Tuesday, August 4, 2009

Geo-engineering sebagai Solusi

Dalam Simposium Nobel Laureate di London akhir Mei lalu, Menteri Energi Amerika Serikat Prof Steven Chu melontarkan ide kontroversial, yaitu mengusulkan atap-atap rumah dan jalanan dicat putih dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Sumber Foto: www.nature.com

Apa betul mengecat putih atap rumah bisa melawan kecenderungan pemanasan global? ”Dengan mencerahkan warna seluruh atap dan jalan, ini setara dengan menghilangkan seluruh kendaraan di dunia dari jalanan selama 11 tahun,” ujar peraih Nobel Fisika tahun 1997 ini kepada The Times.

Permukaan atap atau jalanan yang berwarna lebih cerah akan meningkatkan kemampuan albedo, yaitu kemampuan Bumi memantulkan kembali radiasi sinar Matahari ke luar angkasa. Menurut Chu, atap berwarna pucat atau putih memiliki tingkat albedo hingga 0,8 (80 persen). Ini juga membuat rumah lebih dingin sehingga mengurangi pemakaian energi listrik, khususnya pendingin udara.

Bandingkan dengan permukaan atap biasa yang albedonya hanya 0,2. Semakin rendah albedo, semakin tinggi pula Bumi menyerap radiasi sinar Matahari. Suhu di Bumi pun semakin panas. Materi yang memiliki kemampuan tinggi merefleksi radiasi sinar matahari adalah es, sementara yang terendah di antaranya lautan dan hutan lebat.

Berdasarkan data rekaman Clouds and Earth Radiant Energy System (CERES)—salah satu instrumen satelit milik NASA—rata-rata tingkat albedo Bumi saat ini adalah 0,3. Penurunan 0,001 point saja bakal berdampak besar bagi iklim di Bumi.

Penurunan ini nyatanya betul-betul tengah terjadi. Seperti dilaporkan di dalam American Journal of Science, tingkat albedo Bumi terus melemah. Dalam kurun waktu empat tahun saja (2000-2004), CERES mencatat albedo Bumi turun 0,0027 poin. Ini setara dengan peningkatan energi tertahan di Bumi sebesar 0,9 watt per meter persegi. Suhu rata-rata di Bumi pun semakin meninggi.

Rekayasa kebumian

Ide Chu yang sederhana tetapi mengena tentang gerakan mengecat putih atap dan jalanan adalah bagian dari upaya yang kini tengah populer diperdebatkan, yaitu geoengineering (rekayasa kebumian).

Ini adalah suatu paradigma baru melawan gejala pemanasan global dengan menggunakan bantuan rekayasa teknik dan geologi guna membalikkan efek pemanasan.

Memanipulasi iklim Bumi, baik melalui unsur fisik, kimia, maupun biologis, khususnya komposisi atmosfer di Bumi secara drastis, demi membalikkan efek pemanasan global adalah tujuan dari paradigma ini.

Mereka yang pro paradigma ini berpandangan, penguasaan iptek mengizinkan manusia untuk bertindak, berbuat sesuatu, demi kelangsungan hidup mereka. Termasuk di antaranya adalah memanipulasi iklim.

American Meterorological Society telah memasukkan geoengineering sebagai salah satu dari tiga strategi proaktif untuk mengurangi risiko kehidupan akibat dampak pemanasan global. Geoengineering menjadi opsi yang terbilang paling ekstrem untuk mengatasi efek pemanasan global dibandingkan dengan dua strategi lainnya, yaitu mitigasi (mengurangi emisi gas CO) dan adaptasi.

Tiga kategori

Usulan geoengineering meliputi tiga kategori penting. Pertama, mengurangi level efek rumah kaca di atmosfer lewat manipulasi dalam skala global, misalnya, melalui penumbuhan spesies fitoplankton nonhabitat asli secara besar-besaran atau menabur bijih besi di lautan untuk meningkatkan skala penyerapan gas CO di udara.

Kedua, mendinginkan Bumi dengan cara memperbesar albedo Bumi melalui pembuatan kaca-kaca pemantul radiasi sinar matahari atau menginjeksikan sulfur dioksida (SO) ke dalam lapisan stratosfer ataupun ke permukaan laut.

Lalu, ketiga, manipulasi skala besar lainnya, misalnya, berupa pembuatan megaproyek pipa vertikal di lautan lepas yang didesain meningkatkan proses transfer absorb panas dari permukaan laut ke tanah.

Persoalannya, sebesar dampak perubahannya menurunkan efek pemanasan global, opsi-opsi geoengineering ini juga berisiko besar menghasilkan perubahan, ketidakseimbangan ekologis, ataupun ekosistem di Bumi. Injeksi sulfur dioksida (SO) ke lapisan stratosfer, misalnya, berisiko besar menciptakan fenomena hujan asam.

