. Sumber: http://blog.the-marketeers.com/wp-content/uploads/2010/12/01-1.jpg

Dewan juri memutuskan untuk memilih satu orang marketing champion dari masing-masing kategori industri. Di kategori Financial Services Industry terpilih CEO BNI 46 Gatot Suwondo sebagai marketing champion. Sekalipun BNI 46 bukanlah bank yang terbesar baik dari aset maupun jaringan, bukanlah yang paling pesat perkembangannya dan bukanlah yang paling besar labanya, tapi di bawah kepemimpinan Gatot, BNI 46 bukan hanya mulai memetik hasil dari proses turn around yang dilakukan tapi juga mulai bersiap untuk mengikuti jejak-jejak bank-bank lain yang kini jadi bintang dalam perbankan Indonesia.
            BNI 46 yang selama ini seolah-olah seperti menjadi penonton ketika dua saudaranya, Bank Mandiri dan BRI berlomba untuk menjadi bank pilihan tiga stakeholders utama, customers, people dan investors, kini mulai ancang-ancang untuk menunjukkan karakternya. Paling menonjol dalam adalah kampanye BNI Go Green, yang ternyata bukan hanya sekedar program corporate social responsibility tapi sudah menjadi bagian dari business model. Inilah kejelian BNI 46 yang dipimpin oleh Gatot Suwondo, ketika perbankan mulai mengalami commoditization, khususnya di basic product dan service.
            Bank ini mulai berani melakukan proses edukasi kepada para pengambil kredit agar mereka lebih peduli dengan lingkungan dan kalau proses edukasi sudah mencapai suatu titik tertentu, BNI 46 tidak akan ragu untuk menerapkan kepedulian lingkungan dalam persyaratan pemberian kredit. Memang langkah seperti ini juga akan bisa ditiru oleh para pemain lain. Tapi karena terlihat all out, termasuk berani untuk menyediakan akses yang bagus untuk pengguna sepeda, BNI 46 akan one step ahead, ketika trend industri mengarah ke sana.
            Yang menarik juga adalah BNI Go Green ini bisa menjadi payung untuk berbagai kegiatan komunikasi pemasaran BNI 46. Kampanye mengenai electronic delivery channel tidak lagi hanya terbatas untuk menunjukkan bahwa bank ini juga punya fasilitas yang tidak kalah dengan para pesaingnya, tapi juga menunjukkan sebagai bentuk penerapan go green tersebut. Artinya BNI hendak mengartikulasikan bahwa pemakaian electronic delivery channel bukan sekedar bagian dari gaya hidup modern tapi juga gaya hidup seperti dikatakan dalam Marketeing 3.0, peduli kepada people dan planet.
            Dalam era horizontal marketing, konsistensi dalam menunjukkan kepedulian pada people dan planet akan menjadi modal untuk mudah di-confirm oleh konsumen yang kian peduli dan kritis untuk melihat sejauh mana sebuah brand itu peduli pada people dan planet. Jadi, sekalipun BNI Go Green ini belum langsung berkontribusi melonjakkan performa bisnis BNI 46, tapi sudah punya peran signifikan dalam membentuk karakter baru bank ini dan sekaligus mulai membentuk gaya hidup modern dan peduli pada people dan planet. Ini sebuah langkah cerdik, karena program yang semula tampak hanya ingin membuat bank ini punya positioning yang clear berkembang ke rekayasa sosial.

Profil Marketing Champion Indonesia 2011 Kategori Financial Industry

GATOT SUWONDO dan Membangun Teamwork

Oleh Tony Prasetiantono, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM. Tulisan dimuat di Majalah Marketeers, Edisi Januari 2011, Hal.68.

Kutipan tulisan sbb:

BNI 46 mengambil langkah go-green merupakan kepintaran beliau dalam mengambil positioning. Karena bank sekarang ini harus punya positioning, harus punya sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Sehingga dia mendapatkan advantage dan menjadi perhatian nasabah. BNI 46 dengan tertib memposisikan dirinya untuk menuju go-green dan memang satu issue yang sedang popular dan diterima oleh berbagai pihak. Artinya dengan memposisikan diri go-green ini merupakan langka promosi yang luar biasa yang bisa menarik minat banyak kalangan sehingga BNI memilik daya tarik yang besar dalam menarik nasabah. Saya kira itu adalah salah satu kecerdikan beliau karena bank saat ini dituntut untuk memiliki positioning yang berbeda dengan bank lain. Dengan positioning itu akan menjadi penanda BNI 46 yang berbeda dibanding dengan bank lain. Saya sangat menyambut baik langkah itu. Dan saya rasa ini merupakan sebuah keputusan yang tertib, strategi yang tertib dari manajemen BNI 46.

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...