Praktik industri kreatif mengalami eskalasi pascakrisis ekonomi yang terjadi pada 1997. Salah satu titik yang banyak memunculkan usaha jenis ini adalah Kota Bandung. Sebagai suatu hukum, kondisi sosial-ekonomi di Kota Bandung saat itu telah merangsang masyarakat, khususnya kaum muda yang memang memiliki sejarah panjang dalam persoalan kreativitas, untuk menemukan ide-ide solutif guna mengakhiri kebuntuan kondisi yang tengah mereka hadapi.
Sebagai hasil, dari tangan cekatan kaum muda lahir dan berkembanglah unit-unit usaha di bidang fashion (distribution outlet/distro, clothing), musik (independent recording lable/indie lable) dan usaha lain yang digerakkan kreativitas kaum muda. Di samping dua bidang tersebut, sektor lain yang dikategorikan industri kreatif adalah arsitektur, periklanan, barang seni (lukisan, patung), kerajinan, desain, permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan-percetakan, layanan komputer dan peranti lunak, radio dan televisi, riset dan pengembangan, serta film-video-fotografi.
Kelompok ini membangun industri kreatifnya tidak semata mempertimbangkan aspek peluang bisnis ataupun keuntungan, tetapi juga nilai kolektivitas, propaganda, serta perlawanan dan perjuangan. Realitas sosial yang sarat dengan permasalahan telah memantik mereka untuk mempersatukan diri dan berjuang menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik menurut kacamata mereka.
Media perjuangan
Industri kreatif, terutama di bidang fashion, musik, dan penerbitan, dijadikan kelompok ini sebagai media perjuangan sekaligus pendukung perjuangan dari segi finansial. Atas dasar itulah, tak jarang kita menemukan kaus-kaus dengan gambar ataupun tulisan yang mempertanyakan setiap kejanggalan dalam realitas keseharian yang mereka hadapi.
Di Amerika Serikat, dalam sejarahnya hadir kelompok musik Rage Against the Machine (RATM) dengan lirik-lirik lagunya yang pedas mengkritik pemerintah. Bahkan, lebih dari itu, eksistensi mereka kerap dikaitkan dengan kelompok petani bersenjata yang memperjuangkan hak atas tanah di Meksiko, Zapatista.
Sementara di Jakarta kita mengenal komunitas punk Taring Padi dan Marjinal yang banyak memproduksi kaus-kaus satire serta lagu-lagu yang liriknya bermuatan nilai kemanusiaan dan perlawanan. Di bidang penerbitan dan toko buku, muncul kemudian label-label baru, seperti Resist Book dan Insist Press di Yogyakarta, Ultimus di Bandung, dan masih banyak yang lain.
Meskipun demikian, jumlah kelompok anak muda yang menjadikan industri kreatifnya sebagai metode perjuangan sangat terbatas. Sebagian besar memaknai industri kreatif tak lebih dari gerbang awal memasuki dunia bisnis. Dalam merintis kariernya, bukanlah hal yang tabu bagi kalangan mayoritas ini untuk mempraktikkan teori bisnis kapitalisme.
Hari ini arus utama industri kreatif telah masuk dalam labirin kapitalisme. Wacana industri kreatif telah diambil alih dan terus diproduksi oleh kapitalis untuk menggerakkan pemuda yang energik dan sarat kreativitas guna menjadi agen kaum pemodal supaya dominasi dan hegemoninya atas dunia tetap terkukuhkan.
Kini industri kreatif yang digerakkan pemuda sebagai jawaban atas ketiadaan lapangan kerja akibat kegagalan pemerintah yang prokapitalis dan berpotensi kuat menjadi media perjuangan dalam menuntut keadilan sosial telah didorong menjadi semacam cairan infus untuk memulihkan kondisi kapitalisme yang tengah sakit dilanda krisis global.
