Thursday, March 27, 2025

Pendampingan Implementasi Green Productivity untuk Efisiensi Energi dan Reduksi Emisi Karbon di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta: Sebuah Pengabdian Masyarakat dalam Mendukung Energi Terbarukan

 Jurnal pendampingan masyarakat ini ditulis oleh: 

Leonard Tiopan Panjaitan, (Konsultan di Trisakti Sustainability Center - TSC), Ajen Kurniawan (NPO Indonesia), Sekretariat TSC: Gedung M Lantai 15 Fakultas Ekonomi, Jl. Kyai Tapa No.1, RT.6/RW.16, Tomang, Kec. Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, E-mail: leonardpanjaitan@gmail.com

Desember 2024

Abstrak

Peningkatan emisi karbon di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta menjadi perhatian serius. Jurnal ini mengkaji implementasi Green Productivity (GP) melalui rencana instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap gedung sebagai solusi pemanfaatan energi baru terbarukan. Analisis kelayakan teknis, finansial, lingkungan dan sosial dilakukan untuk memastikan keberhasilan proyek, serta perhitungan jumlah panel surya yang dibutuhkan. PLTS atap gedung terbukti layak secara teknis, dengan potensi penghematan Rp 4,86 miliar selama 20 tahun dan pengurangan emisi karbon 678,03 ton CO2 eq rata-rata per tahun. Studi kasus PLTS Terapung Cirata menunjukkan potensi PLTS skala besar.

Metodologi GP "Six Steps and Thirteen Tasks" digunakan selama pendampingan GP. Jurnal ini memberi rekomendasi instalasi PLTS dan strategi keberlanjutan untuk efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta.

Kata Kunci: Green Productivity, PLTS, Emisi Karbon, Kimia Farma, Pengabdian Masyarakat, Energi Terbarukan, Efisiensi Energi.

Salinan soft copy jurnal ini dapat dilihat pada link:https://drive.google.com/drive/folders/1zOoKpgSOVse4BsnTvYoLDQ62M-z8DSSk?usp=sharing

 

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim global menjadi isu krusial yang menuntut perhatian dan aksi nyata dari berbagai pihak, termasuk sektor industri. PT Kimia Farma, Tbk, sebagai perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, menyadari pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dalam operasionalnya. Hal ini tecermin dalam komitmen perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan menerapkan prinsip-prinsip Green Productivity (GP).

Emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas industri farmasi merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca. Penggunaan energi fosil sebagai sumber energi utama menjadi faktor dominan dalam peningkatan emisi karbon. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan inovasi untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan.

Seperti yang dijelaskan dalam artikel “Matahari Untuk PLTS di Indonesia” (http://www.litbang.esdm.go.id), potensi energi surya di Indonesia sangat besar, mencapai sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp. Namun, pemanfaatannya masih minim, baru sekitar 10 MWp. Pemerintah telah menetapkan target kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 sebesar 0.87 GW, menunjukkan potensi pasar yang besar untuk pengembangan energi surya di masa depan.

Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan energi surya melalui instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap gedung. Teknologi PLTS telah berkembang pesat, menjadikannya alternatif yang efisien dan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan energi industri. Seperti yang dijelaskan dalam "Survei biaya investasi PLTS Atap Gedung", perkembangan harga PLTS secara global semakin menurun, sehingga pemanfaatannya lebih terjangkau oleh masyarakat luas.

PLTS atap gedung menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan bagi PT Kimia Farma, Tbk Jakarta. Pertama, PLTS dapat mengurangi emisi karbon perusahaan secara signifikan. Dengan mengurangi ketergantungan pada listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, PT Kimia Farma, Tbk Jakarta dapat mengurangi jejak karbonnya dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Kedua, PLTS dapat menghasilkan penghematan biaya listrik yang substansial. Energi surya merupakan sumber energi terbarukan yang gratis, sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya operasionalnya dengan memanfaatkan energi ini. Ketiga, instalasi PLTS dapat meningkatkan citra perusahaan. Sebagai perusahaan farmasi terkemuka, PT Kimia Farma, Tbk Jakarta dapat menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam jurnal ini adalah:

  1. Bagaimana kelayakan teknis, finansial, dan lingkungan dari implementasi PLTS atap gedung di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta?
  2. Bagaimana dampak implementasi PLTS atap gedung terhadap pengurangan emisi karbon dan penghematan biaya listrik?
  3. Bagaimana strategi keberlanjutan dan pengembangan proyek PLTS atap gedung?

1.3 Tujuan

Tujuan dari jurnal ini adalah:

  1. Menganalisis kelayakan teknis, finansial, dan lingkungan dari implementasi PLTS atap gedung.
  2. Mengevaluasi dampak implementasi PLTS atap gedung terhadap pengurangan emisi karbon dan penghematan biaya listrik.
  3. Merumuskan strategi keberlanjutan dan pengembangan proyek PLTS atap gedung.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Green Productivity (GP)

Green Productivity (GP) adalah sebuah filosofi manajemen yang mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan produktivitasnya, dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Filosofi ini bertujuan untuk mencapai peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya (energi, material, dan air), meminimalkan limbah dan emisi, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga tercipta keberlanjutan dalam operasional perusahaan.

Konsep GP diperkenalkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada tahun 1994 sebagai pendekatan holistik untuk meningkatkan produktivitas industri dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. (https://www.apo-tokyo.org/p_glossary/green-productivity-3/)

2.1.1 Metodologi Green Productivity

APO telah mengembangkan sebuah metodologi yang sistematis untuk implementasi GP, yang dikenal dengan Six Steps and Thirteen Tasks. Metodologi ini memberikan panduan 6 (enam) langkah bagi perusahaan dalam menerapkan GP dan mencapai tujuan keberlanjutan, yakni sebagai berikut:

  1. Preparation: Tahap persiapan meliputi pembentukan tim GP, mendefinisikan ruang lingkup proyek, dan mengumpulkan data yang diperlukan.
  2. Planning: Pada tahap ini, tim GP mengembangkan rencana aksi, menetapkan target, dan menentukan indikator kinerja.
  3. Generation and Evaluation of GP Options: Tim GP mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai opsi untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak lingkungan.
  4. Implementation: Tahap implementasi meliputi pelaksanaan rencana aksi yang telah disusun dan pemantauan kemajuan proyek.
  5. Monitoring and Review: Tim GP melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja proyek dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
  6. Sustaining: Tahap ini berfokus pada upaya untuk memastikan bahwa manfaat dari GP dapat dipertahankan dalam jangka panjang.


Gambar-1.Metodologi GP Six Steps & Thirteen Tasks

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan energi surya menjadi energi listrik. Sistem ini terdiri dari panel surya, inverter, dan komponen pendukung lainnya. Panel surya berfungsi untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik dalam bentuk arus searah (DC). Kemudian, inverter akan mengubah arus DC menjadi arus bolak-balik (AC) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Selain itu, PLTS merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang paling menjanjikan karena beberapa keunggulannya, antara lain:

a)      Ramah Lingkungan: PLTS tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca selama beroperasi, sehingga berkontribusi pada pengurangan polusi udara dan mitigasi perubahan iklim.

b)      Berkelanjutan: Energi surya merupakan sumber energi yang tidak akan habis, sehingga PLTS menawarkan solusi energi yang berkelanjutan untuk jangka panjang.

c)      Ekonomis: Meskipun biaya investasi awal PLTS relatif tinggi, biaya operasional dan pemeliharaannya rendah, dan harga panel surya terus menurun seiring dengan perkembangan teknologi.

d)     Fleksibel: PLTS dapat dipasang di berbagai lokasi, mulai dari atap gedung, lahan kosong, hingga permukaan air.

e)      Mandiri: PLTS dapat beroperasi secara mandiri tanpa tergantung pada jaringan listrik utama, sehingga cocok untuk daerah terpencil atau rawan pemadaman listrik.

2.2.1 Cara Kerja PLTS

Secara singkat berdasarkan laman https://atonergi.com/mengenal-plts-on-grid-cara-kerja-dan-keuntungannya/ , maka PLTS bekerja dengan cara mengubah energi foton dari sinar matahari menjadi energi listrik melalui proses yang disebut efek fotovoltaik. Efek ini terjadi pada material semikonduktor, seperti silikon, yang merupakan bahan utama panel surya. Berikut adalah tahapan cara kerja PLTS:

a)      Penangkapan Sinar Matahari: Panel surya menangkap sinar matahari yang mengandung foton.

b)      Efek Fotovoltaik: Foton menggerakkan elektron di dalam sel surya, menghasilkan arus listrik searah (DC).

c)      Pengubahan Arus Listrik: Inverter mengubah arus listrik DC dari panel surya menjadi arus listrik bolak-balik (AC) yang dapat digunakan oleh peralatan elektronik.

d)     Distribusi Listrik: Listrik AC didistribusikan ke jaringan listrik gedung atau rumah untuk memenuhi kebutuhan listrik.

e)      (Opsional) Penyimpanan Energi: Jika PLTS dilengkapi dengan baterai, kelebihan energi listrik yang dihasilkan pada siang hari dapat disimpan dalam baterai untuk digunakan pada malam hari atau saat cuaca mendung.

f)       (On-Grid) Net Metering: Sistem PLTS on-grid dapat dihubungkan dengan jaringan listrik PLN melalui mekanisme net metering. Ketika PLTS menghasilkan energi listrik lebih banyak dari yang dibutuhkan, kelebihannya akan disalurkan ke jaringan PLN. Sebaliknya, ketika produksi PLTS kurang dari kebutuhan, kekurangannya akan dipasok oleh PLN.


