Monday, November 22, 2010

E-Money, Transaksi Gaya Baru

KINI, membawa uang jutaan rupiah dalam dompet makin langka. Banyak orang memilih menyimpan uang dalam kartu plastik, seperti ATM, kartu debit, kartu voucher, kartu kredit, atau kartu pembayaran lain. Cara itu lebih praktis dan aman. Pemakaian uang menjadi lebih terkontrol dan optimal sampai ke rupiah terkecil.

Itu berbeda dari pemakaian uang kontan, yang hanya memiliki pecahan tertentu, yang menyebabkan kita sering menerima kembalian berupa permen jika tak ada pecahan kecil. Saat ini, pemakaian uang kontan biasanya tinggal untuk transaksi dengan nominal kecil atau di toko-toko yang belum mengadopsi teknologi pembayaran elektronik.

Terus Meningkat

Perkembangan teknologi yang kian maju memunculkan banyak inovasi yang mengarah ke penggunaan electonic money (e-money). Pemakaian kartu ATM (debit) untuk pembayaran sudah tak memerlukan edukasi. Hampir semua pemilik kartu itu tahu cara memanfaatkan dan mengoptimalkan kartunya untuk transfer uang, membayar belanjaan, atau membayar tagihan. Demikian pula dengan kartu kredit, rata-rata pemilik sudah tak perlu edukasi.

Menurut catatan Bank Indonesia, kartu ATM & kartu debit yang telah dikeluarkan hingga tahun 2009 sebanyak 41.151.850, sedangkan kartu kredit 12.259.295. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka itu menunjukkan peningkatan lebih dari 10%. Uang yang ditransaksikan pun triliunan rupiah (www.bi.go.id). Itu menunjukkan masyarakat makin familiar dan teredukasi perihal pemakaian kartu-kartu tersebut.

Tahap berikutnya dari kemajuan teknologi di bidang keuangan adalah alat pembayaran elektronik. Saat ini, kita sering melihat alat pembayaran model itu. Di toko-toko eceran modern, seperti Carrefour, sekarang sudah terpajang mesin pembaca dari BCA Flazz. Alfamart dan Indomaret pun sudah menjual voucher/kartu Flazz Prepaid. Kartu yang disediakan dari pecahan Rp 25.000 itu bisa digunakan sebagai kartu belanja selayaknya uang biasa.

Juga ada Kartu E-Toll dari Bank Mandiri yang bisa digunakan untuk transaksi bayar tol di Jakarta dan Bandung. Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini menuturkan saat ini pemegang Kartu E-Toll 150.000 dengan transaksi setiap bulan lebih dari 1 juta dengan nilai sekitar Rp 8,5 miliar. Angka itu diperkirakan meningkat pesat setelah penandatanganan kerja sama baru dari Mandiri dengan empat operator jalan tol baru.

PT Kereta Api tak mau kalah dalam mengadopsi teknologi itu. Kereta api Jabodetabek saat ini sedang dalam tahap persiapan penerapan pemakaian e-money berupa kartu mirip Kartu E-Toll. Bekerja sama dengan PT Telkom yang mengantongi izin penyelenggaran electronic money & remmitance dari Bank Indonesia, kemungkinan dalam waktu dekat PT Kereta Api menerapkan teknologi itu untuk pengguna setia Prambanan Express (Pramex). Para pekerja komuter (Solo-Jogja) bakal tak perlu ribet lagi dengan antre beli tiket. Dengan kartu yang sama, kelak akan diintegrasikan untuk pembayaran di Trans Jogja dan Solo Batik Trans.

Semua itu sangat memungkinkan. Layanan transportasi akan terintegrasi. Masyarakat mendapat kemudahan moda pembayaran, keamanan, dan kenyamanan.

Negara Lain

Penggunaan e-money memang diawali dari negara maju, dari membayar tiket kereta, membayar tol, tiket bioskop, dan pembelian barang via web. Mereka telah teredukasi dengan baik dalam penggunaan. Wujud fisik e-money pun bisa bermacam-macam. Bisa berupa kartu, tetapi bisa pula perangkat lain seperti telepon seluler, gantungan kunci, atau benda-benda lain yang sudah disuntik dengan isian data keuangan. Benda itu juga bisa diisi ulang dengan nilai nominal tertentu.

Kini, negara seperti Kenya pun mulai akrab dengan e-money. Dengan sponsor Pemerintah Inggris (Department for International Development/DFID), mereka mengembangkan Mobile-Pesa (pesa dalam bahasa Swahili berarti uang). M-Pesa sangat sukses dikembangkan di negara yang bisa dikategorikan bukan negara maju itu. Mereka bisa melakukan transfer uang, tarik tunai, dan kegiatan keuangan sederhana lain dengan aplikasi sederhana yang dikembangkan Vodafone itu. Kesuksesan di Kenya mendorong pengembangan fitur serupa untuk Tanzania dan Afganistan. Sekarang, lazim seorang petani pergi ke sebuah toko kecil sambil membawa telepon seluler untuk mengambil uang yang dikirimkan sang anak.

Malaysia memiliki PosPay yang bisa digunakan untuk pembayaran tagihan, isi ulang pulsa, isi ulang internet, belanja online, dan lain-lain. Para pahlawan devisa kita di Hong Kong juga sangat familiar dengan Octopus Card. Kartu yang dijual mulai dari 20 dolar Hong Kong itu bisa digunakan untuk membayar parkir, naik trem, hingga belanja barang nyata. Kartu itu dikalim sudah tersebar lebih dari 14 juta.

Jepang adalah negara paling “digital” dalam urusan keuangan. Hampir semua lini transaksi sudah mengadopsi e-money. Keunggulan teknologi dan sumber daya manusia di negeri itu memang memungkinkan untuk melaju.

Penerapan e-money dan turunannya jelas akan menyebabkan efisiensi bagi pemilik, penjual, dan pemerintah. Negara-negara sudah menerapkan e-money, dan sejauh ini dampak negatifnya relatif sedikit. Negara kita pun semestinya mampu menerapkan teknologi itu demi tata kelola yang makin efisien, tanpa kebocoran, makin teratur, dan teradministrasikan dengan baik.

Penulis: Taryoko, Senior Instruktur Learning Center PT Telkom, peserta Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang

18 Okt 2010
Source:http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=127049

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...