Sementara yang memperoleh sertifikat internasional dari Forest Stewardship Council (FSC) baru empat dari total 200 pemegang HPH di Indonesia—untuk kawasan hutan di Sumatera dan Kalimantan.
Hal ini terungkap dalam konsultasi publik kawasan gambut di Semenanjung Kampar yang digelar Tropenbos International Indonesia Programme (TBI). ”Masih sedikit sekali hutan yang mendapatkan sertifikasi untuk kelestarian lingkungan. Selain hutan alam, kami juga mendorong hutan tanaman, hutan rakyat, dan perkebunan untuk juga memerhatikan wilayah mana yang memiliki nilai konservasi tinggi,” kata Direktur Program TBI Petrus Gunarso, Rabu (24/2) di Semenanjung Kampar.
FSC mencakup beberapa kriteria. Salah satunya adalah high conservation value forest (HCVF) atau hutan bernilai konservasi tinggi yang meliputi nilai ekologi dan sosial.
Salah satu pemetaan HCVF yang akan dimulai di Semenanjung Kampar, menurut Petrus, adalah untuk kawasan hutan gambut. Kawasan yang luasnya sekitar 700.000 hektar itu pernah dieksplorasi dalam bentuk konsesi HPH tahun 1970-1980-an. ”Kini banyak pemegang hak yang sudah tidak aktif karena pohon yang berdiameter di atas 50 sentimeter yang layak tebang telah habis,” katanya.
Pemetaan akan dilakukan secara independen, antara lain oleh TBI, tim independen dari Badan Litbang Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Lampung, serta Universitas Mulawarman, dan didanai PT Riau Andalan Pulp and Paper. (eki)
Kamis, 25 Februari 2010 | 03:36 WIB
Pekanbaru, Kompas - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/25/03365463/baru.0025..persen.hutan.yang.tersertifikasi
Pekanbaru, Kompas - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/25/03365463/baru.0025..persen.hutan.yang.tersertifikasi
No comments:
Post a Comment