Gambar-2.PLTS Atap di salah satu pabrik farmasi di kawasan Cikarang Bekasi


Gambar-3.Cara Kerja PLTS On-Grid

Sumber: https://infinitisuryasinergi.com/sistem-kerja-plts-atap/

 

2.3 Emisi Karbon

Emisi karbon adalah pelepasan gas karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer. Aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, menjadi penyebab utama peningkatan emisi karbon yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. (Sumber: IPCC - https://www.ipcc.ch/)


Gambar-4.Gas buang dari cerobong asap industri dapat menyebabkan climate change

Sumber gambar: https://terrapass.com/blog/carbon-dioxide-emissions-from-electricity/

Sumber utama emisi karbon adalah aktivitas manusia, terutama yang berkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Pembakaran ini terjadi di berbagai sektor, termasuk:

1)       Industri: Pabrik-pabrik dan fasilitas industri lainnya menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar melalui proses produksi mereka.

2)       Transportasi: Kendaraan bermotor, pesawat terbang, dan kapal laut melepaskan CO2 dan gas rumah kaca lainnya melalui pembakaran bahan bakar.

3)       Pembangkit Listrik: Pembangkit listrik tenaga fosil merupakan penyumbang utama emisi karbon global.

4)       Rumah Tangga: Penggunaan energi di rumah tangga, seperti untuk memasak, pemanas ruangan, dan pendingin udara, juga berkontribusi pada emisi karbon.

5)       Pertanian: Praktik pertanian, seperti penggunaan pupuk dan deforestasi, dapat menghasilkan emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya.

Emisi karbon memiliki dampak yang merugikan bagi planet kita, antara lain:

1)       Peningkatan suhu global: Menyebabkan perubahan iklim, seperti cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut, dan mencairnya es di kutub.

2)       Pencemaran udara: Membahayakan kesehatan manusia dan merusak ekosistem.

3)       Pengasaman laut: Mengancam kehidupan laut dan terumbu karang.

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim diperlukan upaya untuk mengurangi emisi karbon dengan cara antara lain:

1)       Transisi ke energi terbarukan: Seperti energi surya, angin, dan air.

2)       Efisiensi energi: Menggunakan energi secara lebih bijak dan mengurangi pemborosan.

3)       Penghijauan: Menanam pohon dan tumbuhan lainnya untuk menyerap CO2 dari atmosfer.

4)       Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon: Mengembangkan teknologi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dari sumber-sumber utama.

Berdasarkan kajian dari MIT Climate Portal: Greenhouse Gases and Their Impact melalui laman https://climate.mit.edu/explainers/greenhouse-gases , terdapat beberapa jenis gas-gas rumah kaca utama penyebab perubahan iklim dan emisi karbon yang ditimbulkannya, antara lain:

a)    Karbon Dioksida (CO). Sumber Utama: Pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, gas alam), proses industri (misalnya produksi semen), dan deforestasi. Efek: CO menyumbang sekitar 80% dari emisi GRK global akibat manusia dan dapat bertahan di atmosfer selama ratusan tahun. Ini adalah pendorong utama perubahan iklim.

b)   Metana (CH). Sumber Utama: Pembuangan limbah di tempat pembuangan akhir, peternakan (proses pencernaan hewan), pertanian (terutama sawah), dan kebocoran dari produksi gas alam. Efek: Metana lebih kuat dalam menjebak panas daripada CO, dengan potensi pemanasan 28-30 kali lebih besar, meski hanya bertahan sekitar 10-12 tahun di atmosfer.

c)    Dinitrogen Oksida (NO). Sumber Utama: Penggunaan pupuk berbasis nitrogen dalam pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, dan pengolahan limbah. Efek: Meskipun hanya menyumbang sekitar 6% dari emisi GRK global, NO memiliki potensi pemanasan sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan CO, dengan umur atmosfer hingga 114 tahun.

d)   Gas-Gas Fluorinasi. Sumber Utama: Proses industri seperti refrigerasi, pendingin udara, dan aerosol. Efek: Meskipun jumlahnya kecil, gas ini memiliki potensi pemanasan hingga ribuan kali lipat lebih besar daripada CO. Beberapa gas seperti sulfur heksafluorida (SF) memiliki potensi pemanasan 23.500 kali lipat dibandingkan CO.

2.4 Jenis-jenis PLTS

Berdasarkan konektivitasnya dengan jaringan listrik, PLTS dapat dibedakan menjadi tiga jenis:

  1. PLTS On-Grid: PLTS yang terhubung dengan jaringan PLN. Kelebihan energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke jaringan PLN.
  2. PLTS Off-Grid: PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan PLN. Energi listrik yang dihasilkan disimpan dalam baterai untuk digunakan saat dibutuhkan.
  3. PLTS Hybrid: PLTS yang menggabungkan sistem on-grid dan off-grid. Sistem ini memiliki baterai sebagai cadangan saat terjadi pemadaman listrik.

 

Gambar-5.PLTS On-Grid, Off-Grid dan Hybrid

Sumber: https://holuhou.com/press/on-grid-vs-off-grid-vs-hybrid-solar-systems/

Selain ketiga jenis PLTS di atas, terdapat juga jenis PLTS lain yang umum digunakan, yaitu PJUTS (Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya). PJUTS adalah sistem penerangan jalan yang menggunakan energi surya sebagai sumber listrik. Sistem ini terdiri dari panel surya, baterai, kontroler, dan lampu LED. PJUTS umumnya digunakan di daerah yang belum terjangkau jaringan listrik PLN atau di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik. (Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral - https://www.esdm.go.id/id/page/penerangan-jalan-umum-tenaga-surya-pjuts)


Gambar-6.PJUTS Yang Terpasang di Perumahan Penulis Jurnal ini

PJUTS memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

ü  Ramah lingkungan karena menggunakan energi terbarukan.

ü  Hemat energi karena menggunakan lampu LED yang efisien.

ü  Mudah dipasang dan dirawat.

ü  Dapat beroperasi secara mandiri tanpa jaringan listrik PLN.

Dengan semakin berkembangnya teknologi PLTS, PJUTS menjadi solusi yang semakin populer untuk penerangan jalan di daerah perkotaan maupun pedesaan.

2.5 Komponen PLTS

PLTS terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:

  1. Panel surya: Komponen yang mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Panel surya terbuat dari sel surya yang umumnya berbahan silikon. Terdapat berbagai jenis panel surya, di antaranya panel surya monocrystalline, polycrystalline, dan thin film.


Gambar-7.Panel Surya Atap

  1. Inverter: Komponen yang mengubah arus DC menjadi arus AC. Inverter merupakan komponen penting dalam PLTS karena sebagian besar peralatan elektronik menggunakan arus AC.


Gambar-8.Inverter on Grid - Sumber: https://pasangpanelsurya.com/apa-itu-inverter-on-grid/

 

  1. Baterai: Komponen yang menyimpan energi listrik. Baterai digunakan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari agar dapat digunakan pada malam hari atau saat cuaca mendung.


Gambar-9.Baterai di PLTS

Sumber: https://www.sankelux.co.id/product?id=51

  1. Solar Charge Controller (SCC): Komponen yang mengatur pengisian baterai. SCC berfungsi untuk mencegah overcharging dan over-discharging pada baterai, sehingga dapat memperpanjang umur baterai.


Gambar-10.Solar Charge Controller (SCC)

Sumber: https://atonergi.com/apa-itu-solar-charge-controller-memahami-kontroler-surya/

  1. Net Metering: Alat yang memungkinkan pengguna PLTS untuk menjual kelebihan energi listrik ke PLN. Net metering memungkinkan pengguna PLTS untuk mendapatkan penghematan biaya listrik yang lebih besar.