Alan Robock, Direktur Meteorologi di Pusat Prediksi Lingkungan Rutgers University, New Jersey, AS, mengatakan, setidaknya ada 20 alasan bahwa geoengineering bisa menjadi ancaman global baru.

Mulai dari kemungkinan mengubah iklim lokal, pengasaman air laut, penipisan ozon, pengerdilan tanaman, berkurangnya bahan baku energi alternatif surya, hingga kekhawatiran terhadap faktor human error di dalam melaksanakan proses rekayasa itu.

Pulihkan diri sendiri

Terlepas dari mendesaknya penanganan akan pemanasan global mengingat laju peningkatan konsentrat CO di udara terus meningkat, hingga melampaui 80 ppm dari konsentrasi ideal, Alan menyarankan perlunya alternatif lain.

Menurut dia, upaya pengurangan dampak pemanasan global lebih berat pada nuansa politisnya ketimbang nuansa teknisnya. Misalnya, dengan mendorong masyarakat lebih menggunakan energi putih (energi alternatif). Serta, secara bersamaan membiarkan Bumi untuk memulihkan dirinya sendiri. Namun, pandangan ini ditentang mereka yang pro dengan paradigma geoengineering.

”Jika kita tidak melakukan apa pun, secara alamiah Bumi memang bisa memulihkan dirinya sendiri. Tetapi, itu membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun dari sekarang, seperti terjadi 55 juta tahun lalu. Persoalannya, apakah kita bisa bertahan selama itu?” tutur James Lovelock, ilmuwan sekaligus pemerhati lingkungan yang bekerja untuk NASA.

Pengemuka Hipotesis Gaia ini berpendapat, upaya pemulihan diri Bumi terhadap pemanasan global harus dibantu percepatannya melalui tangan manusia. Ia pesimistis, tanpa suatu upaya revolusioner, pemanasan global ke depan akan kian parah.

”Saat itu kita akan melampaui suatu titik di mana efek (pemanasan global) tidak bisa lagi dibalikkan,” ujarnya kepada Livescience.

Di tengah segala pro-kontra yang terjadi mengenai geoengineering, Chu mencoba mengambil titik tengah. Menurut dia, usulan gerakan memutihkan atap dan jalan termasuk ke dalam geoengineering lunak. Karena, langkah itu relatif tidak menghasilkan risiko perubahan ekologi atau ekosistem Bumi.

Memutihkan atap dan jalanan adalah satu-satunya usulan geoengineering yang akan disikapi secara serius oleh Pemerintah AS saat ini. Jika diterapkan di 100 kota besar di dunia, dampak gerakan ini setara dengan menghilangkan 44 miliar ton CO di udara.

Kebijakan ini telah diimplementasikan secara bertahap di Negara Bagian California, AS. Usulan yang terdengar sederhana, tetapi tampaknya bakal sulit diterapkan jika tidak diikuti kesadaran tinggi dari manusia untuk sedikit berkorban demi masa depan Bumi.

Penulis:YULVIANUS HARJONO

Jakarta, 04 Agustus 2009

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/04/03225412/geoengineering.sebagai.solusi

Monday, August 3, 2009

Nokia Menggalakkan Daur Ulang

MASYARAKAT Indonesia cukup datang ke Nokia Care Center untuk mendaur ulang ponsel bekas. Greenpeace pun menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang paling ramah lingkungan di dunia.

Produsen ponsel terbesar dunia Nokia Corp mengajak masyarakat di Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendaur ulang ponsel, charger, dan aksesori yang tidak lagi terpakai. Guna memudahkan para pengguna ponsel di Indonesia melakukan daur ulang, Nokia menyediakan 91 buah drop-box daur ulang di 91 gerai Nokia Care Center yang ada di Indonesia.Pada drop-box tersebut, masyarakat boleh memasukkan ponsel merek apa pun untuk didaur ulang, tidak harus ponsel Nokia.

”Kampanye kepedulian lingkungan ini kami lakukan karena survei mengungkap bahwa tiga dari empat pengguna ponsel di dunia tidak pernah berpikir untuk mendaur ulang ponselnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ponsel dapat didaur ulang,” ujar Regional Manager Market Environmental Affairs Nokia SEAP Francis Cheong. Lebih dari itu, sebanyak 70% pengguna ponsel di dunia, menurut Cheong, juga tidak tahu harus pergi ke mana jika ingin mendaur ulang ponsel mereka.

Kini, pengguna ponsel di Indonesia tinggal pergi ke Nokia Care Center jika ingin mendaur ulang ponselnya. Cheong mengungkapkan,daur ulang ponsel dan berbagai jenis aksesorinya sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebagai contoh, ketika sebuah ponsel bekas sudah didaur ulang,maka Bumi akan terhindar dari 12.585 kg emisi karbon dioksida (CO2), yang memicu pemanasan global. Dengan daur ulang ponsel, Cheong menambahkan, industri juga bisa mengurangi penambangan bahan mentah untuk membuat produk.

