Kompor berbahan pelat aluminium tersebut hasil temuan Bayu Himawan dan Achmad Witjaksono, yang sudah memiliki hak paten. Kompor sawit tersebut sudah mulai diproduksi perajin
di Purbalingga, Jawa Tengah, untuk diperdagangkan secara ekonomis atas izin Bayu dan Witjaksono.
”Orang kampung seperti saya pasti berani memakai kompor ini. Soalnya, kompornya seperti kompor minyak tanah. Enggak kaget lihatnya. Orang kampung saya takut pakai kompor gas. Rata-rata, seperti saya, masak pakai hawu (tungku) kayu bakar,” kata Ny Eneng Sumiati (43), warga yang hadir dalam acara penyerahan kompor tersebut di halaman Koperasi Petani Sawit di Kampung Samprog.
Ny Umdanah (34), warga lainnya, menambahkan, di kampungnya mudah mendapatkan biji sawit karena ada perkebunan sawit milik PTPN VIII. ”Banyak buah sawit yang tercecer. Saya juga punya pohon sawit,” ujarnya.
Prof Emil Salim yang hadir pada acara itu mengatakan, masyarakat harus mengembangkan semangat melawan kemiskinan. ”Manusia tidak dilahirkan miskin, tetapi dengan akal. Di sini ada sawit. Biji sawit dapat menjadi bahan bakar. Jadi, kenapa harus bergantung pada minyak tanah atau elpiji yang sulit mendapatkannya karena jauh dari jaringan distribusinya,” tutur Emil.
Menurut Bayu, kompor berisi 200 gram biji sawit kering akan menghasilkan nyala api selama 50 menit. Satu kilogram biji sawit kering menghasilkan nyala api selama 250 menit atau 4 jam 10 menit. Harga biji sawit per kilogramnya Rp 4.500. Atau, jika setiap keluarga aktivitas memasaknya tiga jam per hari, keluarga tersebut hanya perlu memiliki satu pohon kelapa sawit.
Selain memperkenalkan kompor sawit tersebut, anggota koperasi petani sawit berencana memproduksi dan memasarkan kompor tersebut di wilayah Bogor. Itu sebabnya, dalam acara pemberian kompor sawit stimulus tersebut, diundang pejabat atau aparat terkait. Di antaranya dari dinas sosial, transmigrasi, pembangunan daerah tertinggal, dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Aparat tersebutlah yang akan melakukan pelatihan dan bimbingan teknis untuk memberdayakan masyarakat agar memanfaatkan biji sawit. (RTS)
Bogor, 19 September 2009
No comments:
Post a Comment