Gambar-11.Net Metering PLTS

Sumber: https://pasangpanelsurya.com/cara-kerja-net-metering-plts/

3. Metodologi

3.1 Lokasi, Waktu dan Metode Pelaksanaan

Lokasi penelitian adalah area pabrik PT Kimia Farma, Tbk, di kawasan JIEP (Jakarta Industrial Estate Pulogadung), Jakarta. Subjek penelitian adalah implementasi GP melalui instalasi PLTS Atap Gedung. Kegiatan pendampingan Produktivitas Hijau dilakukan selama bulan Oktober 2024. Pembukaan resmi dilaksanakan pada tanggal 09 Oktober 2024 melalui Pelatihan Green Productivity (Produktivitas Hijau) di Gedung BLK Kawasan JIEP Pulogadung Jakarta Timur.

Kegiatan kunjungan pada pelaku usaha dilakukan sebanyak tiga kali kunjungan, yakni 21, 29 Oktober dan 04 November 2024. Dalam penelitian ini, perwakilan Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah (P3D) – Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta bersama tim Trisakti Sustainability Center (TSC) melakukan pendampingan terhadap PT Kimia Farma di JIEP Jakarta Timur. Pendampingan terhadap implementasi konsep produktivitas hijau disesuaikan dengan karakteristik bisnis farmasi di PT Kimia Farma. Metodologi yang digunakan adalah kerangka kerja Green Productivity dari Asian Productivity Organization (APO), versi GPS 201:2023. Pendekatan ini meliputi langkah-langkah berikut:

1.      Pengumpulan data terkait proses produksi, penggunaan sumber daya, dan praktik bisnis

2.      Identifikasi area-area yang memerlukan perbaikan

3.      Analisis GP untuk menemukan peluang peningkatan

4.      Penerapan kelayakan teknis, finansial dan lingkungan

5.      Monitoring dan evaluasi hasil implementasi

3.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif meliputi informasi tentang kebijakan perusahaan, komitmen terhadap lingkungan, dan regulasi pemerintah. Data kuantitatif meliputi data emisi karbon, konsumsi energi, biaya listrik, dan data teknis PLTS.

Teknik pengumpulan data meliputi:

a)      Studi Literatur: Mengumpulkan informasi dari dokumen perusahaan, regulasi pemerintah, laporan keberlanjutan, jurnal ilmiah, dan sumber internet lainnya.

b)      Observasi: Melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengamati kondisi existing dan potensi implementasi PLTS atap gedung.

c)      Wawancara: Melakukan wawancara dengan Tim GP PT Kimia Farma Plant Jakarta untuk mendapatkan informasi mendalam tentang proyek.

d)     Analisis Data: Menganalisis data menggunakan alat analisis GP seperti eco-mapping, process flow PLTS Atap dan cost-benefit analysis.

e)      Survei Harga: Melakukan survei harga pemasangan PLTS atap gedung dengan kapasitas 1 kWp hingga 10 kWp dari Jurnal Spektrum Fakultas Teknik Universitas Udayana.

3.3 Tahap Pelaksanaan Program

Kunjungan pertama dilaksanakan pada 21 Oktober 2024. Tim pendamping melakukan identifikasi terhadap proses produksi, penggunaan sumber daya, dan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses bisnis di PT Kimia Farma. Kemudian, tim pendamping memberikan pemaparan dan rekomendasi terkait potensi peningkatan efisiensi dan keberlanjutan bisnis yang dapat dilakukan oleh PT Kimia Farma. Kegiatan tersebut meliputi pengenalan terkait metode maupun alat produktivitas hijau di area produksi, optimalisasi penggunaan peralatan, serta pengurangan limbah. Melalui diskusi yang dijalankan, diharapkan pemaparan serta rekomendasi yang diberikan dapat berkontribusi pada penghematan biaya operasional termasuk pemakaian listrik, peningkatan kualitas produk, perbaikan lingkungan kerja, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bagi PT Kimia Farma.

Kunjungan kedua dilaksanakan pada 29 Oktober 2024. Kegiatan pendampingan yang dilakukan telah memasuki tahap pengembangan dan implementasi solusi produktivitas hijau. Peserta memulai analisis hal-hal yang berkaitan dengan mencapai fokus dan tujuan yang telah ditetapkan, dengan mengimplementasikan alat-alat produktivitas hijau seperti Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT), Eco-Mapping, Environmental Analysis, Material Flow Cost Analysis, dan Cost Benefit Analysis (CBA). Selain itu, PT Kimia Farma turut menyusun rencana aksi yang lebih detail, mencakup timeline, penanggung jawab, dan alokasi anggaran untuk setiap kegiatan. Dengan adanya rencana aksi yang jelas, diharapkan dapat mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul selama proses implementasi dan menemukan solusi yang tepat secara proaktif.

Kunjungan ketiga dilaksanakan pada 04 November 2024. Kunjungan ini difokuskan pada rencana aksi pemasangan PLTS Atap Gedung untuk mengurangi konsumsi energi listrik PLN sekalingus berpartisipasi dalam penurunan emisi karbon dari pembangkitan listrik. Dari fokus investasi PLTS Atap ini, lalu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi dengan mempersiapkan simulasi perhitungan kelayakan investasi termasuk aspek lingkungan (reduksi emisi karbon) serta kepatuhan terhadap regulasi terkait dengan PLTS Atap dari Pemegang Izin Usaha Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum. Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar untuk pengembangan program produktivitas hijau di PT Kimia Farma melalui pemanfaatan energi terbarukan (surya) untuk reduksi emisi karbon di masa mendatang.

3.4 Monitoring dan Pendampingan Program

Kegiatan monitoring dan pendampingan program ini dilakukan bersamaan dengan setiap kunjungan yang dilakukan oleh perwakilan P3D– Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta maupun tim TSC. Proses ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta terhadap implementasi Produktivitas Hijau pada sektor usaha farmasi. Disamping itu, monitoring dan pendampingan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengawasi dan mengarahkan implementasi proyek Produktivitas Hijau yang diimplementasikan oleh PT Kimia Farma

3.5 Penutupan Program

Kegiatan penutupan Bimbingan dan Konsultasi Peningkatan Produktivitas Angkatan X Tahun 2024, dilakukan pada 19 November 2024 yang berlokasi di Gedung DPD Apindo Cikini Jakarta Pusat. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan P3D – Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta, tim TSC, dan para peserta bimbingan Produktivitas Hijau Angkatan X. Pada acara penutupan ini, peserta kegiatan diberikan waktu untuk melakukan presentasi terkait rencana aksi proyek Produktivitas Hijau yang akan dilakukan.

4. Hasil dan Pembahasan

Dalam melakukan pembahasan yang mendalam terkat pendampingan proyek GP dalam pemanfaatan energi terbarukan di PT Kimia Farma untuk mereduksi emisi karbon dan melakukan efisiensi energi, kami menggunakan Langkah Ketiga (Step 3) Metodologi GP dari Gambar-1 di atas, yakni berupa: Option Generation , Options Screening dan Option Evaluation. Dari aspek Option Generation, beberapa opsi yang mengemuka telah didiskusikan antara lain:

a)    Menggunakan lampu hemat energi.

b)    Mengoptimalkan penggunaan AC yang hemat energi.

c)     Memanfaatkan energi surya.

d)    Menggunakan mesin produksi yang lebih efisien

Kemudian berdasarkan opsi-opsi di atas, dilakukan Option Screening dengan cara memilih opsi yang paling efektif dalam mengurangi emisi karbon dan menurunkan biaya listrik. Langkah terakhir, kami melakukan Option Evaluation yang mana kami mengevaluasi opsi berdasarkan biaya, dampak terhadap lingkungan, dan kemudahan implementasi. Selanjutnya pembahasan secara mendalam disampaikan sebagai berikut:

4.1 Regulasi PLTS di Indonesia

Regulasi yang mengatur sistem pembangkitan tenaga listrik dengan sumber energi surya (matahari) adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.2 tahun 2024 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Yang Terhubung Pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, dengan pokok-pokok yang mencakup antara lain:

1.    Tujuan dan Ruang Lingkup. Peraturan ini bertujuan untuk:

a)    Mengoptimalkan pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi ramah lingkungan.

b)   Mengatur pembangunan, pemasangan, dan operasional Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) yang terhubung dengan jaringan listrik PLN atau penyedia tenaga listrik lainnya.

2.    Ketentuan Kuota dan Pemasangan

a)      Kuota Tahunan: Ditentukan berdasarkan kajian teknis oleh PLN atau pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTLU).

b)      Advanced Meter: Semua instalasi wajib menggunakan advanced meter untuk pengukuran energi listrik dua arah.

3.    Skema Baru:

a)      Penghapusan Skema Net Metering: Kelebihan listrik yang diekspor ke jaringan PLN tidak lagi mengurangi tagihan listrik pelanggan.

b)      Tidak Ada Biaya Paralel: PLTS Atap tidak dikenai biaya tambahan untuk koneksi dengan jaringan PLN.

4.    Standar Teknis. Semua komponen, termasuk modul surya dan inverter, harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar internasional yang diakui​

5.    Sanksi Administratif. Pelanggaran terhadap ketentuan, seperti pemasangan tanpa izin, dapat dikenai sanksi berupa denda atau pemutusan layanan.