Pada saat ini,jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai tiga miliar orang. Jika masing-masing mereka mendaur ulang satu saja ponsel bekasnya, maka industri dapat menghemat penggunaan bahan mentah sebanyak 240.000 ton. Penggunaan bahan mentah dapat dihemat karena industri bisa membuat produk dari bahan-bahan yang berasal dari ponsel-ponsel bekas.Mulai plastik hingga logam-logamnya.

Karena penambangan bahan mentah dapat dikurangi, maka emisi CO2 di Bumi pun dapat dipangkas dengan volume setara emisi CO2 empat juta unit kendaraan bermotor yang berjalan bersamaan di jalan raya. Cheong menegaskan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel merupakan salah satu yang terendah di dunia. Karena itu, Nokia menggalakkan kampanye daur ulang di sini. Sebanyak 91 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di Indonesia merupakan bagian dari sekitar 5.000 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di 85 negara di dunia pada saat ini.

Untuk mendaur ulang ponselponsel bekas di Indonesia, Nokia bekerja sama dengan perusahaan spesialis daur ulang sampah elektronik (e-waste) bernama TESAMM. Namun, TES-AMM tidak mendaur ulang ponsel-ponsel bekas tersebut di Indonesia, melainkan di Singapura. Technical Advisor TES-AMM Bambang N Gyat menjelaskan, TES-AMM mengumpulkan produk- produk bekas dari drop-box Nokia pada setiap dua bulan.

Selanjutnya, produk-produk bekas itu dikirimkan ke Singapura untuk didaur ulang. ”Daur ulang ponsel sangat mahal.Kami harus melakukannya di Singapura agar volume menjadi lebih banyak dan biaya pun menjadi lebih murah,”tutur Bambang. Di Singapura, produk-produk bekas tersebut didaur ulang secara terkendali. Artinya, proses daur ulang itu dilakukan secara terisolasi sehingga tidak menimbulkan emisi atau limbah lanjutan. Material-material daur ulang ponsel tersebut kemudian disalurkan kembali kepada industri.

Cheong berharap, kehadiran 91 buah drop-box ponsel bekas Nokia di Indonesia akan mengubah cara para pengguna ponsel di Indonesia dalam memperlakukan ponsel bekas. Survei Nokia mengungkap, sebanyak 44% ponsel bekas pada saat ini masih disimpan di rumah. Sebanyak 25% ponsel bekas yang lain diberikan kepada keluarga atau teman.Adapun 16% ponsel bekas yang lain lagi dijual kembali dan 4% ponsel bekas dibuang ke tempat sampah. Sementara ponsel bekas yang didaur ulang di dunia pada saat ini baru mencapai 3%.

Paling Ramah Lingkungan

Kelompok pencinta lingkungan Greenpeace menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang memiliki tingkat kepedulian lingkungan tertinggi. Alasannya,Nokia sangat aktif mengampanyekan daur ulang produk kepada konsumen. Termasuk di negara-negara yang belum memiliki undangundang sampah elektronik seperti Indonesia.

Di samping itu,Nokia juga aktif memangkas penggunaan kimia berbahaya pada produk-produknya dan terus meningkatkan efisiensi konsumsi energi produkproduknya. Pada saat ini, sekitar 80% ponsel Nokia juga sudah dapat didaur ulang. Langkah-langkah nyata Nokia dalam membantu kelestarian lingkungan, antara lain dengan merilis charger ramah lingkungan pada awal 2007. Charger tersebut mampu memberikan peringatan kepada pengguna agar mencabut charger ketika baterai ponsel telah terisi penuh.

Ketika baterai sudah penuh namun charger tetap terhubung ke listrik, maka energi listrik terbuang sia-sia.Nokia mengungkapkan, strategi penghematan listrik ini bisa menghemat listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 85.000 rumah per tahun. Nokia juga bertekad akan terus memangkas konsumsi energi produk-produknya.Pada saat ini, charger Nokia sudah 94% lebih hemat energi daripada ketentuan minimum Energy Star.Namun, Nokia bertekad memangkas 50% konsumsi listrik charger-nya pada 2010.

Di samping itu, Nokia juga termasuk produsen ponsel yang menyepakati penyeragaman charger, yang rencananya dilakukan pada 2012. Produsen ponsel lain yang turut dalam kesepakatan itu adalah Samsung Electronics Co Ltd, LG Electronics Inc, Motorola Inc, dan Sony Ericsson Mobile Communications AB. Nokia,Samsung,LG,Motorola, dan Sony Ericsson adalah lima produsen ponsel terbesar dunia. Bersama-sama, mereka menjual hampir satu miliar unit ponsel pada 2008.

Mereka merencanakan, pada 2012 sebagian besar ponsel yang dipasarkan di dunia akan memiliki charger yang sama. Standar yang disepakati adalah charger USB mini. Selama ini, masing-masing produsen ponsel menggunakan desain charger berbeda untuk masingmasing ponsel mereka. Sejumlah produsen ponsel, bahkan menggunakan desain charger berbeda untuk beberapa jenis ponsel yang mereka produksi sendiri.

