Dalam tulisan sebelumnya, saya menjelaskan bagaimana teknologi open-source dan proprietary secara progresif telah bersatu demi keuntungan perusahaan besar masa kini.
Praktek tersebut sekarang semakin umum, namun seringnya membutuhkan penterjemah atau konverter. Salah satu pendekatan integrasi yang populer adalah Service Oriented Architecture (SOA) yang menggunakan middleware; pendekatan lainnya menggunakan virtualisasi. Penterjemah dan konverter juga bisa diterapkan secara spesifik pada tugas tertentu.
Service Oriented Architecture (SOA) menyusun proses bisnis di perusahaan besar sebagai layanan yang dijalankan pengguna akhir dan ini memungkinkan banyak aplikasi yang berbeda saling berbagi data untuk terlibat dalam layanan itu. Piranti lunak bernama middleware berperan sebagai adaptor antara berbagai lapisan piranti lunak. Contoh middleware SOA yang ditawarkan di pasaran mencakup Oracle Fusion Middleware, Microsoft .NET framework dan SAP Netweaver. Microsoft Biztalk Server dan IBM Websphere melakukan integrasi pada proses bisnis, sedangkan Redhat menawarkan sebuah middleware berasis Java bernama JBOSS yang sifatnya open-source dan lintas platform.
Sebagai contoh, pemerintahan Portugis menggunakan SOA untuk mengintegrasikan sistem IT open-source dan proprietary serta menjamin adanya akses pada sumber daya penting dari sistem yang lawas. Sistem yang digunakan lembaga pemerintahan termasuk IBM AS/400, sistem database proprietary Oracle dan open-source PostgreSQL, Java 2 Platform Enterprise Edition (J2EE), JBoss middleware dan empat jenis sistem operasi (Microsoft Windows, Linux, Unix versi proprietary dari IBM AIX dan Hewlett Packard HU/UX).
Sistem itu harus bisa berjalan pada skala kecil, 5 pada awalnya, hingga kini digunakan pada lebih dari 800 lembaga. Dan harus menghadirkan layanan dari pemerintahan secara seragam dari sudut pandang pengguna akhir. Portal bisnis dan layanan masyarakat umum menggunakan web services untuk menyediakan akses layanan bagi penduduk, baik lewat web, mobile atau SMS.
Penghematan biaya yang signifikan bisa dilakukan karena perangkat yang serupa tak perlu dibeli dua untuk dua sistem yang berbeda, selain itu lalu-lintas data antar titik jadi berkurang. Penghematan juga dicapai dengan memperbaiki manajemen informasi.
Dalam lingkungan masa kini, CIO mencari semua kesempatan untuk berhemat. Virtualisasi memungkinkan satu sistem operasi (misal, Linux) untuk berjalan secara virtual di atas sistem lain (misal, Windows atau Apple OS X).
Virtualisasi memungkinkan penggunaan bersama sumber daya hardware dan fasilitasi saling berbagi data antar aplikasi pada masing-masing sistem operasi. Virtualisasi pada server memungkinkan perusahaan besar untuk menggunakan berbagai sistem operasi server, seringkali ini termasuk open-source dan proprietary, pada perangkat server mereka. Hal ini akan meningkatkan efisiensi sistem dan mengurangi jumlah mesin yang dibutuhkan, dan oleh karena itu menurunkan biaya operasional dan konsumsi energi.
Mengapa baru belakangan ini virtualisasi skala besar banyak dilirik? Penyebabnya adalah baru sekarang tersedia prosesor dan memory dengan kapasitas yang mencukupi dan biaya yang semakin rendah..
Kita lihat saja contoh dari gedung wakil rakyat di AS (United States House of Representatives), yang kesulitan memenuhi kebutuhan listrik untuk mendinginkan sistem komputer terpusat dan federasi yang ada. Tim IT pun memilih untuk melakukan konsolidasi dengan virtualisasi, targetnya mengurangi dari 450 server ke 100 server saja. Tingkat penggunaan server pun dinaikkan dari 7% ke 60%, dengan penghematan energi diperkirakan mencapai 45% dan penurunan panas yang besar.
Memang, virtualisasi menimbulkan tantangan dalam hal melakukan pelatihan ulang, keamanan dan redundancy di lokasi lain. Tapi, hal ini memungkinkan manajemen server terpusat, pengawasan yang lebih efektif , perbaikan dan penyelesaian masalah yang lebih baik, serta manajemen audit dan ketaatan pada aturan. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya solusi backup dan Disaster Recovery.
Beberapa penterjemah memiliki fungsi yang spesifik. TSRI JANUS menerjemahkan data dan kode lawas agar bisa dimengerti piranti lunak modern, baik proprietary maupun open-source. Banyak bisnis dan software produktivitas menggunakan penterjemah.
CIO di sektor pemerintahan dan swasta menggunakan teknologi proprietary dan open-source. Hal ini merupakan kebutuhan dari pasar TI yang heterogen. Untuk itu, industri TI pun selalu mengembangkan piranti pendukung interoperabilitas seperti middleware, virtualization, standar yang banyak digunakan, penterjemah dan konverter untuk menggabungkan teknologi tanpa peduli pada pendekatannya, apakah itu open-source atau proprietary.
Pada tulisan berikutnya, saya akan menyinggung soal teknologi yang 'mengubah segalanya' saat ini, yaitu Cloud.
01 Desember 2010
Penulis: Stacy Baird
Source:http://www.detikinet.com/read/2010/12/01/104013/1506487/319/integrasi-interoperabilitas-dan-hidup-bersama
Membantu Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Dalam Penerapan Sustainable Finance (Keuangan Berkelanjutan) - Environmental & Social Risk Analysis (ESRA) for Loan/Investment Approval - Training for Sustainability Reporting (SR) Based on OJK/GRI - Penguatan Manajemen Desa dan UMKM - Membantu Membuat Program dan Strategi CSR untuk Perusahaan. Hubungi Sdr. Leonard Tiopan Panjaitan, S.sos, MT, CSRA di: leonardpanjaitan@gmail.com atau Hp: 081286791540 (WA Only)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke
| Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...
-
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sangat sepakat mengenai ketentuan Bank Indonesia (BI) untuk membuat standarisasi sistem pembayaran pada...
-
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk menghentikan masuknya produk kayu dari hasil p...
No comments:
Post a Comment