 

Dengan adanya aturan baru yang berlaku pada tanggal 31 Januari 2024, tentu hal ini akan berimplikasi pada rencana PT Kimia Farma dalam implementasi PLTS Atap, antara lain sebagai berikut:

1.    Peran PLTS di PT Kimia Farma. Dengan rencana pemasangan PLTS atap berkapasitas sekitar 453 kWp, implementasi ini berpotensi mengurangi emisi karbon dan menghemat biaya operasional listrik. Berdasarkan Permen ini, proyek ini harus:

a)    Mendapatkan persetujuan kuota dari PLN atau IUPTLU.

b)   Memasang advanced meter untuk memantau produksi energi dan ekspor listrik

2.    Dampak Penghapusan Net Metering. Tanpa skema net metering, PT Kimia Farma perlu mengoptimalkan penggunaan energi listrik dari PLTS secara internal (self-consumption) agar investasi tetap efisien. Integrasi dengan sistem penyimpanan energi (baterai) menjadi strategi yang relevan.

3.    Manfaat Lingkungan dan Ekonomi

a)      Lingkungan: PLTS berkapasitas 453 kWp dapat mengurangi emisi hingga 600 - 720 ton CO per tahun

b)      Ekonomi: Meskipun tanpa insentif ekspor energi, penghematan biaya listrik tetap signifikan, terutama jika konsumsi listrik pabrik tinggi pada siang hari.

4.    Kendala dan Strategi

a)       Kendala: Proses administrasi yang ketat dan potensi keterbatasan kuota.

b)       Strategi: Mengajukan perencanaan yang lengkap, termasuk analisis teknis dan manfaat ekonomi untuk memenuhi persyaratan pengajuan.

4.2 Analisis Kelayakan Teknis

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 21 Oktober dan 29 Oktober 2024 dan analisis data, kondisi atap gedung PT Kimia Farma, Tbk Jakarta (JIEP) memiliki potensi yang baik untuk instalasi PLTS. Faktor-faktor yang mendukung antara lain:

a)       Luas area atap yang memadai

b)       Intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi

c)       Struktur atap yang kuat

d)       Sistem kelistrikan yang kompatibel


Gambar-12.Lokasi Pemasangan PLTS di Area Pabrik Kimia Farma JIEP Jakarta (Eco-Mapping)

Gambar-12 menunjukkan eco-mapping untuk area pemasangan PLTS Atap di PT Kimia Farma Plant JIEP (Jakarta Industrial Estate Pulogadung), Jakarta Timur. Eco-mapping ini memberikan gambaran visual tentang potensi lokasi pemasangan PLTS Atap dan elemen-elemen lingkungan yang perlu dipertimbangkan. Berikut penjelasan gambar tersebut:

1.       Lokasi dan Tata Letak: Gambar-12 menunjukkan tata letak PT Kimia Farma Plant JIEP, dengan beberapa bangunan dan area penting ditandai, seperti:

a)         Chiller: Sistem pendingin yang membutuhkan energi listrik yang signifikan.

b)        Boiler: Sistem pemanas yang juga dapat menggunakan banyak energi.

c)         Gardu PLN: Gardu listrik yang menunjukkan titik koneksi ke jaringan listrik PLN.

2.       Opsi Pemasangan PLTS Atap: Gambar-12 menyajikan dua opsi utama untuk pemasangan PLTS Atap:

a)         Opsi I: Pemasangan PLTS Atap di atas gedung utama pabrik. Area ini ditandai dengan kotak hijau yang luas. Opsi ini berpotensi memanfaatkan area atap yang luas untuk menghasilkan energi surya dalam jumlah besar.

b)        Opsi II: Pemasangan PLTS Atap di atas gedung yang lebih kecil, dimana area ini terpisah dari gedung utama pabrik. Area ini ditandai dengan kotak hijau yang lebih kecil. Opsi ini lebih cocok untuk instalasi PLTS dengan kapasitas yang lebih kecil atau Opsi ini adalah perluasan area PLTS ketika di area Opsi I tidak cukup luas untuk menampung seluruh panel surya.

3.       Pertimbangan Lingkungan: Eco-mapping ini juga mempertimbangkan elemen-elemen lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja PLTS Atap dan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan, seperti:

a)         Orientasi bangunan terhadap matahari: Atap yang menghadap ke arah utara atau selatan akan mendapatkan sinar matahari yang lebih optimal.

b)        Bayangan dari bangunan atau pohon: Area yang terhalang bayangan akan mengurangi produksi energi PLTS Atap.

c)         Akses untuk perawatan: Perlu dipastikan bahwa ada akses yang memadai untuk perawatan dan pembersihan panel surya.

Secara keseluruhan, Gambar-12 Eco-mapping PT Kimia Farma memberikan informasi visual yang berguna untuk perencanaan instalasi PLTS Atap di PT Kimia Farma Plant JIEP. Dengan mempertimbangkan opsi lokasi, potensi area atap, dan elemen-elemen lingkungan, PT Kimia Farma dapat mengoptimalkan desain dan implementasi PLTS Atap untuk mencapai efisiensi energi dan penghematan biaya yang maksimal.

Namun demikian, untuk menghitung jumlah panel surya yang dibutuhkan di atap gedung pabrik PT Kimia Farma, Jakarta (JIEP) perlu dipertimbangkan beberapa faktor melalui contoh simulasi perhitungan, sebagai berikut:

1.        Produksi Energi Tahunan PLTS: Diasumsikan PLTS Atap Gedung PT Kimia Farma menghasilkan energi sebesar 825.935 kWh per tahun.

2.        Energi Tahunan per kWp PLTS:

a)      Setiap 1 kWp (kilowatt-peak) kapasitas terpasang PLTS menghasilkan 1.825 kWh energi per tahun.

b)      Asumsi ini didasarkan pada rata-rata jam efektif matahari per hari (5 jam) dan jumlah hari dalam setahun (365 hari).

3.        Kapasitas Terpasang:

a)      Dari produksi energi tahunan dan energi per kWp, dihitung kapasitas terpasang PLTS sebesar 452,57 kWp.

b)      Dibulatkan menjadi 453 kWp.

4.        Kapasitas Energi per Panel: Diasumsikan setiap panel surya memiliki kapasitas 5 kWp.

5.        Dimensi Fisik per Panel:

a)      Panjang: 2,5 - 3 meter (rata-rata 2,75 meter)

b)      Lebar: 1,5 - 2 meter (rata-rata 1,75 meter)

c)      Ketebalan: 1,5 - 2 inci

d)     Luas per panel: 4,81 m²

6.        Jumlah Panel yang Dibutuhkan: Dengan kapasitas 5 kWp per panel, dibutuhkan 91 panel untuk mencapai kapasitas terpasang 453 kWp.

7.        Luas Atap Gedung yang Dibutuhkan: Dengan luas 4,81 m² per panel dan 91 panel, dibutuhkan luas atap gedung sebesar 436 m².

Perhitungan ini belum memperhitungkan ruang untuk pemeliharaan (disarankan 10-20% tambahan). Pada instalasi panel surya di atap, kemiringan atap harus dipertimbangkan jika tidak datar untuk memastikan efisiensi penyerapan sinar matahari. Menurut Gorichenskii, Andrei. (2024), teknologi panel surya modern, seperti desain half-cut, memungkinkan penggunaan jumlah sel yang lebih besar, seperti 120 atau 144 sel, untuk meningkatkan efisiensi energi. Panel dengan kapasitas besar seperti 5 kW dapat memiliki berat signifikan yang memerlukan kerangka atap yang kuat untuk menahan beban. Kapasitas terpasang mencerminkan potensi maksimum daya yang dapat dihasilkan dalam kondisi ideal, sedangkan energi yang dihasilkan adalah realisasi aktual yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan teknis.

Simulasi ini memberikan gambaran awal tentang kebutuhan panel surya dan luas atap untuk PLTS Atap Gedung PT Kimia Farma. Namun, perencanaan yang lebih detail perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti lokasi geografis, kondisi cuaca, dan spesifikasi panel surya yang digunakan.