Organisasi produsen ponsel dan operator seluler global GSM Association (GSMA) menilai, penggunaan charger yang berbeda- beda itu menyumbangkan pencemaran lingkungan cukup signifikan. Sebab, ketika seorang pengguna ponsel membeli ponsel baru, maka dia harus membuang charger lama. GSMA mengalkulasi, para pengguna ponsel di dunia saat ini membuang charger bekas rata-rata 51.000 ton per tahun. Di samping itu,produksi dan distribusi charger baru juga menyumbangkan polusi CO2 antara 13,6 juta ton hingga 21,8 juta ton per tahun.

”Industri ponsel memiliki peran penting dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Program standarisasi charger ini adalah langkah penting yang bisa menghemat banyak sekali sumber daya, sekaligus meningkatkan kenyamanan para pengguna ponsel,” ujar Chief Executive Officer GSMA Rob Conway. Ucapan Conway ada benarnya. Dengan standardisasi charger, pengguna yang memiliki lebih dari satu ponsel cukup memiliki satu charger saja.

Dengan begitu, pengguna tersebut bisa menghemat ruang di tempat tinggalnya. Conway pun menceritakan pengalaman pribadinya. ”Di rumah, laci saya penuh dengan charger, baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak terpakai.

Saya berharap laci saya tidak akan lagi penuh dengan charger setelah rencana standardisasi ini terwujud,”tutur Conway. (ahmad fauzi)

Sunday, 02 August 2009

Nokia Menggalakkan Daur Ulang

MASYARAKAT Indonesia cukup datang ke Nokia Care Center untuk mendaur ulang ponsel bekas. Greenpeace pun menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang paling ramah lingkungan di dunia.

Produsen ponsel terbesar dunia Nokia Corp mengajak masyarakat di Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendaur ulang ponsel, charger, dan aksesori yang tidak lagi terpakai. Guna memudahkan para pengguna ponsel di Indonesia melakukan daur ulang, Nokia menyediakan 91 buah drop-box daur ulang di 91 gerai Nokia Care Center yang ada di Indonesia.Pada drop-box tersebut, masyarakat boleh memasukkan ponsel merek apa pun untuk didaur ulang, tidak harus ponsel Nokia.

”Kampanye kepedulian lingkungan ini kami lakukan karena survei mengungkap bahwa tiga dari empat pengguna ponsel di dunia tidak pernah berpikir untuk mendaur ulang ponselnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ponsel dapat didaur ulang,” ujar Regional Manager Market Environmental Affairs Nokia SEAP Francis Cheong. Lebih dari itu, sebanyak 70% pengguna ponsel di dunia, menurut Cheong, juga tidak tahu harus pergi ke mana jika ingin mendaur ulang ponsel mereka.

Kini, pengguna ponsel di Indonesia tinggal pergi ke Nokia Care Center jika ingin mendaur ulang ponselnya. Cheong mengungkapkan,daur ulang ponsel dan berbagai jenis aksesorinya sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebagai contoh, ketika sebuah ponsel bekas sudah didaur ulang,maka Bumi akan terhindar dari 12.585 kg emisi karbon dioksida (CO2), yang memicu pemanasan global. Dengan daur ulang ponsel, Cheong menambahkan, industri juga bisa mengurangi penambangan bahan mentah untuk membuat produk.

Pada saat ini,jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai tiga miliar orang. Jika masing-masing mereka mendaur ulang satu saja ponsel bekasnya, maka industri dapat menghemat penggunaan bahan mentah sebanyak 240.000 ton. Penggunaan bahan mentah dapat dihemat karena industri bisa membuat produk dari bahan-bahan yang berasal dari ponsel-ponsel bekas.Mulai plastik hingga logam-logamnya.

Karena penambangan bahan mentah dapat dikurangi, maka emisi CO2 di Bumi pun dapat dipangkas dengan volume setara emisi CO2 empat juta unit kendaraan bermotor yang berjalan bersamaan di jalan raya. Cheong menegaskan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel merupakan salah satu yang terendah di dunia. Karena itu, Nokia menggalakkan kampanye daur ulang di sini. Sebanyak 91 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di Indonesia merupakan bagian dari sekitar 5.000 drop-box daur ulang yang disediakan Nokia di 85 negara di dunia pada saat ini.

Untuk mendaur ulang ponselponsel bekas di Indonesia, Nokia bekerja sama dengan perusahaan spesialis daur ulang sampah elektronik (e-waste) bernama TESAMM. Namun, TES-AMM tidak mendaur ulang ponsel-ponsel bekas tersebut di Indonesia, melainkan di Singapura. Technical Advisor TES-AMM Bambang N Gyat menjelaskan, TES-AMM mengumpulkan produk- produk bekas dari drop-box Nokia pada setiap dua bulan.

