"Kalau harga ritel internetnya mahal berarti kami gagal," sergah Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh saat meresmikan delapan pemenang tender BWA di gedung Depkominfo, Jakarta, Jumat (31/7/2009).
Delapan pemenang tender itu adalah Berca Hardayaperkasa, First Media, Internux, Telkom, Indosat Mega Media, Jasnita Telekomindo, Rahajasa Media Internet. (a/n Konsorsium Wimax Indonesia), dan Konsorsium Comtronics Systems dan Adiwarta Perdania.
Jika ditotal, harga frekuensi yang mereka tawarkan melonjak sampai sembilan kali lipat dari total harga dasar 15 zona senilai Rp 52,35 miliar. Itu berarti total satu blok (1 x 15 MHz) laku terjual Rp 26,17 miliar.
Harga frekuensi termahal ada di zona 4 yakni Jakarta, Banten , Bogor, Tangerang, dan Bekasi senilai Rp 15,16 miliar per bloknya.
Itu belum termasuk biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan upfront fee. Jika dihitung-hitung, untuk menyewa frekuensi dan BHP, pemenang zona 4 harus membayar Rp 121 miliar dalam setahun.
Sebagai pemenang zona termahal itu, First Media dan Internux, keduanya mengklaim telah melakukan analisa dan hitung-hitungan bisnis yang komprehensif sebelum memutuskan untuk menawar lisensi frekuensi BWA di zona tersebut dengan harga selangit.
"Ini merupakan tujuan nasional supaya akses internet bisa banyak yang bisa memakai. Kita punya analisa dan optimisme agar pemakaian internet bisa berlipat ganda. Kalau hitungan bisnisnya semua masuk," sergah kedua pihak, senada. ( rou / wsh )
Jakarta, 31 Juli 2009
No comments:
Post a Comment