4.3 Analisis Kelayakan Finansial

Berdasarkan I Putu Yudi Pramayasa, et.al, 2022 (Jurnal Spektrum Vol. 9, No. 3 September 2022), diambil asumsi yang dipakai dalam rincian investasi terkait pengadaan panel surya dalam PLTS PT Kimia Farma, sebagai berikut:

1)   Kapasitas PLTS PT Kimia Farma: 453 kWp

2)   Menggunakan asumsi biaya rata-rata per kWp untuk kapasitas >100 kWp (karena tidak ada data spesifik untuk kapasitas sebesar ini di jurnal tersebut)

3)   I Putu Yudi Pramayasa, et.al, 2022 melalui kutipan dari bagian Abstract jurnal spektrum ini menyatakan: Data hasil survei yang telah dilakukan didapatkan 55 data terkait harga pemasangan PLTS Atap di Indonesia dengan skala kapasitas 1 KWp hingga 10 KWp dengan harga yang berkisar Rp. 14.000.000 sampai Rp. 207.000.000. Biaya rata – rata investasi awal pemasangan PLTS Atap di Indonesia dengan kapasitas <2 KWp Rp.22.954.000, kapasitas <3 KWp Rp. 42.838.000, kapasitas <4 KWp Rp. 60.716.000, kapasitas <5 KWp Rp. 64.473.000, kapasitas <6 KWp Rp. 82.986.000, kapasitas 6 KWp Rp. 102.380.000, kapasitas 7 KWp Rp. 117.580.000, kapasitas 8 KWp Rp. 140.980.000, kapasitas 9 KWp Rp. 156.580.000, kapasitas 10 KWp Rp. 151.820.000.

4)   Diasumsikan biaya per kWp sekitar Rp 8.000.000 - Rp 12.000.000 (mengacu pada tren penurunan biaya dan perkembangan teknologi PLTS).

5)   Estimasi Investasi: Dengan asumsi tersebut, estimasi investasi PLTS di PT Kimia Farma Tbk adalah:

a)       Estimasi bawah: 453 kWp x Rp 8.000.000/kWp =  3.624.000.000

b)       Estimasi atas: 453 kWp x Rp 12.000.000/kWp =  5.436.000.000

 

Penghematan listrik akan didapatkan dari selisih antara biaya listrik PLN dan biaya operasional PLTS, dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti degradasi kapasitas PLTS sebesar 0,6% per tahun dan estimasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) PLN sebesar 5% setiap 5 tahun. Dengan mengambil umur ekonomis panel surya selama 20 tahun, hasil simulasi penghematan energi dan reduksi emisi karbon menunjukkan bahwa investasi pada PLTS memiliki kelayakan ekonomi yang tinggi dan akan memberikan keuntungan finansial jangka panjang bagi PT Kimia Farma Tbk. Berikut adalah tabel yang menunjukkan simulasi penghematan dari proyek instalasi PLTS di PT. Kimia Farma Plant Jakarta.

 

Tabel-1. Simulasi Penghematan Energi dan Reduksi Emisi Karbon PLTS Atap Gedung Kimia Farma

Tahun (1)

Energi (kWh) (2)

Tarif PLN (3)

Tarif PLTS (4)

Tagihan PLN

(5) = (2) x (3)

Tagihan PLTS

(6) = (2) x (4)

Penghematan Biaya (7) = (5) - (6)

Reduksi CO2 (ton CO2eq) (8)



1

825.935

Rp1.035,78

Rp745,76

Rp855.486.954,30

Rp615.949.285,60

Rp239.537.668,70

718,56


2

820.980

Rp1.035,78

Rp745,76

Rp850.354.664,40

Rp612.254.044,80

Rp238.100.619,60

714,25


3

816.054

Rp1.035,78

Rp745,76

Rp845.252.412,12

Rp608.580.431,04

Rp236.671.981,08

709,97


4

811.158

Rp1.035,78

Rp745,76

Rp840.181.233,24

Rp604.929.190,08

Rp235.252.043,16

705,71


5

806.291

Rp1.035,78

Rp745,76

Rp835.140.091,98

Rp601.299.576,16

Rp233.840.515,82

701,47


6

801.453

Rp1.087,57

Rp783,05

Rp871.636.239,21

Rp627.577.771,65

Rp244.058.467,56

697,26


7

796.644

Rp1.087,57

Rp783,05

Rp866.406.115,08

Rp623.812.084,20

Rp242.594.030,88

693,08


8

791.864

Rp1.087,57

Rp783,05

Rp861.207.530,48

Rp620.069.105,20

Rp241.138.425,28

688,92


9

787.113

Rp1.087,57

Rp783,05

Rp856.040.485,41

Rp616.348.834,65

Rp239.691.650,76

684,79


10

777.696

Rp1.087,57

Rp783,05

Rp845.798.838,72

Rp608.974.852,80

Rp236.823.985,92

676,60


11

768.392

Rp1.141,95

Rp822,20

Rp877.465.244,40

Rp631.771.902,40

Rp245.693.342,00

668,50


12

763.781

Rp1.141,95

Rp822,20

Rp872.199.712,95

Rp627.980.738,20

Rp244.218.974,75

664,49


13

768.392

Rp1.141,95

Rp822,20

Rp877.465.244,40

Rp631.771.902,40

Rp245.693.342,00

668,50


14

763.781

Rp1.141,95

Rp822,20

Rp872.199.712,95

Rp627.980.738,20

Rp244.218.974,75

664,49


15

759.199

Rp1.141,95

Rp822,20

Rp866.967.298,05

Rp624.213.417,80

Rp242.753.880,25

660,50


16

754.644

Rp1.199,04

Rp863,31

Rp904.848.341,76

Rp651.491.711,64

Rp253.356.630,12

656,54


17

750.116

Rp1.199,04

Rp863,31

Rp899.419.088,64

Rp647.582.643,96

Rp251.836.444,68

652,60


18

745.615

Rp1.199,04

Rp863,31

Rp894.022.209,60

Rp643.696.885,65

Rp250.325.323,95

648,69


19

741.141

Rp1.199,04

Rp863,31

Rp888.657.704,64

Rp639.834.436,71

Rp248.823.267,93

644,79


20

736.694

Rp1.199,04

Rp863,31

Rp883.325.573,76

Rp635.995.297,14

Rp247.330.276,62

640,92


TOTAL

 

 

 

Rp17.364.074.696

Rp12.502.114.850

Rp4.861.959.846

13.561


 

Tabel 1 di atas menampilkan simulasi perhitungan penghematan biaya listrik (energi) yang dapat diperoleh PT Kimia Farma melalui investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap Gedung di Jakarta. Simulasi ini memproyeksikan penghematan biaya dan reduksi emisi CO2 selama 20 tahun. Berikut penjelasan dari hasil simulasi tersebut:

1.    Simulasi ini didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain:

a)      Produksi Energi Tahunan: PLTS Atap Gedung menghasilkan energi listrik sebesar 825.935 kWh pada tahun pertama, dengan penurunan produksi sekitar 0,5% setiap tahunnya.

b)      Tarif PLN: Tarif dasar listrik PLN diasumsikan sebesar Rp1.035,78 per kWh pada tahun pertama, dengan kenaikan tarif secara berkala.

c)      Tarif PLTS: Tarif listrik yang dihasilkan oleh PLTS diasumsikan sebesar Rp745,76 per kWh pada tahun pertama, dengan kenaikan tarif secara berkala.

2.    Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, simulasi menghitung:

a)      Tagihan PLN: Biaya listrik yang harus dibayarkan ke PLN jika tidak menggunakan PLTS.

b)      Tagihan PLTS: Biaya listrik yang dihasilkan oleh PLTS.

c)      Penghematan Biaya: Selisih antara tagihan PLN dan tagihan PLTS, menunjukkan penghematan yang diperoleh dengan menggunakan PLTS.

d)     Reduksi CO2: Jumlah emisi CO2 yang berhasil dikurangi dengan menggunakan PLTS.

3.    Proyeksi Penghematan. Simulasi memproyeksikan penghematan biaya listrik dan reduksi emisi CO2 selama 20 tahun.

a)      Tahun 1: Penghematan biaya listrik mencapai Rp239.537.668,70 dengan reduksi emisi CO2 sebesar 718,56 ton.

b)      Tahun 6: Kenaikan tarif PLN menyebabkan penghematan meningkat menjadi Rp244.058.467,56 dengan reduksi emisi CO2 sebesar 697,26 ton.

c)      Tahun 11: Kenaikan tarif PLN dan PLTS menyebabkan penghematan meningkat lagi menjadi Rp245.693.342,00 dengan reduksi emisi CO2 sebesar 668,50 ton.

d)     Tahun 20: Penghematan biaya listrik mencapai Rp247.330.276,62 dengan reduksi emisi CO2 sebesar 640,92 ton.

Total Penghematan: Selama 20 tahun, total penghematan biaya listrik mencapai Rp4.861.959.846 dengan total reduksi emisi CO2 sebesar 13.561 ton. Simulasi menunjukkan bahwa investasi PLTS Atap Gedung di PT Kimia Farma memberikan manfaat finansial dan lingkungan yang signifikan. Penghematan biaya listrik yang besar dan pengurangan emisi karbon mendukung keberlanjutan dan menunjukkan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan.