Selanjutnya, produk-produk bekas itu dikirimkan ke Singapura untuk didaur ulang. ”Daur ulang ponsel sangat mahal.Kami harus melakukannya di Singapura agar volume menjadi lebih banyak dan biaya pun menjadi lebih murah,”tutur Bambang. Di Singapura, produk-produk bekas tersebut didaur ulang secara terkendali. Artinya, proses daur ulang itu dilakukan secara terisolasi sehingga tidak menimbulkan emisi atau limbah lanjutan. Material-material daur ulang ponsel tersebut kemudian disalurkan kembali kepada industri.

Cheong berharap, kehadiran 91 buah drop-box ponsel bekas Nokia di Indonesia akan mengubah cara para pengguna ponsel di Indonesia dalam memperlakukan ponsel bekas. Survei Nokia mengungkap, sebanyak 44% ponsel bekas pada saat ini masih disimpan di rumah. Sebanyak 25% ponsel bekas yang lain diberikan kepada keluarga atau teman.Adapun 16% ponsel bekas yang lain lagi dijual kembali dan 4% ponsel bekas dibuang ke tempat sampah. Sementara ponsel bekas yang didaur ulang di dunia pada saat ini baru mencapai 3%.

Paling Ramah Lingkungan

Kelompok pencinta lingkungan Greenpeace menilai, Nokia adalah produsen elektronik yang memiliki tingkat kepedulian lingkungan tertinggi. Alasannya,Nokia sangat aktif mengampanyekan daur ulang produk kepada konsumen. Termasuk di negara-negara yang belum memiliki undangundang sampah elektronik seperti Indonesia.

Di samping itu,Nokia juga aktif memangkas penggunaan kimia berbahaya pada produk-produknya dan terus meningkatkan efisiensi konsumsi energi produkproduknya. Pada saat ini, sekitar 80% ponsel Nokia juga sudah dapat didaur ulang. Langkah-langkah nyata Nokia dalam membantu kelestarian lingkungan, antara lain dengan merilis charger ramah lingkungan pada awal 2007. Charger tersebut mampu memberikan peringatan kepada pengguna agar mencabut charger ketika baterai ponsel telah terisi penuh.

Ketika baterai sudah penuh namun charger tetap terhubung ke listrik, maka energi listrik terbuang sia-sia.Nokia mengungkapkan, strategi penghematan listrik ini bisa menghemat listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 85.000 rumah per tahun. Nokia juga bertekad akan terus memangkas konsumsi energi produk-produknya.Pada saat ini, charger Nokia sudah 94% lebih hemat energi daripada ketentuan minimum Energy Star.Namun, Nokia bertekad memangkas 50% konsumsi listrik charger-nya pada 2010.

Di samping itu, Nokia juga termasuk produsen ponsel yang menyepakati penyeragaman charger, yang rencananya dilakukan pada 2012. Produsen ponsel lain yang turut dalam kesepakatan itu adalah Samsung Electronics Co Ltd, LG Electronics Inc, Motorola Inc, dan Sony Ericsson Mobile Communications AB. Nokia,Samsung,LG,Motorola, dan Sony Ericsson adalah lima produsen ponsel terbesar dunia. Bersama-sama, mereka menjual hampir satu miliar unit ponsel pada 2008.

Mereka merencanakan, pada 2012 sebagian besar ponsel yang dipasarkan di dunia akan memiliki charger yang sama. Standar yang disepakati adalah charger USB mini. Selama ini, masing-masing produsen ponsel menggunakan desain charger berbeda untuk masingmasing ponsel mereka. Sejumlah produsen ponsel, bahkan menggunakan desain charger berbeda untuk beberapa jenis ponsel yang mereka produksi sendiri.

Organisasi produsen ponsel dan operator seluler global GSM Association (GSMA) menilai, penggunaan charger yang berbeda- beda itu menyumbangkan pencemaran lingkungan cukup signifikan. Sebab, ketika seorang pengguna ponsel membeli ponsel baru, maka dia harus membuang charger lama. GSMA mengalkulasi, para pengguna ponsel di dunia saat ini membuang charger bekas rata-rata 51.000 ton per tahun. Di samping itu,produksi dan distribusi charger baru juga menyumbangkan polusi CO2 antara 13,6 juta ton hingga 21,8 juta ton per tahun.

”Industri ponsel memiliki peran penting dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Program standarisasi charger ini adalah langkah penting yang bisa menghemat banyak sekali sumber daya, sekaligus meningkatkan kenyamanan para pengguna ponsel,” ujar Chief Executive Officer GSMA Rob Conway. Ucapan Conway ada benarnya. Dengan standardisasi charger, pengguna yang memiliki lebih dari satu ponsel cukup memiliki satu charger saja.

