Thursday, August 5, 2010

EKSPEDISI LAUT DALAM:Kehidupan Tanpa Matahari

Muncul rasa kekaguman yang amat sangat atas keanekaragaman hayati laut dalam Indonesia, khususnya Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Ini terjadi pada diri Stephen R Hammond seraya mengungkapkan, ”Sebelumnya, saya belum pernah menjumpai koral bisa hidup di laut dalam. Ternyata, di sini bisa!”
Stephen adalah Ketua Tim Periset Amerika Serikat yang terlibat dalam ekspedisi laut dalam Sangihe Talaud 2010 hingga kedalaman 7.000 meter. Ekspedisi ini diberi nama Indonesia United State Expedition Sangihe Talaud (Index-Satal) 2010.
Kegiatan ilmiah di bidang kelautan itu berlangsung mulai dari 24 Juni 2010 hingga 8 Agustus 2010. Tim ekspedisi sudah berhasil mendokumentasikan ratusan spesies laut dengan menggunakan kamera video beresolusi tinggi.
Rekaman itu diperoleh dengan peralatan robotik yang diberi nama remotely operated vehicle (ROV). ROV bisa dibenamkan hingga kedalaman 7.000 meter dan bisa merekam tindak tanduk segala biota yang ditemuinya.
”ROV merekam dengan cara dikendalikan dari kapal,” ujar Sugiarta Wirasantosa, Ketua Tim Periset Indonesia untuk ekspedisi Index-Satal 2010, Selasa (3/8) di Pusat Komando Penelitian di Kantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Jakarta.
Menurut Sugiarta, ROV kali ini tidak dilengkapi lengan robotiknya. Ini karena dalam ekspedisi tersebut tidak ada pemanfaatan lengan robotik yang biasanya untuk pengambilan sampel.
Lokasi yang akan direkam ROV sebelumnya ditentukan dengan teknologi pencitraan bawah laut. Alat multibeam itu bisa menyajikan morfologi laut hingga kedalaman 7.000 meter. ”Hasil ekspedisi ini selain biota laut, juga ditemukan enam gunung api bawah laut,” kata Sugiarta.
Ekosistem baru
Kekaguman Stephen di antaranya terhadap koral yang mampu tumbuh di kedalaman 800 meter atau lebih di Sangihe Talaud, kata Kepala BRKP Gellwyn Yusuf, sebagai bukti adanya ekosistem baru.
Stephen menyebutkan, koral atau karang pada umumnya tumbu pada kedalaman belasan atau puluhan meter. Ini tergantung tingkat kejernihan air laut karena koral bertahan sampai pada kedalaman yang masih bisa ditembus sinar matahari.
Di kedalaman 800 meter sebagai lokasi ditemukannya koral itu tidak lagi ditembus sinar matahari. Tetapi, koral warna-warni itu ternyata ditemui. ”Koral yang berwarna-warni di laut dalam yang gelap gulita itu sebuah keanekaragaman hayati laut yang sangat luar biasa,” kata Stephen.
Membandingkan dengan koral yang ada di permukaan laut, jelas peranan sinar matahari menunjang proses fotosintesis koral yang ada sehingga koral itu bisa bertahan hidup.
Stephen masih mempertanyakan, dari mana sumber kehidupan bagi koral yang ada di laut dalam.
Masyarakat awam banyak yang menilai selama ini matahari adalah sumber kehidupan. Bagi koral bawah laut, kehidupannya tanpa matahari. Ini berarti matahari bukanlah satu-satunya sumber kehidupan bagi koral.
Stephen mengatakan, sebelum tahun 1978, para ilmuwan biologi dunia memang masih mengakui matahari sebagai satu-satunya sumber kehidupan. Tetapi, temuan tahun 1978 tentang adanya kehidupan di laut dalam yang tak tersentuh sinar matahari membuktikan hal yang berbeda.
Bakteri sulfida
Stephen memaparkan, bakteri sulfida di dekat gunung api bawah laut menjadi ujung strata paling rendah bagi mata rantai ekosistem laut dalam. Extrimophiles bahkan dikenal sebagai bakteri sulfida yang mampu bertahan di atas suhu 100 derajat celsius.
Tak ayal bakteri sulfida sangat penting bagi mata rantai berikutnya. Hingga akhirnya bisa dijumpai biota Holothurians berwarna ungu tua menyala yang mendominasi komunitas bentik di kedalaman 3.050 meter
.Lalu, Nudibranch, moluska tak bercangkang, juga direkam di kedalaman 3.000 meter. Spesies lainnya mencapai ratusan jenis lagi, sebagian besar juga baru dikenal atau belum ada namanya. Luar biasa alam Indonesia!
04 Agustus 2010

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...