Dari sisi kelayakan finansial maka pengadaan PLTS Atap di PT Kimia Farma dapat dijelaskan dengan memakai asumsi sebagai berikut:

  1. Biaya Investasi Pengadaan Panel Surya (batas bawah) sebesar Rp 8.000.000 per kWp sehingga untuk kebutuhan rencana sebesar 453 kWp menjadi: Rp.3.624.000.000
  2. Produksi Listrik Tahunan: 825.935 kWh (tahun pertama), menurun 0,5% per tahun
  3. Umur Ekonomis Panel Surya: 20 tahun
  4. Tarif Listrik PLN & PLTS: Mengacu pada simulasi penghematan energi pada table-1 di atas

Tabel-2. Simulasi Perhitungan Kelayakan Investasi PLTS Atap Gedung PT Kimia Farma

Tahun

Produksi Listrik (kWh)

Penghematan: Selisih Tag.PLN dan PLTS (Rp)

Arus Kas (Rp)

Arus Kas Kumulatif (Rp)

0

Investasi energi surya dengan kapasitas 453 kWp

 Rp    (3.624.000.000)

 Rp        (3.624.000.000)

1

                825.935

 Rp                     239.537.669

 Rp        239.537.669

 Rp        (3.384.462.331)

2

                820.980

 Rp                     238.100.620

 Rp        238.100.620

 Rp        (3.146.361.712)

3

                816.054

 Rp                     236.671.981

 Rp        236.671.981

 Rp        (2.909.689.731)

4

                811.158

 Rp                     235.252.043

 Rp        235.252.043

 Rp        (2.674.437.687)

5

                806.291

 Rp                     233.840.516

 Rp        233.840.516

 Rp        (2.440.597.172)

6

                801.453

 Rp                     244.058.468

 Rp        244.058.468

 Rp        (2.196.538.704)

7

                796.644

 Rp                     242.594.031

 Rp        242.594.031

 Rp        (1.953.944.673)

8

                791.864

 Rp                     241.138.425

 Rp        241.138.425

 Rp        (1.712.806.248)

9

                787.113

 Rp                     239.691.651

 Rp        239.691.651

 Rp        (1.473.114.597)

10

                777.696

 Rp                     236.823.986

 Rp        236.823.986

 Rp        (1.236.290.611)

11

                768.392

 Rp                     245.693.342

 Rp        245.693.342

 Rp           (990.597.269)

12

                763.781

 Rp                     244.218.975

 Rp        244.218.975

 Rp           (746.378.294)

13

                768.392

 Rp                     245.693.342

 Rp        245.693.342

 Rp           (500.684.952)

14

                763.781

 Rp                     244.218.975

 Rp        244.218.975

 Rp           (256.465.978)

15

                759.199

 Rp                     242.753.880

 Rp        242.753.880

 Rp             (13.712.097)

16

                754.644

 Rp                     253.356.630

 Rp        253.356.630

 Rp            239.644.533

17

                750.116

 Rp                     251.836.445

 Rp        251.836.445

 Rp            491.480.977

18

                745.615

 Rp                     250.325.324

 Rp        250.325.324

 Rp            741.806.301

19

                741.141

 Rp                     248.823.268

 Rp        248.823.268

 Rp            990.629.569

20

                736.694

 Rp                     247.330.277

 Rp        247.330.277

 Rp         1.237.959.846

Dari Tabel-2 di atas dan dengan menggunakan rumus dalam MS Excel maka ROI, Payback Period, NPV dan IRR adalah sebagai berikut:

1.      ROI = 134,16% untuk 20 tahun atau 6,71% rata-rata per tahun

2.      Payback Period (rata-rata) =  14,91 tahun

3.      NPV dari arus kas dengan diskonto 2,90% (mengikuti bunga deposito per tahun) = Rp15.209.427

4.      IRR = 2,95%

Dari perhitungan kelayakan investasi di atas maka dapat disampaikan penjelasan berikut ini:

  1. ROI 134,16% menunjukkan bahwa investasi PLTS Atap memberikan keuntungan yang relatif tinggi, melebihi biaya investasi awal selama 20 tahun.
  2. Payback Period 14,91 tahun cukup lama, tetapi masih dalam rentang umur ekonomis PLTS.
  3. NPV positif sebesar Rp15.209.427 dengan diskonto 2,90% menunjukkan bahwa proyek ini layak secara finansial jika menggunakan tingkat diskonto rendah yang mengikuti suku bunga deposito.
  4. IRR 2,95% rendah, tetapi masih di atas suku bunga deposito yang diasumsikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang diharapkan.

Dari skema investasi PLTS Atap di PT Kimia Farma maka dianggap layak secara finansial jika menggunakan tingkat diskonto rendah sebesar 2,90% yang mengikuti suku bunga deposito.

4.4 Analisis Kelayakan Lingkungan

Sebelum menganalis kelayakan lingkungan dari PLTS Atap ini, perlu disampaikan perhitungan emisi karbon PT Kimia Farma di JIEP dengan mengambil sample data pada periode Juni 2023 – Juli 2024, sebagai berikut:

Tabel-3. Emisi Karbon PT Kimia Farma – Juni 2023 – Juli 2024

Sumber Energi

Jumlah Pemakaian

Satuan

Nilai Kalor

Satuan Kalor

Konsumsi Energi

Satuan

Faktor Emisi

Satuan Emisi

Emisi (Kg CO2)

Emisi (Ton CO2 eq)

Solar

0,575

M3

35,17

GJ/M3

        0,02022

 TJ

      74,10

 kg CO2/GJ 

                1,498506

0,00150

Gas

13.536

mmBTU

 

 

          14,280

TJ

56,10

kg CO2/TJ

             801.134,93

         801,13

Listrik

8.819.860

Kwh

 

 

31,751

TJ

0,87

ton CO2 / MWh

 

7.673,28

GRAND Total

      46,05220

TJ

 

 

 

      8.474,41

Pada periode tersebut, PT Kimia Farma telah melepaskan emisi karbon sebesar 8.474,41 ton CO2 equivalent melalui 3 (tiga) aktivitas sumber energi yang meliputi: Solar (Diesel), Gas (PGN) dan Listrik (PLN).

Salah satu aspek penting dalam implementasi Green Productivity (GP) adalah analisis dampak lingkungan. Dalam proyek instalasi PLTS Atap di PT Kimia Farma di JIEP Jakarta Timur, analisis ini bertujuan untuk menghitung secara kuantitatif pengurangan emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTS Atap. Dengan mengambil Faktor Emisi Pembangkitan Listrik Jamali (Jawa Madura Bali) sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No:163 tahun 2021 tentang Penetapan Faktor Emisi Gas Rumah Kaca Sistem Ketenagalistrikan sebesar 0,87 ton CO2 / MWh maka berdasarkan table-1 kolom “reduksi emisi ton CO2 equivalen (kolom 8)” menunjukkan hal-hal berikut ini:

1.      Tabel-1 menunjukkan simulasi perhitungan penghematan biaya listrik dan reduksi emisi CO2 yang dihasilkan dari proyek PLTS Atap selama 20 tahun.

2.      Reduksi CO2 equivalen dihitung dengan mempertimbangkan faktor emisi CO2 untuk pembangkit listrik PLN di wilayah operasi PT Kimia Farma, Tbk Plant JIEP Jakarta. Faktor emisi ini menunjukkan jumlah CO2 yang dihasilkan per satuan energi listrik.

3.      Dengan menggunakan data produksi listrik PLTS Atap dari simulasi, kita dapat menghitung reduksi emisi CO2 setiap tahun. Misalnya, pada tahun pertama, produksi listrik PLTS Atap adalah 825.935 kWh.
Maka, reduksi CO2 pada tahun pertama (yang sebelumnya dipasok oleh listrik PLN) adalah 825.935 kWh x 0,87 CO2/kWh = 718.563 kg CO2 = 718,56 ton CO2. Begitu juga seterusnya tahun kedua sampai tahun keduapuluh.

4.      Data pada table-1 tersebut menunjukkan bahwa proyek PLTS Atap di PT Kimia Farma, Tbk JIEP Jakarta akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dengan mengurangi emisi karbon secara substansial.

Berdasarkan simulasi PLTS Atap pada table-1 di atas maka secara keseluruhan implementasi PLTS ini akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, antara lain:

  1. Mengurangi emisi karbon rata-rata sebesar 678,03 ton CO2 eq per tahun.
  2. Mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
  3. Meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan.

4.5 Studi Kasus: Sekilas PLTS Terapung Cirata

Gambar-13. PLTS Terapung Cirata diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 04 November 2023

PLTS Terapung Cirata merupakan contoh sukses implementasi PLTS skala besar di Indonesia. Dengan kapasitas 192 MWp, PLTS ini mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun dan menyuplai listrik untuk 50 ribu rumah. PT PLN (Persero) menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata mampu menjadi etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia, PLTS ini mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun.

Listrik dari PLTS Apung Cirata menghasilkan tegangan sebesar 20 kilovolt (kV) yang disambungkan ke gardu induk, yang kemudian diubah menjadi 150 kV dan langsung masuk ke transmisi Jawa-Bali. Artinya, ini akan dikonsumsi baik itu oleh rumah tangga maupun oleh industri. PLTS Terapung Cirata merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan subholding PLN Nusantara Power dengan Masdar.

