Pendidikan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam sangat minim diajarkan di sekolah-sekolah. Akibatnya, siswa tidak banyak tahu cara bertindak yang tepat saat terjadi bencana. Padahal, pengetahuan ini sangat penting untuk mengurangi risiko saat terjadi bencana alam.
S Hamid Hasan, Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (4/9), mengatakan bahwa kurikulum pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah minim berorientasi kepada kehidupan.
”Pembelajaran di kelas difokuskan pada penguasaan ilmu semata, bukan bagaimana mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Hamid Hasan.
Akibatnya, setiap kali terjadi bencana, seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran, siswa terbiasa panik yang bisa mengancam keselamatan mereka.
”Pembelajaran kesiapsiagaan menghadapi bencana itu tidak mesti dalam mata pelajaran khusus. Itu bisa diajarkan di mata pelajaran apa saja, misalnya Geografi. Yang penting, siswa diajarkan terus-menerus,” ujarnya.
Minim di buku pelajaran
Hari Risnanda, guru Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Jakarta, menyatakan, pembelajaran soal peringatan dini atau early warning system menghadapi bencana di buku pelajaran sekolah memang minim. Untuk itu, guru yang perlu berinisiatif untuk bisa menambah pengetahuan siswa soal bagaimana prosedur penyelamatan diri yang benar ketika terjadi bencana.
”Pembelajaran bagaimana menghadapi bencana biasanya terbatas, pas ada materi pelajaran itu saja. Lagi-lagi itu tergantung gurunya, apa cuma sebatas pengenalan jenis-jenis gempa atau juga secara rinci menyampaikan panduan bagaimana bersikap saat terjadi gempa,” tutur Hari.
Loula Maretta dari Green Education mengatakan bahwa sekolah perlu membangun pembiasaan menghadapi bencana, mulai dari gempa bumi, kebakaran, hingga kerusuhan. Karena Indonesia rawan bencana alam, setiap warga negara, termasuk siswa, mesti tahu bagaimana cara bisa meloloskan diri secara tepat supaya tidak menambah korban bencana.
”Di sekolah-sekolah alam, pelajaran dan pelatihan menghadapi bencana itu selalu dilakukan. Dengan demikian, siswa tidak panik dan bisa mengambil langkah tepat saat terjadi bencana,” kata Loula. (ELN)
Sabtu, 05 September 2009
Source: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/05/03205499/pendidikan.kesiagaan.bencana.sangat.minim
Membantu Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Dalam Penerapan Sustainable Finance (Keuangan Berkelanjutan) - Environmental & Social Risk Analysis (ESRA) for Loan/Investment Approval - Training for Sustainability Reporting (SR) Based on OJK/GRI - Training for Green Productivity Specialist (GPS) by APO Methodology. Hubungi Sdr. Leonard Tiopan Panjaitan, S.sos, MT, CSRA, GPS di: leonardpanjaitan@gmail.com atau Hp: 081286791540 (WA Only)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Draft Laporan GP (Green Productivity): Project Improvement Dalam Meningkatkan Jumlah Wisatawan Berbasis Agrowisata di Desa Sindangjaya Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur
This draft written by Leonard Tiopan Panjaitan, MT, GPS 1. Project Title Page Project Title: GP (Green Productivity) Project Improve...
-
Jurnal pendampingan masyarakat ini ditulis oleh: Leonard Tiopan Panjaitan, (Konsultan di Trisakti Sustainability Center - TSC) , Ajen Kur...
-
Jurnal pendampingan masyarakat ini ditulis oleh: Leonard Tiopan Panjaitan (Konsultan di Trisakti Sustainability Center - TSC) , Ajen Kurniaw...
-
Catatan: Opini ini pertama kali ditulis pada September 2024 oleh Leonard Tiopan Panjaitan, MT, CSRA, GPS Pendahuluan Jakarta sebagai pusat...
No comments:
Post a Comment