Wednesday, July 22, 2009

Barter Untuk Selamatkan Pohon

Ilmuwan mulai menggelar eksperimen ekosistem yang radikal, yakni membarter pohon ke daerah baru.



Greg O’Neill, seorang ahli genetika British Columbia Ministry of Forests and Range, sedang berupaya agar kawasan hutan di Amerika Utara diubah menjadi laboratorium lapangan untuk perubahan iklim.



Dengan bertolak dari secuil teori tentang adaptasi, dia berupaya mengembangkan uji coba berapa lama kiranya satu spesies pohon bisa bertahan dalam daerah dengan iklim yang tidak bersahabat.



Uji coba itu dimulai dari pohon kayu western larch yang kayunya mempunyai alur tebal dan daunnya menyerupai jarum-jarum hijau. Pepohonan tersebut banyak tumbuh di sekitar lembah dan tebing curam di pegunungan Amerika Utara. Sekarang, ahli kehutanan asal Kanada berusaha membesarkannya di wilayah yang lebih dingin, yakni di sekitar lingkaran Kutub Utara.



Beberapa jenis bibit yang juga dimulai dipindahkan adalah pohon yang senang tumbuh di daerah lembab seperti cemara sitka dan western red cedar yang biasa tumbuh di hutan hujan pesisir British Colombia. Sekitar 20%-30% spesies dunia saat ini menghadapi kepunahan. Mungkin pada 2100 saat suhu permukaan global naik sesuai dengan estimasi laporan IPCC, upaya konservasi tidak sanggup memenuhi tuntutan adaptasi dari perubahan iklim.



Itu sebabnya eksperimen yang radikal mulai bermunculan. Memindahkan bibit seperti yang dilakukan O’Neill amat dibenci beberapa penggiat konservasi. Upaya semacam itu dinilai mendahului mekanisme alam.



Dua dekade lampau, remis zebra (Dreissena polymorpha) yang tanpa disengaja terintroduksi ke Great Lakes kini menjadi hama. Akibatnya, setiap tahun jutaan remis tersebut menyumbat pipa air. Namun kalangan yang mendukung eksperimen O’Neill justru berpendapat upaya memindahkan pepohonan termasuk strategi intervensi yang bertanggungjawab. Apabila tidak dipindahkan, pepohonan ini mungkin rontok akibat meluasnya hama yang terpicu oleh pemanasan global.



“Sebatang pohon yang ditanam hari ini seharusnya bisa beradaptasi terhadap iklim 80 tahun ke depan, jangan cuma iklim hari ini saja,“ tegas Greg O’Neill seperti dikutip kantor berita AP. Menurut dia, strategi kehutanan sudah saatnya memikirkan tantangan jangka panjang. Itulah alasan ia menggelar eksperimen pemindahan pohon, teknik yang dalam ilmu kehutanan dikenal juga dengan nama “migrasi dengan bantuan”.



“Tentunya, kami ingin agar spesies berpindah secara alami, tetapi pada kondisi tertentu hal itu tidak akan terjadi sebab beberapa spesies terisolasi dan kondisi membuatnya terperangkap, “imbuh ahli biologi konservasi Stuart Pimm.



Gagasan untuk merelokasi spesies sebagai langkah pre-emptive strike terhadap perubahan iklim sesungguhnya berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kelompok ilmuwan sudah menerapkan “migrasi dengan bantuan” dalam skala terbatas.



Contohnya, beberapa sukarelawan tahun lalu menanam pohon langka jenis torreya yang biasa tumbuh di iklim panas Florida, Amerika Serikat, di kawasan pegunungan Appalachian selatan, Amerika Utara. Sementara itu, ilmuwan di Kanada juga sudah memulai memindahkan pepohonan yang biasa tumbuh di Yukon, dekat Alaska, ke daerah yang lebih hangat di selatan Oregon, Amerika Serikat.



Intervensi



Di masa lampau, pemanasan bumi telah mendorong sejumlah spesies bermigrasi demi bertahan hidup tanpa bantuan manusia. Sebagian sanggup beradaptasi dengan lingkungan baru, sementara sisanya punah. Dengan diperhadapkan pada perubahan iklim yang lebih dasyhat, ilmuwan beranggapan bahwa spesies tidak memiliki kemampuan untuk berpindah ke lingkungan baru. Itu sebabnya perlu sedikit bantuan manusia untuk menjaga keragaman hayati yang tersisa.



Di Amerika Utara, sejumlah spesies mulai bergerak ke daerah dingin di utara. Kupu-kupu Edith’s checkerspot yang mulai lenyap dari wilayah selatan sekarang sudah berpindah 75 mil ke daerah pegunungan. Adapun rubah merah juga telah hijrah ke Kanada Utara dan mengusir kawanan rubah kutub.



Dalam kelompok tumbuhan, hutan cemara kini menyerbu pada rumput Kutub Utara dan berdampak pada kehidupan karibu dan biri-biri yang menghuni kawasan tersebut. Tahun lalu, untuk menjamin adaptasi tumbuhan terhadap iklim, pemerintah British Columbia mulai menanam bibit pohon pada ketinggian 1.600 kaki di atas habitat mula-mula. Mereka berupaya mempelajari bagaimana manusia bisa membantu pepohonon pindah ke kawasan lebih dingin menyusul memanasnya suhu permukaan akibat perubahan iklim.



Musim semi kali ini, penanaman sudah dilakukan sekitar kawasan selatan British Columbia dan lahan privat di sekitar Pegunungan St.Helens. Tiap kawasan ditanami 3.000 bibit dan menurut rencana lima tahun kemudian ilmuwan akan kembali mengamati dan mendokumentasikan pertumbuhannya. Sementara itu, keseluruhan proyek mencakup 48 plot sekitar British Columbia, Washington State, Oregon, Montana, dan Idaho. Masing-masing akan menjadi lapangan uji coba bagi 15 spesies pohon untuk beradaptasi pada suhu yang lebih dingin dan hangat daripada biasanya.



Penulis: Clara Rondonuwu

Sumber: Harian Media Indonesia, Selasa-21 Juli 2009, Hal.21

Link:http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=595:barter-untuk-selamatkan-pohon&catid=7:green-product&Itemid=12

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...