(Sumber: Press Release No. 629.PR/STH.00.01/XI/2023, https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2023/11/jadi-pembangkit-ebt-skala-besar-plts-terapung-cirata-mampu-kurangi-214-ribu-ton-emisi-karbon-per-tahun)

4.6 Dampak Implementasi PLTS

Dari seluruh pembahasan dan analisa kelayakan investasi maka implementasi PLTS atap gedung di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta telah dapat dibuktikan memberikan dampak positif yang signifikan, antara lain:

  1. Pengurangan Emisi Karbon: PLTS akan menghasilkan energi bersih yang mengurangi emisi karbon dan berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.
  2. Penghematan Biaya Listrik: PLTS akan mengurangi ketergantungan pada listrik PLN, sehingga menghemat biaya operasional perusahaan.
  3. Peningkatan Citra Perusahaan: Implementasi PLTS akan meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Meskipun memiliki dampak positif dari rencana kegiatan PLTS Atap ini, PT Kimia Farma tetap harus memperhatikan beberapa area perbaikan yang berkaitan dengan lingkungan mikro (internal) dan makro (eksternal) antara lain sebagai berikut:

Tabel-4. Area Perbaikan dari Rencana PLTS Atap PT Kimia Farma

Area Perbaikan

Aktivitas

Dampak Lingkungan

Emisi karbon tinggi dari penggunaan listrik PLN

1.        Instalasi PLTS Atap Gedung dengan kapasitas 453 kWp.

2.        Penggunaan panel surya dengan efisiensi optimum.

3.        Perawatan dan pembersihan panel surya secara berkala

Internal:

1.        Pengurangan emisi karbon sebesar 676,58 ton CO2 eq per tahun.

2.        Peningkatan efisiensi energi.

3.        Penghematan biaya listrik sebesar Rp4.861.942.111 selama 20 tahun.

Eksternal:

1.        Kontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca global.

2.        Peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli lingkungan

Ketergantungan pada energi fosil

1.        Manfaatkan energi surya untuk memenuhi sebagian kebutuhan listrik.

2.        Evaluasi potensi penggunaan energi terbarukan lainnya (angin, biomassa)

Internal:

1.        Diversifikasi sumber energi.

2.        Pengurangan risiko fluktuasi harga energi fosil.

Eksternal:

1.        Kontribusi terhadap transisi energi berkelanjutan

Biaya listrik yang tinggi

1.        Penggunaan PLTS Atap untuk mengurangi konsumsi listrik PLN.

2.        Implementasi teknologi hemat energi di berbagai area operasional

Internal:

1.        Penghematan biaya operasional.

2.        Peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Eksternal:

1.        Pengurangan subsidi listrik dari pemerintah

Kurangnya kesadaran karyawan tentang Green Productivity

1.        Melakukan program edukasi dan pelatihan tentang Green Productivity.

2.        Mendorong partisipasi aktif karyawan dalam program keberlanjutan perusahaan

Internal:

1.        Peningkatan kesadaran dan partisipasi karyawan dalam program keberlanjutan.

2.        Terciptanya budaya perusahaan yang ramah lingkungan.

Eksternal:

1.        Peningkatan citra perusahaan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan

Perubahan regulasi PLTS Atap (Permen ESDM No. 2 Tahun 2024)

1.        Menyesuaikan rencana kapasitas PLTS Atap dengan kuota yang ditetapkan oleh PLN atau IUPTLU.

2.        Memasang advanced meter untuk memantau produksi dan ekspor energi

3.        Mengoptimalkan penggunaan energi PLTS secara internal (self-consumption).

4.        Memperhatikan proses administrasi dan perizinan yang berlaku

Internal:

1.        Memastikan investasi PLTS Atap tetap efisien dan sesuai dengan regulasi terbaru.

2.        Mempertahankan manfaat PLTS Atap dalam jangka panjan.

Eksternal:

1.        Mendukung implementasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan

Dari table-4 di atas, area paling kritikal yang perlu menjadi prioritas utama dari aspek penerapan GP dalam rencana aksi PLTS Atap di PT Kimia Farma adalah peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif karyawan. Hal ini merupakan faktor kunci dalam keberhasilan implementasi program GP tersebut. Karyawan yang memiliki pemahaman yang baik tentang GP akan lebih termotivasi untuk berkontribusi dalam penghematan energi atau efisiensi energi, penggunaan sumber daya yang efisien, dan pengurangan emisi karbon dari konsumsi listrik PLN. Oleh karena itu, terdapat beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh karyawan PT Kimia Farma antara lain:

  1. Edukasi dan Pelatihan:

a)       PT Kimia Farma perlu mengadakan program edukasi dan pelatihan tentang GP, khususnya yang berkaitan dengan manfaat dan cara kerja PLTS Atap.

b)       Materi pelatihan dapat mencakup:

ü  Konsep dasar GP dan penerapannya di industri farmasi.

ü  Manfaat PLTS Atap bagi lingkungan dan perusahaan.

ü  Cara kerja PLTS Atap dan peran karyawan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.

ü  Tips penghematan energi di lingkungan kerja.

  1. Komunikasi dan Kampanye:

a)       Sosialisasikan program PLTS Atap dan libatkan karyawan yang terkait dengan proses marketing, produksi, HSE, dan lain-lain dalam proses perencanaan dan implementasi.

b)       Gunakan berbagai media komunikasi (poster, buletin, email, media sosial) untuk meningkatkan kesadaran tentang GP dan PLTS Atap.

c)       Adakan kampanye dan kompetisi yang menyenangkan untuk mendorong partisipasi aktif karyawan dalam penghematan energi dan pelestarian lingkungan.

  1. Pemberdayaan dan Insentif:

a)       Berdayakan karyawan untuk mengidentifikasi dan melaksanakan ide-ide untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon di lingkungan kerja.

b)       Berikan penghargaan dan insentif kepada karyawan atau tim yang berkontribusi signifikan dalam program GP.

4.      Aktivitas-aktivitas di atas sejalan dengan metodologi GP "Six Steps and Thirteen Tasks" yang dikembangkan oleh APO, khususnya:

a)       Step 1 (Preparation): Mengorganisir tim GP dan melibatkan karyawan dalam proses persiapan.

b)       Step 2 (Planning): Menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai melalui implementasi PLTS Atap, dengan mempertimbangkan aspek kesadaran karyawan.

c)       Step 4 (Implementation): Melaksanakan program edukasi dan pelatihan, serta kampanye komunikasi untuk meningkatkan kesadaran karyawan.

d)       Step 6 (Sustaining): Membangun budaya perusahaan yang mendukung GP dan memastikan partisipasi aktif karyawan dalam jangka panjang.

Dengan melakukan upaya-upaya peningkatan partisipasi dan pemahaman karyawan tersebut maka PT Kimia Farma dapat:

1)       Mengoptimalkan kinerja PLTS Atap melalui penggunaan energi yang lebih efisien.

2)       Mempercepat pengembalian investasi PLTS Atap.

3)       Menciptakan lingkungan kerja yang lebih ramah lingkungan.

4)       Meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab.

5)       Membangun keberlanjutan dalam operasional perusahaan.

4.6.1 Dampak Sosial Implementasi PLTS

Dari pemahaman tentang dampak implementasi PLTS Atap di PT Kimia Farma dari aspek finansial, teknis, lingkungan dan pemahaman GP karyawan sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, perlu disampaikan juga dampak sosial dari sisi stakeholder dari rencana aksi ini antara lain:

  1. Reputasi Perusahaan dan Kepercayaan Publik:

a)    PT Kimia Farma Tbk adalah perusahaan publik terdaftar di Bursa Saham Indonesia (IDX) sehingga penggunaan PLTS Atap menunjukkan komitmen PT Kimia Farma terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini dapat meningkatkan citra positif perusahaan di mata masyarakat, konsumen, dan investor.

b)   Banyak konsumen dan investor yang memperhatikan aspek ESG (Environment, Social and Governance) dalam memilih produk dan menanamkan modal khususnya investor luar negeri. Sejak 2021, IDX sudah mempublikasikan rating ESG untuk mengkaji kinerja ESG perusahaan emiten. Dengan demikian keberadaan PLTS Atap dapat meningkatkan rating ESG di mata investor asing dan nasional. https://www.idx.co.id/id/perusahaan-tercatat/nilai-esg

c)    Kepercayaan publik yang meningkat dapat berdampak pada penjualan produk, reputasi brand, dan keberlanjutan bisnis PT Kimia Farma.

