Wednesday, July 29, 2009

Notebook Kantoran, Bisa Buat Kerja Kapan dan Dimana Saja

INILAH enaknya hidup di zaman yang sudah maju seperti sekarang. Orang bisa ngantor di mana saja selama ada notebook yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Satu generasi lalu boleh jadi hal itu masih sebatas mimpi. Namun, sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi, Anda bisa melanjutkan pekerjaan kantor di mana saja, termasuk di rumah sekali pun.

Maka, bekerja di luar kantor mulai menjadi tren selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini bisa terwujud karena banyak muncul peralatan kantor yang memudahkan aktivitas semacam itu. Salah satunya adalah notebook kantoran.

Produsen notebook memang cukup gencar melakukan penetrasi pasar. Misalnya, getol meluncurkan notebook kantoran berukuran kecil dan multifungsi. Bahkan, tak jarang mereka membentuk divisi khusus untuk melayani penjualan ke sektor bisnis maupun pemerintah. “Pasarnya sangat bergairah dan diprediksi terus berkembang,” kata Tahir Abdullah, Kepala Unit Bisnis Departemen PC PT Aneka Infokom Tekindo, distributor Toshiba.

Meski gencar meluncurkan produk, umumnya produsen cenderung berhati-hati dalam memproduksi notebook kantoran. Soalnya, produk tersebut harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan kantor.

Misalnya, tidak terlalu fokus mengembangkan perangkat multimedia. Ambil contoh, loudspeaker di notebook untuk kantor biasanya didesain standar, sehingga tidak terlalu berlebihan dalam gaya dan desain.

Lebih kuat, lebih aman

Selain itu, gaya dan model notebook kantoran juga tampil lebih konvensional. Beda dengan komputer jinjing umumnya yang memiliki desain terbaru. “Notebook kantoran itu di desain khusus untuk kerja, tapi bisa juga dipakai untuk keperluan personal,” ujar Shendy Kurniawan, Senior Account Manager PT Robicomp Karya Utama, distributor Dell.

Meski begitu, notebook kantoran memiliki keunggulan dalam hal keamanan, daya tahan, dan kemudahan dalam perawatan. “Soal daya tahan, notebook kantoran lebih unggul, termasuk soal security untuk data,” tutur Yohan Wijaya, Country Business Manager, Commercial Notebook, Personal Systems Group Hewlett-Packard (HP) Indonesia.

Notebook kantoran memang dirancang lebih kuat dan tahan guncangan. Selain itu, memakai magnesium alloy yang lebih keras. “Sehingga aman jika kena tumpahan minuman di keyboard-nya,” kata Shendy.

Sesuai kebutuhan

Keunggulan lainnya, notebook kantor juga lebih hemat energi karena tidak mengonsumsi listrik sebanyak komputer desktop.

Berkat berbagai keunggulan itu, penjualan notebook kantoran terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun lalu, misalnya, penjualan melonjak hingga 40%. “Banyak yang mencari notebook ini karena karyawan bisa menjadi lebih produktif dengan konsep bekerja anytime anywhere. Ini menguntungkan buat perusahaan,” tutur Tahir.

Saat ini, cukup banyak pilihan notebook kantoran yang beredar di pasar. Karena itu, sebelum membeli, pastikan komputer jinjing itu benar-benar sesuai kebutuhan Anda. Jangan sampai notebook yang kadung dibeli tidak mampu mendukung kinerja Anda, atau di dalam notebook tersebut terkandung banyak fasilitas yang sebetulnya tidak Anda butuhkan.

Nah, setelah mengidentifikasi produk, Anda bisa menghubungi distributor resmi yang tersebar di pusat perbelanjaan.

Cuma, sebelum jadi membeli, Anda tetap harus jeli terhadap berbagai promosi dan program penjualan yang ditawarkan distributor. “Harus diketahui secara jelas berapa lama garansi dan bagaimana perbaikan jika terjadi masalah,” kata Yohan.

Biasanya, notebook berkualitas tinggi memiliki jangka waktu garansi cukup lama. Misalnya, memberikan garansi pemakaian hingga tiga tahun. Tidak hanya itu, produsen juga berani memberikan pelayanan ekstra purna jual. “Kami sudah melakukan ini, misalnya dengan mengadakan hotline room yang siaga untuk dipanggil jika ada masalah,” jelas Shendy.

Tak kalah pentingnya, Anda pun harus memastikan kerjasama bisnis antara produsen notebook dengan distributor. Ini untuk menjaga agar ada jaminan soal ketersediaan layanan, perawatan, dan suku cadang.

