"Banyak kekurangan dan kelemahan peta SNI sehingga perlu adanya updating untuk mengembangkan peta bahaya nasional," ungkap Prof.Widiadnyana Merati, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Iptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi saat diskusi "Peta Zonasi Gempa Indonesia Terpadu Untuk Membangun Kesiapsiagaan Masyarakat" di kantor BPPT Jakarta, Selasa (21/7).
Prof. Widiadnyana memaparkan, diperlukan identifikasi terhadap sumber-sumber gempa, pemetaan patahan, tinjauan sejarah serta analisis memadai untuk rekomendasi besarnya getaran gempa dalam bentuk peta zonasi gempa yang baru di Indonesia. "Untuk dijadikan acuan pengamanan bangunan dan infrastruktur serta pengurangan jumlah korban jiwa akibat gempa," ucapnya.
Peta SNI tersebut, lanjut Widiadnyana, perlu dikembangkan dengan melihat kondisi terbaru dari tektonik, seismisitas, dan pergerakan lempeng dan patahan yang lebih akurat.
"Peta zonasi gempa terdahulu di dasarkan pada input dari data historis gempa, geologi gempa, tektonik, geodesi, dan seismologi gempa yang tidak sama dan belum dilengkapi dokumentasi yang memadai," ungkapnya.
Penyempurnaan peta tersebut, tambahnya, dapat dilakukan mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya peningkatan jumlah data baru dalam bidang seismologi seperti patahan-patahan baru serta gerakan lempengan-lempengan bumi.
Selain itu, kata dia, para seismolog telah mengembangkan model-model patahan serta skenario mekanisme pergerakan lempengan. "Penyempurnaan dalam bidang analisis probalistik diharapkan dapat memberikan prediksi besaran gempa yang akurat," ujarnya.
JAKARTA, KOMPAS.com -http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/21/12175945/peta.zonasi.gempa.indonesia.perlu.direvisi
1 comment:
hey hey hey apakah green citizen juga beraksi dalam masalah gempa?apakah ada film seperti climate change namun mengenai gempa?
Post a Comment