Euphoria 4G
Rame-rame orang membicarakan jaringan telekomunikasi Fourth Generation (4G) ujung-ujungnya terhenti pada isu spektrum yang bisa dialokasikan. Seperti diketahui pada awalnya ada tiga kandidat standar teknologi 4G yaitu Ultra Mobile Broadband (UMB), WiMAX dan Long Term Evolution (LTE). Sejak Ultra Mobile Broadband (UMB) yang diinisiasi Qualcomm di-halt pada November 2008 lalu, tinggal dua kandidat 4G yang tersisa, yaitu WiMAX dan LTE. Dua kubu ini masih terus bersaing untuk merebut pasar, pendukung, operator dan regulasi. Untuk kasus di Indonesia, keduanya bakal tidak mudah dapat diimplementasikan dengan baik karena alokasi frekuensinya yang minim dan satunya lagi belum ditetapkan pemerintah.
Baik LTE maupun WiMAX menggunakan akses ganda yang relatif baru dibanding yang digunakan pada teknologi sebelumnya seperti TDMA dan CDMA. Teknologi baru tersebut yaitu OFDMA. Teknologi ini memanfaatkan akses ganda berdasarkan carrier frekuensi yang berpindah-pindah dan saling ortogonal satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu untuk menghasilkan performansi yang baik dan mudah dalam perencanaan radionya dibutuhkan bandwidth frekuensi yang lebih lebar. Menurut berbagai analisa setidaknya dibutuhkan 20 MHz per operator untuk teknologi OFDMA. Sedangkan spektrum WiMAX di Indonesia yang IEEE 802.16d hanya diberikan 15 MHz per blok. Maka mengakuisisi frekuensi untuk penggelaran teknologi 4G akan sangat mahal karena butuh bandwidth yang lebar.
Kasus Amerika Serikat
Verizon Wireless, salah satu operator terbesar di Amerika Serikat telah memastikan akan bergerak menuju 4G dengan Long Term Evolution (LTE). Operator tersebut telah memperoleh hak penggunaan blok spektrum di 700 MHz. Harga spektrum tersebut tidaklah murah yaitu sekitar $9,36 milyar atau 41,54 trilyun rupiah (dengan kurs IDR terhadap USD 10490). Menurut President Verizon, penggelaran LTE akan dilaksanakan pada semester kedua 2010. Cakupan layanannya akan melingkupi 20 sampai dengan 30 wilayah negara bagian di Amerika Serikat yang diperkirakan bakal tercapai pada akhir 2013. Dari sisi pelanggan Verizon akan menggandeng terminal LG yang menggunakan OS Android.
Berbeda dengan Verizon, Sprint yang mendapatkan frekuensi di 2,5 GHz bersiap menggelar layanan WiMAX dengan merk Xohm. Belum diketahui kapan dilaksanakan penggelaran akan dilakukan. Bila jadi bergabung dengan Clearwire mereka akan mendapatkan cakupan nasional dengan total spektrum sebesar 120 MHz. Ini akan memungkinkan pengguna dapat mengunduh data antara 6 sampai dengan 15 Mbps.
AT&T yang juga mendapatkan spektrum di 700 MHz yang berencana menggelar LTE pada 2011. Hingga saat ini AT&T masih memasarkan layanan pita lebar melalui teknologi HSPA dan HSPA+ dan tidak terlalu buru-buru melompat ke LTE. Sementara ini dijanjikan LTE akan mampu membawa data dengan kecepatan 170 Mbps, sedangkan dengan HSPA data yang mampu dibawa adalah 20 Mbps.
Dimana frekuensi LTE?
Terus di frekuensi yang mana spektrum LTE di Indonesia akan dialokasikan? Kalau kita lihat peta pemanfaatan frekuensi di Indonesia hampir semua spektrum yang digunakan untuk telekomunikasi telah digunakan. Berikut ini adalah yang saya ingat:
- frekuensi 450 MHz ditempati sistem CDMA
- frekuensi 800 MHz digunakan sistem CDMA
- frekuensi 900 MHz digunakan sistem GSM
- frekuensi 1800 MHz digunakan sistem GSM
- frekuensi 1900 MHz digunakan sistem CDMA dan 3G
- frekuensi 2,3 GHz untuk sistem BWA,
- frekuensi 2,4 GHz untuk ISM,
- frekuensi 2,5 GHZ untuk BWA,
- frekuensi 3,3 GHz di BWA dan
- frekuensi 3,4 – 3,7 GHz untuk sistem satelit.
Mungkin frekuensi 700 MHz masih dapat dialokasikan untuk LTE. Tapi di sana masih ada pengguna lain yaitu operator televisi siaran.
Penulis: Hazim Ahmadi
No comments:
Post a Comment