Biasanya, kerjasama bisnis itu meliputi kontrak kerjasama jangka panjang untuk pengadaan yang lebih terprogram, termasuk pergantian unit.

Banyak pilihan

Soal harga tentu bervariasi sesuai dengan spesifikasinya. Misalnya, Dell memilih tidak mematok harga pada setiap notebook kantoran bikinannya. “Yang pasti rata-rata harganya di atas US$ 1.000 per unit,” kata Shendy.

Asal tahu saja, saat ini hampir seluruh produsen terkemuka meramaikan pasar notebook kantoran ini. Selain Dell, produsen laptop lainnya yang membidik pasar ini adalah HP. Notebook kantor buatannya adalah HP EliteBook 6930p.

Notebook ini memiliki produktivitas tinggi karena mampu bertahan dengan baterai selama 24 jam. Produk ini ditawarkan bagi perusahaan yang segmentasinya menengah ke atas.

Produk terbaru HP adalah EliteBook 2530p. Ini adalah HP EliteBook terkecil dan teringan dengan built-in optical drive. “Untuk HP jenis EliteBook ini dijual antara US$ 1.100 sampai US$ 2.000,” ujar Yohan.

Toshiba juga menawarkan banyak pilihan untuk kalangan kantoran maupun pebisnis. Tipe yang paling akrab adalah Toshiba Satellite dan Portege. Tipe Satellite digunakan untuk kantoran di sektor pendidikan, sedangkan di sektor pemerintahan banyak menggunakan tipe Portege atau Satellite Pro. Kedua produk ini dijual di kisaran US$ 700–US$ 1.500.

Selain itu, Toshiba juga menyediakan notebook untuk pebisnis di industri perkebunan, perminyakan, maupun pertambangan. Biasanya, industri seperti itu membutuhkan notebook tahan banting dan tahan cuaca. Toshiba membanderol notebook besutannya itu di kisaran Rp 10 juta–Rp 18 juta.

Seperti produsen lain, Toshiba pun memasarkan produk dengan cara kredit. Jadi, karyawan perusahaan bisa membawa pulang notebook dengan cara mencicil. “Soal pembiayaan kami bekerjasama dengan perbankan,” kata Tahir.

26 Juli 2009

Source:http://weekend.kontan.co.id/index.php/read/xml/gadget/3393/notebook-kantoran-bisa-buat-kerja-kapan-dan-dimana-saja#more-3393

Teknologi Mikroturbin untuk Substitusi Diesel

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mempersiapkan aplikasi teknologi mikroturbin untuk substitusi mesin diesel. Selain menghasilkan listrik, teknologi mikroturbin mampu memproduksi panas sebagai sumber energi baru dengan sumber energi juga berupa gas tetapi dengan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan mesin diesel.

”Mikroturbin tergolong teknologi baru yang belum pernah kita aplikasikan,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi MAM Oktaufik, Senin (27/7) di Jakarta.

Menurut Oktaufik, dengan dana hibah dari Global Environment Facility melalui Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) akan diimpor enam unit mikroturbin kapasitas 30 kilowatt-65 kilowatt dari Amerika Serikat. Dari total dana hibah 6 juta dollar AS, selain untuk pengadaan mikroturbin, juga untuk menunjang penguatan kapasitas pengusaha produsen listrik selama lima tahun.

Batas kapasitas produksi listrik mikroturbin di bawah 1.000 kilowatt dengan peralatan yang minim. Ini berfungsi menunjang desentralisasi energi atau pemenuhan energi tanpa transmisi sentralistik. Saat ini biaya peralatan teknologi ini masih terlampau tinggi, yaitu antara 3 kali dan 4 kali lipat mesin diesel.

Harga investasi awal untuk produksi 1 kilowatt mesin diesel berkisar 500 dollar AS (Rp 5 juta), sedangkan dengan mikroturbin bisa mencapai 2.000 dollar AS (Rp 20 juta). Teknologi ini menggunakan bahan bakar biogas atau metana.

”Karena bentuk mikrohidro relatif kecil, di Amerika Serikat juga digunakan untuk mesin kendaraan bus,” ujar Oktaufik.

Assistant Country Director UNDP Indonesia Budhi Sayoko mengatakan, pengadaan mikroturbin adalah untuk program substitusi mesin-mesin diesel yang selama ini digunakan untuk gedung atau perkantoran. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi produksi listrik dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

”UNDP akan memberikan dana hibah 6 juta dollar AS. Saat ini sedang dibahas untuk menghindari peran pihak ketiga dalam proses tendernya,” kata Budhi.(NAW)

Rabu, 29 Juli 2009 | 03:47 WIB

Jakarta, Kompas -http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/29/03470192/teknologi.mikroturbin.untuk.substitusi.diesel

40.000 Hektar Sawah Terancam Kekeringan

Sekitar 40.000 hektar sawah di Jawa Barat terancam kekeringan hingga akhir 2009. Sebagian besar sawah yang terancam kekeringan karena El Nino itu berada di pantai utara. Pemerintah perlu segera memperbaiki irigasi yang rusak untuk antisipasi.

