Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan saat dihubungi detikFinance, Minggu (23/8/2009)
"Rasio mal dengan penduduk di Indonesia masih besar, sekarang ini rasionya saja masih satu banding ratusan ribu,"katanya.
Menurutnya perkembangan pembangunan mal di Tanah Air tidak terlepas dari bisnis retail. Saat ini pertumbuhan ritel di Indonesia termasuk yang tertinggi ketiga di dunia namun masih jauh kalah dibawah China. Sehingga kata dia, tidak mengherankan kalau banyak ritel asing yang akan masuk ke Indonesia.
"Hong Kong yang kecil begitu saja sudah ada 200 mal, sedangkan kita yang negaranya besar saja jumlahnya hampir sama 200 juga. Di Hong Kong mal dibangun dengan belasan lantai," katanya.
Bahkan di negara-negara miskin seperti India, lanjut Stefanus, pusat-pusat perbelanjaan dibangun sangat apik dan mewah karena ditopang oleh pasar India dan berkembangnya segala industri disana misalnya kota Mumbai, New Delhi.
Untuk di Tanah Air mecontohkan tingkat pertumbuhan mal di setiap daerah sangat jomplang misalnya, di Bandung yang penduduknya relatif tidak terlalu padat justru rasio malnya relatif sempit dari Jakarta, bahkan di Jawa Timur termasuk Jakarta rasio pendirian mal dengan jumlah penduduk rasionya masih longgar.
"Sebenarnya rasio mal kalau pun sudah mencapai 1: 50.000 orang, itu masih bagus," katanya.
(hen/qom)
Jakarta, 23 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment