Monday, December 13, 2010

Microsoft dan Open Source: Menikmati Indahnya Dua Dunia

Pada tulisan sebelumnya, saya berbicara panjang lebar soal semakin perlunya CIO memilih sebuah kombinasi antara software proprietary dan open-source untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perusahaan software proprietary dan open-source juga melakukan evolusi model bisnis mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Mari kita lihat kasus IBM. Sebuah sistem IBM saat ini, biasanya akan lebih banyak terdiri dari piranti lunak proprietary seperti: Websphere server, DB2 database dan juga Lotus Suite yang berjalan di server IBM. Tapi IBM juga pendukung komersial open-source yang terdepan, membiayai banyak proyek open-source, termasuk pengembangan awal Linux dan melepaskan cukup banyak kode berpaten mereka sebagai open-source. Dukungan mereka, dan juga dari Sun Microsystems, adalah sangat penting bagi pertumbuhan komunitas open-source di 1990-an. IBM juga telah menyediakan kode proprietary mereka agar berfungsi baik dengan proyek open-source (contoh, kode Lotus Notes bagi proyek OpenOffice).

Kemudian, kita bisa lihat juga Oracle yang terkenal dengan database kelas enterprise-nya yang bersifat proprietary. Meski begitu, Oracle adalah database enterprise pertama yang berjalan di Linux, dan mereka mengembangkan Fusion Middleware untuk menyediakan interoperabilitas antara J2EE dan .NET-nya Microsoft. Oracle mendukung Red Hat Enterprise Linux (RHEL) yang bahkan sudah tak didukung lagi oleh Red Hat, mereka pun menjual versi sendiri dari RHEL.

Belum lama ini, Oracle melakukan kesepakatan dengan Amazon Web Servixer untuk menyediakan layanan berbasis Linux. Sun, yang kini sudah jadi bagian dari Oracle, utamanya menjual server enterprise tapi juga menawarkan software enterprise yang beragam. Sun adalah pemain besar yang pindah dari proprietary ke open-source dan banyak mendukung proyek open-source. Lama kelamaan Sun mengalihkan banyak software-nya ke open-source. Salah satu produk utama Sun (kini Oracle) adalah Sun-MySQL, sebuah database kelas enterprise yang open-source yang bisa menggunakan lisensi GPL atau lisensi komersial biasa. Skema dua lisensi ini adalah evolusi lisensi open-source yang patut dicatat.

Nah, Microsoft, meski menjadikan software sebagai bisnis utamanya, juga menawarkan manfaat bagi pelanggannya yang menggunakan open-source dan menjembatani software-nya dengan open-source. Microsoft mencetuskan Shared Source Initiative untuk menyediakan source code dari Windows dan beberapa software lainnya ke partner, pelanggan tertentu (misalnya, pemerintahan) dan pihak akademisi. Perusahaan itu mendirikan Laboratorium Open Source untuk berpartisipasi dan mendukung komunitas open-source.

Pada 2008, Microsoft menerbitkan dokumen berjudul 'Interoperability Principles'. Tertuang di dalamnya sebuah komitmen untuk menjamin interoperabilitas dengan open-source dan platform TI lainnya. Sehingga memungkinkan perusahaan besar yang menjalankan server Windows dan Linux melakukannya pada satu lingkungan fisik yang sama. Microsoft menjalin kerjasama, awalnya dengan Novell, untuk mengembangkan virtualisasi berbasis standar sehingga SUSE Linux Enterprise Server bisa berjalan di server Microsoft sebagai Guest, begitupun sebaliknya. (Interoperabilitas antara piranti lunak produktivitas dengan Microsoft Office juga sedang dikerjakan). Dan yang paling baru, Microsoft bekerjasama dengan Red Hat untuk menjamin interoperabilitas masing-masing produk.

Perusahaan software proprietary dan open-source saling memahami pentingnya kedua pendekatan yang berbeda ini bagi pelanggan dan bisnis mereka.
  • Oracle menawarkan keduanya, baik produk  open-source maupun proprietary; mempromosikan open-source untuk berjualan hardware dan melengkapi tawaran proprietary mereka.
  • IBM mendukung proyek open-source yang meningkatkan bisnis layanan dan konsultasi mereka serta melengkapi penawaran proprietary mereka.
  • Microsoft bekerjasama dengan perusahaan open-source, terutama dalam hal interoperabilitas, untuk menjamin pelanggannya bisa membangun lingkungan IT yang heterogen sesuai keinginan.
  • Novell dan Red Hat telah menerapkan teknik pengembangan proprietary dan melakukan kerjasama dengan pengembang proprietary untuk menjamin stabilitas dan interoperabilitas dari arsitektur enterprise mereka. Dengan virtualisasi yang kini sudah diterima secara luas, dan pengembang software harus memenuhi kebutuhan dari cloud computing, ada banyak bukti bahwa arsitektur IT yang heterogen akan senantiasa tumbuh.
Tak ada satu pun pendekatan yang bisa disebut pendekatan yang paling benar. Hal itu didukung kecenderungan CIO untuk memanfaatkan yang terbaik dari dua dunia itu, proprietary dan open-source, untuk memenuhi kebutuhan mereka.

03 Nov 2010
Source: http://www.detikinet.com/read/2010/11/03/113002/1483876/319/menikmati-indahnya-dua-dunia
Penulis: Stacy Baird, adalah mantan penasehat untuk anggota Senat AS pada isu-isu Teknologi dan Hak Milik Intelektual. Ia percaya, bahwa software open-source dan proprietary bisa hidup bersama, dan dengan demikian industri TI global bisa terus memperbaiki kualitas hidup banyak orang.

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari empat tulisan dalam satu seri. Pendapat yang disampaikan Stacy Baird adalah sepenuhnya pendapat pribadi.

( wsh / wsh )

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...