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jabar Entang Sastraatmadja di Bandung, Selasa (28/7), mengatakan, potensi kehilangan dari gagal panen akibat kekeringan sekitar 5 ton gabah kering giling (GKG) per hektar. Harga GKG sekitar Rp 2.600 per kg.

Antisipasi kekeringan harus dilakukan secara sistematis dan tidak parsial dengan pembenahan irigasi teknis dan pedesaan. Saat ini hampir 45 persen dari total irigasi di Jabar sebanyak 6.954 jaringan dalam keadaan rusak.

"Pendekatannya jangan seperti pemadam kebakaran. Kalau sudah terjadi kekeringan parah, baru ribut-ribut. Selain itu, pemerintah juga perlu menjamin pasar," ujarnya. Entang mengatakan, luas keseluruhan sawah di Jabar sekitar 900.000 hektar.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Daerah Jabar Oo Sutisna mengatakan, ancaman kekeringan paling parah antara lain di Kabupaten Indramayu, Majalengka, Subang, Cirebon, dan Karawang. Ia sudah mendapatkan laporan, sekitar 500 hektar di Indramayu kekeringan.

"Kekeringan sudah terlihat di mana-mana. Saya (hari ini) akan ke Indramayu melihat lapangan. Mudah-mudahan saja nanti cuaca berubah menjadi lebih baik," katanya.

Pertumbuhan padi di Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Garut yang sebagian besar masih berusia dua bulan dikhawatirkan terhambat akibat kekeringan tersebut. Target produksi padi Jabar 2009 sebanyak 10,78 juta ton GKG diharapkan tidak terganggu kekeringan itu.

Komoditas semusim

Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan menganjurkan petani yang memiliki sawah di lahan yang tidak terjangkau irigasi teknis agar mengalihkan komoditas mereka pada musim kemarau ini. Imbauan tersebut juga berlaku bagi petani yang menggarap lahan yang dilalui irigasi teknis tetapi tidak terjangkau air.

Kepala Subdinas Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan Ina Dewi Kania mengungkapkan, total luas lahan pertanian yang terhubung saluran irigasi di Kabupaten Bandung 15.000 hektar lebih. Sekitar 60 persen di antaranya kurang berfungsi optimal akibat kebocoran dan kerusakan infrastruktur.

"Kami hanya bisa mengimbau petani agar tidak memaksakan diri menanam padi bila lahan mereka tidak terairi," tutur Ina.

Komoditas yang ditawarkan dinas pertanian adalah sayuran semusim dan tanaman yang membutuhkan air lebih sedikit ketimbang padi, seperti mentimun, sawi, dan kedelai. Selain itu, pihaknya juga memiliki pompa air yang bisa dipinjam petani untuk menarik air dari sumber terdekat bila jaraknya memungkinkan.

Dengan alih komoditas, dinas pertanian tidak khawatir terganggunya pencapaian target produksi gabah di Kabupaten Bandung karena masih ada masa tanam berikutnya yang dimulai pada September 2009. Produksi gabah hingga April 105.012 ton, sementara target produksi tahun 2009 sebanyak 300.000 ton. (bay/eld)

Rabu, 29 Juli 2009 | 15:42 WIB

Bandung, Kompas -http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/29/15423714/40.000.hektar.sawah.terancam.kekeringan

Tuesday, July 28, 2009

Deteksi Dini Bahan Radioaktif

Terjadinya ledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton hampir dua minggu lalu merupakan indikasi lemahnya sistem pengamanan hotel tersebut. Sistem yang ada tidak mampu mendeteksi lalu lintas benda-benda berbahaya, termasuk bom. Aris Sanyoto

Akibat yang ditimbulkan bukan hanya korban jiwa. Lebih dari itu, citra Kota Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah tidak aman. Akibat langsungnya adalah batalnya kunjungan tim Manchester United (MU) ke Jakarta. Akibat lain, mungkin memengaruhi para investor dan turis yang tadinya ingin datang ke Indonesia. Bisa dibayangkan betapa besar kerugian ekonomi yang ditimbulkan.

