Monday, July 27, 2009

TI Masih Dianggap Bikin Kantong Bolong

Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi andalan produk ekspor Indonesia. Namun, para pelaku UKM perlu didorong untuk memanfaatkan penggunaan teknologi informasi (TI) agar produknya mampu bersaing dengan negara lain.

"Potensi sektor UKM kita sangat besar, tapi belum didukung pemakaian TI yang memadai, mereka masih beranggapan menggunakan TI itu mahal," kata Senior
Industry Advisor Senada USAID, Farid Ma'ruf kepada wartawan dalam acara "Industry Attachment Program (IAP) di Hotel Sheraton Mustika di Jl Solo, Yogyakarta, Senin (27/7/2009).

Menurut Farid, sektor UKM perlu didorong agar memanfaatkan TI sehingga produk ekspor yang dihasilkan mempunyai daya saing. Pemanfaatan TI selain bisa
meningkatkan inovasi, juga mampu meningkatkan produktifitas produksi, efisiensi kerja, efisinsi biaya, waktu sehingga kinerja menjadi cepat, tepat dan murah.

Dia mencontohkan, sebuah UKM yang bergerak di bidang furniture di Yogyakarta yang menggunakan aplikasi komputer untuk kebutuhan modeling. Sehingga kinerja menjadi cepat, tepat dan murah. Mereka dalam membuat modeling tidak lagi dengan membuat contoh produk kemudian dikirimkan ke calon pembeli, tapi model atau contoh produk di foto kemudian dikirimkan menggunakan email atau website sehingga lebih cepat dan efisien.

"Kita bekerjasama dengan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk membantu UKM, karena mereka beranggapan penggunaan TI itu mahal dan tidak banyak tersedia tenaga kerja yang punya kemampuan di bidang TI," kata Farid didampingi Direktur Pemasaran Cisco Indonesia, Kurnijatnto E. Sanggono.

Untuk program tersebut kata Farid, pihaknya menggandeng 100 mahasiswa dari 6 perguruan tinggi untuk magang di 85 UKM. Selama 77 hari, mereka magang di
berbagai sektor UKM baik perusahaan garmen, furnitur, kerajinan kulit, logam, footwear dan lain-lain di Jakarta, Yogyakarta, Solo, Surabaya dan Bali.

Para mahasiswa itu membantu secara teknis penggunaan TI misalnya untuk desain produk, aplikasi komputer untuk pembuatan model hingga membantu perusahaan dalam merencanakan investasi pada teknologi internet.

"Dari 100 orang mahasiswa itu yang berhasil menyelesaikan program dengan tepat dan seusai rencana sebanyak 61 mahasiswa, sedang sisanya gagal. Mereka
benar-benar magang membantu perusahaan menyelesaikan berbagai masalah," ungkap dia.

Farid menambahkan dari 61 peserta mahasiswa magang terpilih 13 orang nominator. Sebanyak 3 orang peserta IAP terpilih dengan roadmap terbaik karena mampu
memberikan nilai tambah perusahaan.

Tiga orang itu, Irma Susanti (UGM) mendesain roadmap tentang bagaimana mengembangkan kapabilitas jalur inventori dan kalkulasi biaya yang diperuntukkan bagi sebuah perusahaan furnitur ramah lingkungan.

Kedua, Maria Tjahyadi (Universitas Ciputra) magang di perusahaan garmen di Bali untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah disaster recovery plan yang memungkinkan operasional perusahaan untuk dapat bertahan saat terjadi kegegalan total.

Ketiga, Pribadi Yogaswara (UGM) yang berhasil merancang solusi untuk membantu perushaan garmen lokal dalam mensinkronkan operasional jaringan kantor cabang dan toko-tokonya dengan memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi.
( bgs / ash )

Yogyakarta -Senin, 27/07/2009 15:25 WIB
Bagus Kurniawan - detikinet

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...