Menurut Direktur First Media, Dicky Mochtar, harga itu sudah melakukan kajian analisis komprehensif agar akses layanan bisa cepat dinikmati masyarakat. Dengan demikian, investasi mahal yang telah dikeluarkan perusahaan milik grup Lippo itu bisa kembali sesuai dengan rencana bisnis.
"Di tahun pertama kami harap bisa meraih 150 sampai 300 ribu pelanggan Wimax di Jabotabek dan Banten dengan biaya akses berlangganan Rp 100 ribu," ujarnya seusai peresmian pemenang BWA di gedung Depkominfo, Jakarta, Jumat (31/7/2009).
First Media sendiri menawar frekuensi di zona tersebut senilai Rp 15,16 miliar untuk satu blok 15 MHz. Nilai itu cuma up front fee untuk biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dengan total setiap tahunnya Rp 121,201 miliar dalam setahun.
Frekuensi tersebut menjadi hak guna First Media selama 10 tahun dengan nilai total BHP yang harus disetor ke negara sejumlah Rp 1,23 triliun.
Dengan harga frekuensi yang sedemikian tinggi, Dicky mengakui, awalnya akan sulit untuk memasarkan akses internet dengan harga murah jika mengacu pada jumlah pelanggan saat ini. Namun ia percaya harga akan terus turun seiring meningkatnya akses dan jumlah pelanggan.
"Dengan demand yang tinggi dan berkaca pada pertumbuhan pengguna internet lima tahun terakhir, kami yakin harga yang dianggap mahal akan jadi murah jika penggunanya berlipat ganda," pungkasnya.
First Media sendiri masih dalam tahap mempersiapkan jaringan dan perangkat terminal pelanggannya. Perusahaan yang punya afiliasi dengan Direct Vision (penyedia siaran berbayar Astro) ini akan menggandeng sejumlah perusahaan yang mampu memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 40% untuk base station dan 30% untuk modem pelanggan.
"Mudah-mudahan kuartal keempat tahun ini sudah bisa mulai jalan," tandas Dicky.
Jakarta - Jumat, 31/07/2009 19:04 WIB
No comments:
Post a Comment