Menghadapi situasi di atas, biasanya kita cenderung reaktif. Di mana-mana dianjurkan mengaktifkan dan meningkatkan sistem keamanan. Petugas keamanan secara teliti memeriksa setiap orang yang masuk ke fasilitas-fasilitas publik, pos-pos siskamling diaktifkan, dan lain sebagainya.

Biasanya itu bersifat hanya sesaat. Setelah beberapa waktu berselang akan kendur lagi. Begitu seterusnya. Pola ini tentu diamati pelaku teror sehingga dia tahu kapan harus bertindak dan kapan harus bersembunyi.

Terus-menerus

Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang mampu mendeteksi dini terhadap lalu lintas benda-benda berbahaya secara terus-menerus. Sistem yang mampu bekerja secara maksimal tanpa harus banyak bergantung pada orang (penjaga).

Contoh paling mudah adalah penggunaan pesawat sinar-X bagasi pada bandara. Demi alasan keamanan bersama, setiap benda yang akan masuk ke fasilitas penting (hotel) harus melewati pemeriksaan dengan alat tersebut. Tanpa terkecuali.

Cara ini merupakan sistem deteksi yang mampu melihat secara jelas benda-benda yang melewati tanpa harus membongkarnya (non-destructive test). Sistem ini diyakini mampu mencegah benda-benda berbahaya masuk dan sekaligus menjaga privacy pelanggan (tidak harus membongkar isi koper).

Bom yang meledak di beberapa tempat di Indonesia selama ini adalah jenis bom konvensional. Artinya, bom yang menggunakan bahan peledak konvensional dicampur benda-benda yang mampu menghasilkan efek lebih saat meledak (seperti baut). Selain bom konvensional, belakangan juga dikenal bom kotor (dirty bomb). atau yang lebih dikenal dengan radioactive dispersal devices (RDD).

Bom kotor merupakan salah satu jenis bom yang mengombinasikan bahan peledak konvensional (dinamit) dan bahan radioaktif. Tingkat keparahan akibat bom tergantung dari jenis dan aktivitas (kekuatan) bahan radioaktif yang digunakan. Target utamanya adalah untuk menimbulkan kepanikan luar biasa ketika orang tahu bom yang meledak memancarkan radiasi.

Kepanikan luar biasa ini akan mengakibatkan efek berantai, seperti kecelakaan di jalan raya karena orang berusaha secepatnya menjauh dari lokasi ledakan. Pada akhirnya juga menimbulkan banyak korban. Akibat lain dari ledakan bom kotor adalah terjadinya kontaminasi radioaktif di lokasi ledakan sehingga lokasi tersebut memancarkan radiasi dalam rentang waktu yang lama.

Sebagai contoh, apabila bahan radioaktif yang digunakan adalah Cesium-137, lokasi itu akan memancarkan radiasi hingga ratusan tahun mengingat waktu paro bahan radioaktif tersebut 30 tahun. Jika itu yang terjadi, perlu usaha luar biasa untuk mengembalikan ke kondisi semula (dekontaminasi).

Sebagai ilustrasi, adalah bom kotor dengan sumber radioaktif Cs-137 dengan aktivitas 100 Ci—satuan aktivitas pemecahan diri sebuah unsur radioaktif. Sumber ini biasa dipergunakan dalam kegiatan non-destructive test (NDT) untuk menguji sambungan pipa pada industri pertambangan minyak dan gas atau pengukuran ketinggian fluida dalam tangki (gauging).

Dari segi dimensi, ukuran sumber radiasi ini sangat kecil (sebesar kancing baju), tetapi mampu menghasilkan pancaran radiasi gamma sekitar 40 microsievert per jam dalam radius 100 meter. Nilai ini signifikan tinggi ditinjau dari ukuran keselamatan. Radiasi jenis ini mampu menembus beton sehingga untuk mengurangi intensitas pancaran radiasi sampai menjadi setengahnya diperlukan beton setebal 4,8 cm.

Perdagangan gelap

Menurut data Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dari tahun 1993 sampai dengan 31 Desember 2007 telah terjadi 1.340 peristiwa perdagangan gelap yang melibatkan bahan nuklir dan radioaktif. Peristiwa itu bisa merupakan jalan singkat penyebaran persenjataan bom kotor dan terorisme. Di Indonesia penggunaan bahan radioaktif berkembang sangat pesat untuk berbagai tujuan positif.

Misalnya, penggunaan bahan radioaktif Iridium-192 dan Cobalt-60 untuk memeriksa sambungan pipa-pipa pertambangan (NDT), Cesium-137, Americium-241, Stronsium-90 untuk merekam sifat-sifat hidrokarbon pada industri pertambangan, bahan-bahan radioaktif yang dipakai mengukur level cairan dalam suatu tangki/kaleng (gauging), dan masih banyak lagi.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu sistem pengawasan yang lebih terintegrasi terhadap bahan-bahan radioaktif. Sistem yang mampu mendeteksi secara dini lalu lintas bahan radioaktif.