  1. Hubungan dengan Komunitas Sekitar:

a)    Meskipun lokasinya di kawasan industri Pulogadung Jakarta (JIEP), penggunaan energi bersih dapat meningkatkan kualitas udara di sekitar pabrik dan berkontribusi pada kesehatan masyarakat sekitar.

b)   PT Kimia Farma dapat melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program terkait PLTS Atap, misalnya program edukasi tentang energi terbarukan, kunjungan lapangan ke instalasi PLTS, atau program pengembangan masyarakat lainnya.

  1. Penciptaan Lapangan Kerja:

a)    Secara langsung, proyek PLTS Atap ini apabila benar-benar diwujudkan dapat menyerap tenaga kerja lokal untuk melakukan pemeliharaan rutin peralatan dan pendukung PLTS Atap, seperti pembersihan panel surya dan perawatan sistem manajemen energi surya dan koneksi on-grid PLN. Hal ini secara otomatis akan menciptakan secara bertahap jenis pekerjaan hijau baru yakni teknisi dan tenaga ahli di bidang energi surya yang sejalan dengan “Green Jobs” sebagaimana yang telah dipromosikan oleh Pemerintah Indonesia melalui Peta Okupasi Nasional Bidang Green Jobs Tahun 2022, Buku 1 - Area Fungsi Lintas Sektor, Pertanian, Manufaktur, Konstruksi, Jasa (Pariwisata) dan Buku 2 - Area Fungsi Energi Terbarukan.

b)   Secara tidak langsung, proses instalasi dan pemeliharaan PLTS Atap dapat menciptakan lapangan kerja baru, misalnya terkait dengan keterlibatan vendor pemasok panel surya dan kontraktornya.

  1. Edukasi Publik:

a)    Instalasi PLTS Atap di PT Kimia Farma dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain dan masyarakat umum tentang penerapan energi terbarukan di Indonesia.

b)   Hal ini dapat meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya transisi energi ke energi baru dan terbarukan untuk mengatasi perubahan iklim.

  1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3):

a)    Mengurangi risiko kecelakaan kerja: PLTS Atap mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional yang memiliki risiko lebih tinggi, seperti kebakaran pada bahan bakar fosil atau sengatan listrik dari jaringan listrik yang kompleks.

b)   Meningkatkan kualitas udara di lingkungan kerja: Penggunaan PLTS Atap mengurangi emisi gas buang dan polutan yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga fosil, sehingga menciptakan udara yang lebih bersih dan sehat bagi karyawan.

c)    Meningkatkan kenyamanan kerja: Dengan mengurangi polusi suara dari generator diesel dan mesin-mesin pembangkit listrik konvensional, PLTS Atap dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih tenang dan nyaman, sehingga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pendampingan GP dan pembahasan mendalam terkait rencana aksi pemasangan PLTS Atap, dapat disimpulkan bahwa:

 

  1. Implementasi PLTS atap gedung di PT Kimia Farma, Tbk Jakarta layak secara teknis, finansial, lingkungan dan sosial.
  2. PLTS atap gedung dapat mengurangi emisi karbon, menghemat biaya listrik, dan meningkatkan reputasi perusahaan.
  3. Proyek ini memberikan manfaat yang signifikan bagi lingkungan, sosial dan keberlanjutan perusahaan.
  4. Perkembangan biaya investasi PLTS semakin menurun, sehingga pemanfaatannya lebih terjangkau.

5.2 Rekomendasi

 

  1. Implementasi Proyek: Segera implementasikan proyek instalasi PLTS atap gedung sesuai dengan rencana yang telah disusun.
  2. Monitoring dan Evaluasi: Lakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan kinerja optimal PLTS dan mencapai target yang telah ditetapkan.
  3. Pengembangan Proyek: Evaluasi kemungkinan untuk meningkatkan kapasitas PLTS di masa depan dan implementasikan teknologi hemat energi lainnya.
  4. Replikasi Proyek: Replikasi proyek ini di plant-plant lain milik PT Kimia Farma untuk memperluas dampak positifnya.
  5. Kerjasama: Jalin kerjasama dengan stakeholders terkait, seperti komunitas sekitar, pemerintah dan akademisi untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.

5.3 Daftar Pustaka

  1. APO (Asian Productivity Organization) - About Green Productivity. Retrieved from https://www.apo-tokyo.org/p_glossary/green-productivity-3/
  2. APO. (2023). Requirements for Green Productivity Specialists (APO-GPS 201:2023, Issue 1).
  3. Atonergi. (n.d.). Apa Itu Solar Charge Controller? Memahami Kontroler Surya. Retrieved from https://atonergi.com/apa-itu-solar-charge-controller-memahami-kontroler-surya/
  4. Atonergi. (n.d.). Mengenal PLTS On-Grid: Cara Kerja dan Keuntungannya. Retrieved from https://atonergi.com/mengenal-plts-on-grid-cara-kerja-dan-keuntungannya/
  5. IDX Channel. (n.d.). Perusahaan Tercatat - Nilai ESG. Retrieved from https://www.idx.co.id/id/perusahaan-tercatat/nilai-esg
  6. Holouhou. (2023, October 26). On-Grid vs Off-Grid vs Hybrid Solar Systems. Retrieved from https://holuhou.com/press/on-grid-vs-off-grid-vs-hybrid-solar-systems/
  7. Gorichenskii, Andrei. (2024). Strength in numbers: How half-cut solar cells conquer the market. A1SolarStore. Retrieved from https://a1solarstore.com/blog/strength-in-numbers-how-half-cut-solar-cells-conquer-the-market.html.
  8. Infiniti Surya Sinergi. (n.d.). Sistem Kerja PLTS Atap. Retrieved from https://infinitisuryasinergi.com/sistem-kerja-plts-atap/
  9. IPCC. (n.d.). Intergovernmental Panel on Climate Change. Retrieved from https://www.ipcc.ch/
  10. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (n.d.). Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS). Retrieved from https://www.esdm.go.id/id/page/penerangan-jalan-umum-tenaga-surya-pjuts
  11. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (2022). Peta Okupasi Nasional Bidang Green Jobs (Buku 1 dan Buku 2). Desember 2022
  12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.163 tahun 2021 tentang Penetapan Faktor Emisi Gas Rumah Kaca Sistem Ketenagalistrikan
  13. Litbang ESDM. (n.d.). Matahari Untuk PLTS di Indonesia. Retrieved from http://www.litbang.esdm.go.id/
  14. MIT Climate Portal. (n.d.). Greenhouse Gases and Their Impact. Retrieved from https://climate.mit.edu/explainers/greenhouse-gases
  15. Pasang Panel Surya. (n.d.). Apa Itu Inverter On-Grid? Retrieved from https://pasangpanelsurya.com/apa-itu-inverter-on-grid/
  16. Pasang Panel Surya. (n.d.). Cara Kerja Net Metering PLTS. Retrieved from https://pasangpanelsurya.com/cara-kerja-net-metering-plts/  
  17. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 Tahun 2024 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Yang Terhubung Pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum.
  18. PLN. (2023, November). Jadi Pembangkit EBT Skala Besar, PLTS Terapung Cirata Mampu Kurangi 214 Ribu Ton Emisi Karbon per Tahun. Retrieved from https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2023/11/jadi-pembangkit-ebt-skala-besar-plts-terapung-cirata-mampu-kurangi-214-ribu-ton-emisi-karbon-per-tahun
  19. Pramayasa, I. P. Y., et.al. (2022). Survei biaya investasi PLTS Atap Gedung. Jurnal Spektrum, 9(3).
  20. Sankelux. (n.d.). Product. Retrieved from https://www.sankelux.co.id/product?id=51
  21. Terrapass. (n.d.). Carbon Dioxide Emissions from Electricity. Retrieved from https://terrapass.com/blog/carbon-dioxide-emissions-from-electricity/

 

 

5 comments:

Anonymous said...

Proyek yang sangat bermanfaat dan dapat menjadi acuan dalam pengembangan PLTS, di masa depan tren biaya investasi PLTS semakin menurun, sehingga akses terhadap teknologi dan pemanfaatan akan semakin lebih terjangkau. Terima kasih buat insights dalam artikel ini.

Anonymous said...

Keren kalau Kimia Farma invest di PLTS. Yuk kita dukung biar PLTS makin murah

Anonymous said...

Lengkap sekali jurnalnya. Bisa dikutip yach?

Leonard Tiopan Panjaitan, S.sos, MT, CSRA, GPS said...

Terima kasih atas masukan dan saran netizen.

Anonymous said...

Wah bisakah plts surya ini dipasang di atas rumah? Terima kasih atas penjelasannya lewat tulisan inj

Opini: Penilaian Tingkat Kesiapan (Readiness Level) Penciptaan Lapangan Kerja Ramah Lingkungan (Green Jobs) di Propinsi Daerah Khusus Jakarta

Catatan: Opini ini pertama kali ditulis pada September 2024 oleh Leonard Tiopan Panjaitan, MT, CSRA, GPS Pendahuluan Jakarta sebagai pusat...