Friday, December 18, 2009

Pengguna Internet Tembus 1,6 Miliar

BELANJAonline akan menjadi aktivitas utama para pengguna internet di dunia dalam empat tahun mendatang. Pangsa pendapatan iklan online pun akan terus membengkak melampaui media-media yang lain.

Survei terbaru dari firma riset International Data Corp (IDC) mengungkap, jumlah pengguna internet di dunia pada 2009 siap melampaui 1,6 miliar orang,alias lebih dari seperempat jumlah populasi Bumi. IDC memperkirakan, jumlah itu akan terus bertambah sehingga pada 2013 pengguna internet di dunia akan menembus angka 2,2 miliar orang,alias lebih dari sepertiga populasi Bumi.

IDC mencermati,jumlah pengguna internet di dunia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir berkat kehadiran teknologi internet seluler.Jumlah pengguna internet seluler sendiri di dunia pada 2009 diperkirakan mencapai lebih dari 450 orang.IDC memperkirakan, jumlah itu akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada akhir 2013. “Jumlah pengguna internet seluler benar-benar meledak dalam beberapa tahun terakhir.

Berkat peningkatan ketersediaan informasi dan layanan, internet seluler telah mengubah kehidupan pribadi maupun profesional dari penduduk Bumi,”ujar Chief Research Officer IDC John Gantz. IDC mengungkapkan, penggunaan internet seluler bertumbuh lebih pesat daripada internet kabel karena internet seluler memang memungkinkan pengguna mengakses informasi di mana pun berada, tanpa harus menghubungkan gadget-gadget mereka ke kabel.

“Dalam beberapa tahun mendatang, cara manusia berinteraksi dengan internet akan benar-benar berubah.Ketika manusia semakin menyatu dengan internet, maka batas antara kehidupan pribadi dan kehidupan profesional akan semakin kabur karena orang bisa bekerja di mana saja,”tutur Gantz.

IDC menegaskan, penduduk Bumi pun semakin agresif mengadopsi internet seluler karena biaya layanan internet seluler dan harga gadget-gadget bergerak pengakses internet, seperti ponsel, smartphone, notebook,netbook,dan tentu saja modem internet seluler,semakin lama menjadi semakin terjangkau oleh kemampuan finansial sebagian besar orang.

Alhasil, IDC memprediksi, dalam empat tahun mendatang jumlah gadget bergerak yang mampu mengakses internet seluler di dunia akan melampaui angka 1 miliar unit.Gadget-gadget tersebut sebagian besar digunakan untuk mencari informasi, membaca berita, mengakses hiburan,serta berkomunikasi secara digital.

Lebih dari itu, kalangan usaha juga akan semakin banyak memanfaatkan internet seluler untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Namun begitu, IDC menggarisbawahi, ada satu lagi aktivitas online yang semakin populer hingga 2013.Yakni belanja.IDC mengungkap, pada 2009 nilai transaksi belanja online di dunia baru mencapai hampir USD8 triliun.

Tetapi,pada 2013 nilai transaksi onlinediperkirakan mampu menembus angka lebih dari USD16 triliun. Lonjakan minat terhadap belanja online mendorong para produsen meningkatkan aktivitas periklanan online. IDC mengungkap, pada 2009 nilai belanja iklan online di dunia sudah menembus angka hampir USD61 miliar, alias lebih dari 10% lebih besar daripada belanja iklan total seluruh media periklanan yang lain.

Pangsa itu diperkirakan meningkat menjadi hampir 15% pada 2013,saat nilai belanja iklan online global melampaui angka USD100 miliar. IDC menambahkan, lonjakan permintaan koneksi internet seluler berkecepatan tinggi di wilayah Asia Pasifik mendorong para operator seluler mengimplementasikan dan menawarkan teknologi koneksi yang lebih efisien.

IDC memperkirakan, teknologi internet seluler LTE (Long Term Evolution) akan menjadi idola di Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang. IDC menjelaskan, tingginya permintaan koneksi internet seluler berkecepatan tinggi di Asia Pasifik tercermin dari tingginya permintaan koneksi internet seluler HSPA (High Speed Packet Access).

Sekadar penjelasan,HSPA adalah teknologi yang menggabungkan HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access). Dengan teknologi koneksi HSPA, pengguna internet seluler dapat menikmati akses internet dengan kecepatan dan stabilitas koneksi lebih tinggi.Pada saat ini, teknologi HSPA sudah banyak ditanam di smartphone kelas atas dan modem-modem seluler.

IDC menegaskan, penggunaan layanan HSPA di Asia Pasifik mengalami lonjakan pesat dalam 18 bulan terakhir.HSPA adalah teknologi yang relatif baru.Tetapi, hingga akhir 2009, IDC memperkirakan, penggunaan HSPA di Asia Pasifik sudah mampu menembus angka 43,6 juta koneksi. Secara teoritis,teknologi HSPA menjanjikan kecepatan downlink hingga 14,0 Mbps (megabit per detik) dan uplink 5,8 Mbps.

Dalam standar 3G (generasi ketiga) kecepatan HSPA memang sudah sangat tinggi.Namun dalam era 4G (generasi keempat) kecepatan HSPA rupanya tidak cukup tinggi. Karena itu, dalam memasuki era 4G,para operator seluler diperkirakan akan menggantikan HSPA dengan LTE.Standar teknologi 4G memang bukan hanya LTE,karena ada pula teknologi WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access).