Dengan begitu, pengguna tersebut bisa menghemat ruang di tempat tinggalnya. Conway pun menceritakan pengalaman pribadinya. ”Di rumah, laci saya penuh dengan charger, baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak terpakai.

Saya berharap laci saya tidak akan lagi penuh dengan charger setelah rencana standardisasi ini terwujud,”tutur Conway. (ahmad fauzi).

Tingkat Kepedulian Lingkungan Produsen Elektronik Utama Dunia – Juni 2009

No

Produsen

Keterangan

Nilai (1 – 10)

1.

Nokia

Nokia menempati peringkat tertinggi karena lebih agresif daripada perusahaan lain dalam menghapus penggunaan kimia berbahaya pada produk.

7,4

2.

Samsung

Samsung menempati posisi kedua karena berkomitmen menghapus emisi-emisi berbahaya

7,1

3.

Sony Ericsson

Peringkat Sony Ericsson naik dua level karena mampu memperbaiki efisiensi konsumsi energi produk-produknya.

6,5

4.

LG

Peringkat LG naik dua level tetapi LG harus meningkatkan upaya penghapusan kimia-kimia berbahaya dari produk-produknya.

5,7

5.

Toshiba

Peringkat Toshiba naik dua level karena Toshiba berkomitmen untuk mengurangi emisi gas-gas pemicu pemanasan global.

5,5

6.

Motorola

Peringkat Motorola naik dua level dan meraih skor lebih tinggi karena Motorola lebih banyak menggunakan energi yang dapat diperbaharui

5,5

7.

Philips

Peringkat Philips anjlok dari posisi empat ke posisi tujuh karena tidak bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan daur-ulang produk.

5,3

8.

Sharp

Peringkat sharp naik satu level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi.

5,3

9.

Acer

Peringkat Acer naik dua level karena Acer mampu memasarkan 16 jenis monitor baru yang hampir bebas dari kimia berbahaya

4,9

10.

Panasonic

Peringkat Panasonik naik dua level karena mampu memasarkan produk-produk yang lebih hemat energi dan bebas PVC (Polyvinylchloride).

4,9

11.

Apple

Peringkat apple anjlok ke posisi sebelas karena apple tidak melakukan apapun untuk meningkatkan pelestarian lingkungan hidup.

4,7

12.

Sony

Peringkat Sony anjlok dari posisi lima ke posisi dua belas karena Sony tidak punya komitmen yang cukup dalam mengurangi penggunaan kimia berbahaya, meningkatkan daur-ulang dan memangkas gas berbahaya.

4,5

13.

Dell

Peringkat Dell bertahan pada posisi sebelas karena upaya Dell dalam memangkas penggunaan kimia berbahaya ternyata mengalami kemunduran.

3,9

14.

HP

HP menempatkan posisi ke-14 karena HP tidak pernah memasarkan produk yang bebas kimia beracun. Artinya, seluruh produk HP yang ada di pasar mengandung kimia beracun.

3,5

15.

Microsoft

Microsoft menempati posisi ke-15 karena kehilangan poin. Ini terjadi karena Microsoft memiliki kebijakan daur-ulang yang buruk.

2,5

16.

Lenovo

Peringkat Lenovo anjlok dua level karena Lenovo tidak menentukan tenggat waktu penghapusan kimia beracun dari seluruh produknya.

2,5

17.

Fujitsu

Fujitsu menempati posisi ke-17 karena hingga saat ini Fujitsu tidak mampu memasarkan produk yang bebas kimia berbahaya.

2,4

18.

Nintendo

Nintendo menempati posisi terakhir karena Nintendo tidak memiliki komitmen untuk memproduksi konsol game yang bebas PVC (polyvinylchloride)

1,0

Sumber : www.greenpeace.org


Sunday, 02 August 2009

Saturday, August 1, 2009

Mentok Rimba, Sudah Punah di Jawa, Jangan Terulang di Sumatera

Mentok rimba (Cairina scutulata) merupakan salah satu jenis burung dilindungi yang masuk dalam seri perangko "Pusaka Hutan Sumatera". Hingga kini, di seluruh dunia hanya tersisa 1.000 ekor, termasuk 150 ekor yang ada di Sumatera dan diperkirakan telah punah di Jawa.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkannya ke dalam status "Genting" (Endangered/EN). Persebarannya kini hanya meliputi hutan dataran rendah Sumatera bagian timur dan barat laut.

Mentok berukuran besar antara 66-75 cm. Bentuknya hampir menyerupai bebek. Warna bulunya gelap dan kepala serta lehernya keputih-putihan. Penutup sayap kecil putih, penutup sayap tengah dan spekulum abu-abu biru.

Mentok rimba sangat tergantung pada lahan basah alami maupun buatan yang dekat dengan hutan rawa, hutan awet-hijau, maupun hutan luruh-daun sebagai lokasi berbiak dan istirahat. Burung jenis ini suka sekali bersembunyi dan pada malam hari mereka juga dapat aktif mencari makan sendiri, berpasangan, maupun berkelompok 6-8 ekor.