Hal tersebut bisa dilakukan, misalnya dengan pemasangan alat surveymeter atau monitor radiasi secara permanen (fixed monitor) di lokasi strategis (jalan protokol, pelabuhan, pintu masuk hotel berbintang, dan lain-lain). Alat ini mampu mendeteksi secara dini benda-benda yang mengandung bahan radioaktif.

Prinsip kerja peralatan tersebut hampir sama dengan prinsip pengukuran ketinggian fluida (cairan) di dalam kaleng. Ketika ada pancaran radiasi dari bahan radioaktif yang melewati detektor, muncul respons dalam bentuk audio atau bahkan audiovisual.

Sistem ini mampu bekerja penuh 24 jam sehingga benar-benar efektif untuk mendeteksi benda-benda mengandung bahan radioaktif. Agar responsif, detektor ini dapat diatur di skala paling kecil (paling sensitif).

Sistem itu dapat dibangun dengan menggiatkan kerja sama antara pihak Badan Pengawas Tenaga Nuklir, kepolisian, Departemen Perhubungan, dan instansi terkait yang lain. Semoga dengan cara ini, meletusnya bom oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab tidak perlu terulang lagi. Apalagi sampai melibatkan bom kotor, bom radioaktif. Semoga.

Selasa, 28 Juli 2009 | 04:01 WIB

Penulis: ARIS SANYOTO Alumnus IAEA-Post Graduate in Radiation Protection and Security of Radioactive Sources, Malaysia, tahun 2003

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/28/04013627/deteksi.dini.bahan.radioaktif

Dampak El Nino Belum Terjadi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pusat memastikan, dampak fenomena El Nino belum terjadi sepenuhnya di Indonesia. Suhu permukaan air laut yang seharusnya dingin sehingga memunculkan musim kemarau yang sebetulnya, sampai saat ini suhu permukaan air laut masih hangat sehingga hujan sporadis masih terjadi di beberapa tempat.

Kepala Bidang Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat Soetamto, Senin (27/7), pada acara diskusi BMKG dan media di Lampung tentang pemahaman dasar meteorologi, mengatakan, pemantauan dari Mei 2009, fenomena El Nino atau naiknya suhu muka air laut di kawasan ekuator sudah terjadi di Indonesia. Akan tetapi, fenomena tersebut ternyata belum memengaruhi suhu permukaan air laut di perairan Indonesia menjadi dingin.

Pada kondisi sebelumnya, begitu fenomena El Nino terjadi, suhu di permukaan air laut akan dingin. Kelembaban akan rendah sehingga tidak terjadi hujan.

”Untuk fenomena El Nino 2009 ini aneh. Sampai Juli 2009 perairan Indonesia justru masih hangat sehingga di beberapa wilayah masih timbul hujan dengan curah hujan di bawah 50 milimeter,” ujar Soetamto.

Soetamto mengatakan, berdasarkan pemantauan, yang terjadi selama satu bulan terakhir adalah anomali atau hal yang tidak biasa, yaitu naik turunnya suhu muka air laut di Indonesia dengan cepat. Kenaikan dan penurunan antara minus setengah hingga satu derajat celsius.

BMKG pusat memasukkan fenomena tersebut sebagai anomali yang dimungkinkan terjadi akibat perubahan iklim karena terjadinya perubahan alam dan ulah manusia.

BMKG menggolongkan fenomena El Nino tahun ini sebagai anomali karena El Nino biasanya terjadi periodik setiap 4 hingga 6 tahun sekali. Akan tetapi, mulai tahun 2000 hingga 2006 dan 2009, periode terjadinya fenomena tersebut tidak lagi sesuai.

Terhadap anomali tersebut, BMKG pusat masih terus melakukan pemantauan. ”Pada Agustus 2009 dimungkinkan suhu muka air laut mulai turun sehingga curah hujan makin kecil,” ujar Soetamto.

Dimungkinkan fenomena El Nino yang menimbulkan dampak terjadinya musim kemarau yang sangat kering akan mulai terjadi pada September hingga November. Namun, dampaknya akan terjadi secara berbeda di setiap wilayah. Fenomena El Nino bergerak dari arah Australia menuju timur Indonesia dan terus ke bagian barat Indonesia. (hln)

Selasa, 28 Juli 2009 | 04:03 WIB

Bandar Lampung, Kompas - http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/28/04030917/dampak.el.nino.belum...terjadi

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...