Namun begitu, IDC memperkirakan, LTE akan lebih banyak digunakan karena LTE didukung lebih banyak produsen ponsel raksasa. “Sukses HSPA dan peningkatan permintaan bandwidth yang terjadi secara terus-menerus, akan mendorong implementasi LTE di wilayah-wilayah Asia Pasifik yang sudah memiliki HSPA.WiMAX tentu saja akan hadir pula dan saling melengkapi dengan LTE,” ujar Director Telecommunications Research Asia Pacific IDC Bill Rojas.

Rojas menilai, konsumen sesungguhnya bisa menikmati akses internet seluler dengan kecepatan cukup tinggi dengan HSPA.Namun begitu,HSPA ternyata membebani operator seluler karena HSPA menuntut investasi infrastruktur secara terus-menerus, seiring peningkatan penggunaan bandwidth. Jika kapasitas infrastruktur HSPA tidak ditambah ketika penggunaan meningkat, maka kecepatan pun turun.

Saat kecepatan turun, konsumen pun kecewa sehingga meninggalkan operator seluler HSPA. Untuk menanggulanginya, tegas Rojas, operator seluler harus mampu menyajikan koneksi internet seluler yang bersifat massal.Di samping WiMAX, teknologi yang potensial untuk digunakan adalah LTE. Karena LTE mendapatkan dukungan lebih besar dari para produsen handset dan modem, maka kelak akan tersedia lebih banyak handset dan modem LTE,daripada WiMAX.

Para produsen teknologi yang paling agresif mengembangkan teknologi LTE adalah produsen ponsel terbesar ketiga dunia LG Electronics Inc dan produsen ponsel terbesar kedua dunia Samsung Electronics Co Ltd. LG dan Samsung adalah dua produsen ponsel dari Asia.Kedua perusahaan itu pun memiliki basis pelanggan sangat besar di Asia.Lebih dari itu, LG dan Samsung juga sudah lama bereksperimen dengan koneksi internet seluler berkecepatan tinggi di negara asal mereka.

Yaitu Korea Selatan, yang dikenal sebagai negara yang paling banyak menggunakan koneksi internet di Asia,bahkan dunia. LG mengaku sudah mengembangkan teknologi LTE sejak sekitar 2006. LG pun sudah mendemonstrasikan teknologi LTE sejak 2008.Namun begitu,LG baru berencana memasarkan ponsel LTE pada 2010. Samsung juga berencana memasarkan ponsel LTE pada kisaran waktu yang sama dengan LG.

“ChipLTE LG adalah hasil dari penelitian dan pengembangan signifikan selama bertahun-tahun dan kami bangga dengan pencapaian kami.Saya yakin,ketika layanan seluler 4G dirilis pada tahun depan, LG akan memimpin pasar handset dengan teknologi ini,” papar President & Chief Executive Officer LG Electronics Mobile Communications Co Dr Skott Ahn. Di pihak lain, Samsung juga sudah berhasil membangun sebuah ponsel LTE.Lebih dari itu,Samsung juga mengembangkan infrastruktur jaringan seluler LTE.

Samsung menegaskan, teknologi LTE yang dikembangkannya bisa bekerja sama alias interoperable dengan teknologi LTE dari produsen lain. “Kami berinvestasi besar-besaran dalam R&D (penelitian dan pengembangan) sistem nirkabel 4G dalam beberapa tahun terakhir. Dengan solusi total end-to-end (dari ujung ke ujung) untuk sistem nirkabel 4G, Samsung akan memimpin era broadband (internet berkecepatan tinggi),” tutur Senior Vice President Telecom Systems Division Samsung Electronics Co Ltd Hyojong Lee.

Secara teoretis, teknologi LTE memungkinkan pengguna ponsel men-download film berukuran 700 MB (megabyte) dalam waktu kurang satu menit karena LTE bisa menembus kecepatan download hingga 100 Mbps.Ada pun kecepatan upload maksimum LTE adalah 50 Mbps.Tapi dalam praktik,kecepatan LTE ternyata tidak setinggi itu. Dalam uji coba di Korea Selatan, chip modem LTE LG “hanya” mampu mencatat rekor kecepatan download 60 Mbps dan upload 20 Mbps.

Tetap saja,kecepatan itu jauh lebih tinggi daripada HSDPA. Sebab saat ini kecepatan download maksimum HSDPA adalah 7,6 Mbps. LG memaparkan, chip LTE menjanjikan manfaat nyaris tanpa batas. Baik ketika digunakan untuk meningkatkan produktivitas atau pun menyajikan hiburan. “Setelah LG berhasil mengembangkan dan menguji modem handset 4G pertama, kehadiran handset LTE menjadi semakin dekat.

Terobosan teknologi terbaru LG ini akan kami manfaatkan untuk memperkuat posisi LG di industri ponsel global,” ujar Chief Technology Officer LG Electronics Inc Dr Woo Hyun Paik. Chip modem LTE LG itu berukuran sangat kecil.Yakni 13 x 13 mm.LG menegaskan, dengan chip modem sekecil itu, produsen ponsel akan mampu membuat ponsel berdimensi lebih mungil.

LG menambahkan, para operator seluler di dunia tidak akan kesulitan mengimplementasi kan jaringan seluler LTE karena teknologi LTE dikembangkan berbasis teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access). LG mengklaim, sebanyak 85% operator seluler WCDMA di dunia akan mampu melakukan upgrade jaringan seluler menjadi LTE dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada biaya pembangunan jaringan baru yang menggunakan standar teknologi berbeda.Firma riset Strategy Analytics Inc memperkirakan, penjualan ponsel LTE di dunia akan mencapai 70 juta unit pada 2012 dan berlipat ganda menjadi 150 juta unit pada 2013. (ahmad fauzi) 
 
Tuesday, 15 December 2009  
Sumber:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/290512/

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...