Karena hidupnya di lahan basar (air), maka pembangunan listrik tenaga air dan polusi menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Selain itu, penurunan polulasinya juga diakibatkan oleh kerusakan, degradasi, dan gangguan habitatnya termasuk kehilangan koridor hutan di tepi sungai. Polulasinya yang tinggal sedikit ini sangat beresiko terhadap kepunahan.

Perkembangbiakan burung jenis ini tergantung pada musim. Betina bertelur pada akhir musim kering dan telurnya akan menetas pada awal musim hujan. Sekali berbiak, betina dapat bertelur sampai 10 kali pada satu lubang sarang.

Walaupun burung jenis ini sudah punah di Jawa, tetapi kita masih bisa melestarikan salah satu kekayaan alam ini di Sumatera. Jangan sampai kita "kecolongan" untuk yang kedua kalinya. Mari kita lestarikan mentok rimba!

SELASA, 28 JULI 2009 | 22:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/28/22583145/mentok.rimba.sudah.punah.di.jawa.jangan.terulang.di.sumatera.

600.000 Spesies Katak Terancam Punah

Presiden Perkumpulan Kebun Binatang se-Asia Tenggara (SEAZA) Jansen Manansang mengatakan, sedikitnya 10.000 hingga 600.000 spesies katak akan mengalami kepunahan. Sebab itulah, diperlukan suatu rekomendasi untuk upaya konservasi amfibia di Indonesia.


"Telah diidentifikasi bahwa Indonesia mempunyai spesies katak terbanyak nomor satu di Asia serta terbanyak nomor dua di dunia setelah Brasil. Namun, dengan predikat banyak spesies amfibi, telah banyak pula terjadi kepunahan untuk spesies tertentu," katanya di sela-sela Lokakarya Amphipi Antarbangsa di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/7).

Kegiatan yang berlangsung tanggal 27-29 Juli 2009 itu dilaksanakan bersama antara Taman Safari Indonesia, Departemen Kehutanan, World Association of Zoos and Aquariums (WAZA), SEAZA, Conservation Breeding Specialist Group (CBSG), LIPI, IPB, International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI).

Ia menjelaskan, di antara spesies tertentu itu adalah katak sawah yang biasa berhabitat di persawahan. Sekarang, katak itu jarang ditemui karena banyak padi di sawah terlindungi oleh pestisida sehingga banyak katak yang menghindari untuk keselamatannya.

Ia mengemukakan bahwa kondisi satwa, terutama jenis amfibia, saat ini telah terancam atau kritis sebagai akibat efek pemanasan global yang dipengaruhi dengan merebaknya infeksi jamur "clyrid" di berbagai penjuru dunia. "Hal ini membuat kondisi satwa amfibia menjadi tertekan," katanya.

Kondisi kritis tersebut, kata dia, sudah teridentifikasi oleh "Global Amphibian Assessment", yang dalam penelitiannya dilaporkan, dari 5.918 spesies amfibi dievaluasi, 35 spesies dinyatakan punah, 1.896 spesies dalam kondisi kritis, dan 2.604 spesies terancam punah.

Melihat kondisi tersebut, katanya, WAZA, CBSG, dan ASG (Amphibian Specialist Group) membentuk Amphibian Ark (Aark). Salah satu aksi yang sudah dilakukan untuk menghindari kepunahan amfibi ini adalah dengan melakukan kampanye konservasi katak, yaitu ditetapkannya tahun 2008 sebagai "Year of the frog".

Ia mengatakan, Aark sudah mengidentifikasi bahwa Indonesia memiliki 351 spesies. Meski demikian, kondisi amfibi di alam saat ini belum banyak diketahui status konservasinya. Berkenaan hal itu, maka peran serta semua lapisan masyarakat dirasa perlu untuk mengupayakan pelestariannya, dan salah satu kesadaran terhadap pentingnya peranan amfibi di alam serta program mengampanyekan "Year of the frog", maka dilaksanakanlah lokakarya itu.

"Diharapkan, lokakarya ini menghasilkan suatu rekomendasi untuk upaya konservasi amfibi di Indonesia serta sebagai upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya peranan amfibi dalam keseimbangan ekosistem," demikian Jansen Manansang.

RABU, 29 JULI 2009 | 11:41 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/29/11410299/600.000.spesies.katak.terancam.punah

Istilah Pemurnian Genetika Komodo Membingungkan

Pernyataan Menteri Kehutanan MS Kaban yang menyebut rencana pemindahan komodo dari Pulau Flores ke Bali demi pemurnian genetik komodo dipertanyakan. Istilah pemurnian genetik dinilai tidak hanya membingungkan publik, tetapi bahkan bagi peneliti komodo.