Krisis global
Krisis sejatinya merupakan "anak kandung" dari kapitalisme. Sepanjang sejarahnya, prinsip ekonomi yang tidak berkeadilan yang dibangun kapitalis telah sekian kali membawa umat manusia ke jurang krisis. Sebagai contoh adalah krisis global yang hari ini melanda dunia, yang konon disebut-sebut para ahli sebagai krisis terparah sejak krisis hebat yang terjadi tahun 1930.
Krisis kali ini berpusat langsung di jantung kapitalis dunia, yaitu Amerika Serikat. Yang menjadi lantaran adalah kredit macet di sektor perumahan kelas dua (subprime mortgage) yang diperparah oleh kekacauan pasar modal akibat spekulasi para pialang.
Hakikat dari krisis ini adalah terjadinya kelebihan produksi akibat radikalisasi industri dan meningkatnya kualitas pertentangan sesama kapitalis. Ketidakberdayaan pasar dalam menyerap komoditas kapitalis yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat, yang juga lantaran pengisapan kapitalis, telah menciptakan kondisi di mana modal tidak bergulir menjadi keuntungan karena tertahan dalam bentuk barang.
Kedudukan AS sebagai pusat perputaran uang dunia kemudian secepat kilat menyebarluaskan krisis yang terjadi di dalam negerinya ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Baik di AS maupun di belahan bumi lain, unit-unit usaha terguncang dan sejumlah langkah antisipatif diambil guna menghindarkan mereka dari kebangkrutan.
Kondisi ini telah membuat rakyat di seluruh dunia semakin sengsara sehingga lebih sensitif dan bisa dengan sangat mudah mengekspresikan kesusahannya dengan jalan demonstrasi. Pemerintah dan kapitalislah yang banyak dipersalahkan dalam maraknya kasus pemutusan hubungan kerja, melambungnya harga kebutuhan pokok, dan lain-lain.
Menghadapi kondisi krisis, kaum muda yang identik dengan energi yang berlebih dan tingkat kelabilan yang lebih tinggi jelas merupakan ancaman terhadap kapitalis. Setelah serangan di sektor budaya dilakukan kapitalis sejak lama melalui media informasi, hari ini potensi perlawanan pemuda dalam usaha produksi kreatif telah diredam melalui propaganda industri kreatif ala kapitalis dan kemudian menjadikan pemuda sebagai agen untuk menjalankan roda ekonominya.
Dengan propaganda industri kreatif yang sarat dengan nilai kapitalisme, pemuda dijauhkan dari nilai perjuangan dan perlawanan dalam industri kreatifnya.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana nasib rakyat yang tertindas saat gerakan pemuda yang dalam sejarahnya selalu menjadi pemantik dan pendorong perubahan sosial hari ini justru terjebak dalam labirin yang dibangun musuh, bahkan lebih jauh menjadi tentara musuh?
Jika tidak ingin kondisi bangsa lebih buruk, pemuda harus berjuang mengeluarkan industri kreatifnya dari labirin musuh tersebut, lalu mendudukkannya kembali sebagai alat perjuangan dan perlawanan.
01 Oktober 2009
Penulis: ANDI NURRONI - Staf Departemen Pendidikan Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan UPI
Source:http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/01/10594428/.industri.kreatif.dan.kaum.muda
Membantu Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Dalam Penerapan Sustainable Finance (Keuangan Berkelanjutan) - Environmental & Social Risk Analysis (ESRA) for Loan/Investment Approval - Training for Sustainability Reporting (SR) Based on OJK/GRI - Penguatan Manajemen Desa dan UMKM - Membantu Membuat Program dan Strategi CSR untuk Perusahaan. Hubungi Sdr. Leonard Tiopan Panjaitan, S.sos, MT, CSRA di: leonardpanjaitan@gmail.com atau Hp: 081286791540 (WA Only)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke
| Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...
-
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sangat sepakat mengenai ketentuan Bank Indonesia (BI) untuk membuat standarisasi sistem pembayaran pada...
-
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk menghentikan masuknya produk kayu dari hasil p...
No comments:
Post a Comment