Berdasarkan pemantauan cuaca sejak Mei lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi El Nino akan menguat pada November hingga Januari 2010. Dampak anomali cuaca adalah berupa kurangnya hujan di timur, tengah, dan sebagian barat wilayah Indonesia.
Sebagian besar Sumatera tidak terpengaruh El Nino, kecuali Lampung, tutur Kepala BMKG Sri Woro B Harijono di Jakarta, Jumat (17/7). El Nino dalam kategori kuat ditandai dengan meluasnya ”kolam panas” atau perairan di barat Pasifik yang mengalami kenaikan suhu muka laut di atas rata-ratanya.
”Namun, Juli hingga Agustus mendatang El Nino masih dalam kategori lemah,” ujarnya. Ini ditunjukkan dengan suhu perairan dan tekanan udara di Indonesia yang masih sama dengan suhu perairan Pasifik Tengah. Oleh karena itu, tidak terjadi aliran massa uap air ke Pasifik Tengah.
Demikian pula perairan di kawasan barat dan selatan Indonesia pada Juli ini juga masih hangat. Hal ini memengaruhi suplai air bagi kawasan barat, terutama Sumatera dan Jawa.
El Nino akan masuk ke tingkat moderat pada September dan berlangsung hingga Oktober 2009. Anomali ini akan memberi pengaruh yang kuat November mendatang,” kata Sri Woro.
Pengaruh El Nino terhadap curah hujan selama Oktober 2009 hingga Januari 2010, lanjutnya, dapat diketahui berdasarkan kondisi suhu perairan Indonesia yang baru akan terprediksi awal Agustus 2009.
Kepala Bidang Informasi Perubahan Iklim BMKG Soetamto mengatakan, peluang menguatnya El Nino ini baru dapat dipastikan sebulan lagi, pada akhir Agustus 2009. ”Dasar penentuannya adalah selama tiga bulan berturut-turut terjadi anomali suhu 0,5 derajat celsius di atas rata-rata normal. Kini sudah berlangsung dua bulan,” ujarnya.
Sri Woro menjelaskan, peluang terjadinya El Nino dalam kategori kuat mulai November mendatang juga diprediksi oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA). Adapun Jamstec Jepang dan BOM Australia telah memprediksikan El Nino hanya mengarah ke tingkat moderat.
El Nino berdampak secara signifikan terhadap minimnya suplai air bagi pertanian dan ancaman bahaya kebakaran lahan dan hutan.
Sekarang ini minimnya uap air di udara mulai dirasakan ketika malam hari terasa lebih dingin daripada masa sebelumnya.
El Nino yang menyebabkan musim kemarau panjang pernah terjadi paling parah pada tahun 1997.
Saat itu hingga November belum masuk musim hujan sehingga berdampak pada pergeseran musim tanam.
Menurut Soetamto, BMKG memperkirakan El Nino tahun 2009 ini tidak separah yang terjadi pada tahun 1997. Namun, tetap perlu diantisipasi dengan menghemat sumber daya air dan waspada terhadap ancaman bahaya kebakaran.
Kepala Pusat Kajian Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim Institut Pertanian Bogor Rizaldi Boer mengatakan, pemerintah perlu mewaspadai ancaman puso pada masa tanam padi kedua tahun 2010.
”Kita belum tahu peluang pertumbuhan El Nino. Tetapi, perlu antisipasi menghadapi kemungkinan mundurnya awal musim tanam,” katanya.
Sri Woro juga menambahkan, musim hujan tahun 2009 hingga 2010 akan dimulai September di Lampung, Musi Banyuasin, Bengkulu, dan Bengkalis.
Namun, sebagian besar wilayah Zona Prakiraan Musim (ZPM), yaitu 128 zona atau 58 persen, akan memasuki musim hujan pada November mendatang. Dibandingkan dengan normalnya sebagian besar atau 55 persen ZPM awal musim hujan akan mundur.
Jakarta, Kompas -Sabtu, 18 Juli 2009 | 04:21 WIB
No comments:
Post a Comment