"Apa maksud dari pemurnian genetik? Semua komodo yang ada di dunia masih murni. Komodo tidak pernah disilangkan dengan makhluk apa pun di dunia," ujar M Syamsul Arifin Zein, salah satu anggota Tim Peneliti Kajian DNA Molekuler Komodo dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dalam e-mail-nya kepadaKompas.com.

Ia yakin bahwa yang dimaksudkan mungkin meningkatkan diversitas genetika dalam penangkaran atau di kebun binatang dengan menambah sampel hewan baru. Namun, untuk melakukan hal tersebut harus diketahui dulu diversitas genetika di penangkaran yang menjadi tujuan. Selain itu, kajian diversitas genetik di habitat asli juga harus tersedia sebagai bahan pertimbangan apakah komodo di daerah tersebut layak untuk diambil.

Sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 384/Menhut-II/2009 tanggal 13 Mei 2009, pemerintah mengizinkan pemindahan 10 ekor komodo dari Cagar Alam Wae Wuul di Pulau Flores ke penangkaran di Bali. Padahal, kata Zein, hasil survei terakhir yang dilakukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan Komodo Survival Project tahun 2008 hanya menemukan 10 ekor komodo di beberapa lokasi pengumpanan Cagar Alam Wae Wuul.

"Perbaikan keragaman genetik sebagai dasar penangkaran yang baik tidak harus selalu menggunakan satwa dari habitat asli, tetapi lebih bijaksana jika menggunakan komodo dari kebun binatang yang telah berhasil," ujarnya.

Menurutnya, kebun binatang di Indonesia telah bekerja dengan baik dalam membiakkan Komodo di penangkaran dengan menggunakan komodo asal Flores, yakni di tiga kebun binatang, Ragunan, Jakarta (44 ekor); Gembira Loka, Yogyakarta (11 ekor); dan Surabaya (26 ekor).

"Populasi komodo dalam penangkaran ini cukup mewakili secara genetis dan merupakan sumber yang baik untuk program penangkaran komodo," tandasnya. Namun, lagi-lagi demi diversitas genetik harus ada studi untuk memetakan genetik komodo yang ada di berbagai penangkaran sehingga proses tukar-menukar individu berhasil untuk meningkatkan keragaman genetika.

RABU, 29 JULI 2009 | 13:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.comhttp://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/29/13314755/istilah.pemurnian.genetika.komodo.membingungkan

30.000 Spesies Tanaman Indonesia Belum Tergali

Bangsa Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sayangnya, saking kayanya, bangsa yang kaya ini lupa akan kekayaannya. Pengusaha kosmetik Dr Martha Tilaar menyebutkan, sekitar 30.000 spesies tanaman di Indonesia belum tergali dengan baik oleh bangsa Indonesia sendiri.

Minimnya ahli herbal dan riset yang berkelanjutan membuat spesies-spesies ini masih menganggur di "kebun" Indonesia. Padahal, jika dilanjutkan, besar manfaatnya bagi kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. "Saya sering merasa prihatin kenapa kita tidak memedulikannya. Pengalaman saya di luar negeri, di negara yang saya kunjungi tidak disebutkan nama Indonesia sebagai pemilik kekayaan alamnya, padahal menggunakan bahan dari Indonesia," ujar Martha di sela-sela penandatangan kerja sama Martha Tilaar Group dengan Universitas Indonesia untuk Program Studi Herbal di Rektorat UI, Depok, Kamis (30/7).

Pendiri dan pemilik Martha Tilaar Group itu mengaku, kini baru meneliti 565 spesies koleksi yang tertanam di Kampung Djamoe Organik Martha Tilaar di kawasan Cikarang. Oleh karena itu, Martha merasa perlu melakukan riset yang berkesinambungan dari provinsi ke provinsi untuk menggali ribuan kekayaan herbal lain yang berbeda-beda, misalnya Makatana dari Sulawesi Utara.

Namun, sulit dilakukan jika ahli herbal yang tersedia makin sedikit. Solusinya, lanjut Martha, harus ada langkah jangka panjang untuk menghasilkan tenaga yang kompeten dalam bidang herbal. Itu bisa dijangkau dengan kerja sama. Entah itu pelatihan atau dunia akademis, salah satunya melalui pembukaan Program Studi Herbal seperti yang dilakukan UI.

Melalui dunia akademis, tentu saja juga menghasilkan pengetahuan tentang pengelolaan kekayaan alam herbal yang dapat diteruskan ke generasi selanjutnya. "Pengelolaan oleh tenaga yang kompeten kiranya dapat mengangkat obat herbal menjadi public health," tandas Martha.

KAMIS, 30 JULI 2009 | 13:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/30/13332699/30.000.spesies.tanaman.indonesia.belum.tergali

Draft Laporan GP (Green Productivity): Project Improvement Dalam Meningkatkan Jumlah Wisatawan Berbasis Agrowisata di Desa Sindangjaya Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur

This draft written by Leonard Tiopan Panjaitan, MT, GPS 1. Project Title Page Project Title: GP (Green Productivity) Project Improve...