Sunday, July 19, 2009

KEKERINGAN Jangan Memaksa Menanam Padi

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Iwan Nursyirwan menegaskan, karena musim kemarau sudah datang, sebaiknya petani mematuhi pola tanam supaya nantinya tidak terjadi kegagalan panen.

”Jangan dipaksakan untuk menanam padi, jangan ada lagi gadu nekat. Lebih baik petani menanam palawija,” kata Iwan, Kamis (16/7), dalam Jumpa Pers Antisipasi Kekeringan Tahun 2009.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai memimpin rapat koordinasi terkait dampak El Nino di Kantor Presiden, Kamis, menegaskan, pemerintah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat fenomena iklim El Nino. Fenomena ini diperkirakan menguat menjelang akhir tahun, tetapi dampaknya belum dipastikan mengganggu pola tanam. Pemerintah juga optimistis produksi padi tetap dapat ditingkatkan meski kemarau panjang terjadi.

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan penanaman padi di lahan basah atau rawa yang airnya susut ketika musim kering. ”Persawahan lahan basah ini dikembangkan, antara lain, di Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah,” kata Presiden.

Presiden juga meminta Departemen Pertanian menyiapkan pendampingan teknis kepada petani jika fenomena El Nino mendatangkan kondisi abnormal. Sementara Departemen Pekerjaan Umum diminta memastikan semua waduk, penampungan air, dan sistem irigasi berfungsi baik menjelang musim kemarau.

Menurut Presiden, waduk-waduk di Pulau Jawa saat ini sudah dipastikan berfungsi baik dengan tampungan air lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008. Namun, di luar Jawa, antara lain Lampung dan Sulawesi Selatan, masih terjadi penyusutan air.

Taat pola tanam

Menurut Iwan, di setiap wilayah sungai sebenarnya sudah ada komisi irigasi, yang menentukan pola tanam para petani saat musim kemarau. ”Bila petani taat dengan pola tanam itu, seharusnya tak ada berita gagal panen dari sejumlah daerah,” katanya.

”Mekanismenya ada. Ada Panitia Tata Pengaturan Air di tingkat daerah, ada pula Perkumpulan Petani Pengguna Air. Jadi tinggal dibicarakan pola tanamnya,” kata Direktur Irigasi Departemen Pekerjaan Umum Imam Agus. Ia menekankan, dalam masa tanam, petani sebaiknya jangan salah pilih varietas tanaman. ”Bila kering, tanam palawija,” ujar Imam.

Berdasarkan pantauan hingga 30 Juni 2009, sebagian besar bendungan dalam kondisi normal, di antaranya Bendungan Juanda, Wadaslintang, Cirata, Saguling, dan Selorejo. ”Hanya dua bendungan yang volume airnya terhitung kering, yakni di Batutegi, Lampung, dan Bili-bili, Sulawesi Selatan,” ujarnya.

Secara umum, Iwan menegaskan, kemarau tahun ini dapat dikatakan kemarau basah. Namun, ada anomali cuaca yang dipengaruhi oleh perubahan iklim. ”Di Jawa misalnya, Mei lalu masih turun hujan lebat, tetapi sekarang di mana-mana mulai kekeringan,” kata Iwan.

Untuk menghadapi kurangnya air baku untuk air minum, Departemen Pekerjaan Umum menyiapkan distribusi pompa air berkapasitas 25 liter per detik. Di Indonesia barat disiapkan 150 unit pompa dan di wilayah timur disiapkan 36 unit pompa.

Mengapa kesulitan air untuk pertanian terus terjadi? Iwan Nursyirwan menjelaskan, saat ini dari 6,72 juta hektar daerah irigasi di Indonesia, baru 0,79 juta hektar atau 12 persen yang pengairannya dijamin bendungan.

”Kami akan meningkatkan kapasitas bendungan supaya sawah dapat ditanami tiga kali dalam setahun,” kata Iwan.

Pada periode 2005-2009, menurut Iwan, selesai dibangun 10 bendungan, yakni Bendungan Keuliling (Aceh), Lodan (Jateng), Kedungbrubus (Jatim), Benel (Bali), Pernek dan Tibu Kuning (NTB), Lokojange, Danau Tua, Haekrit (NTT), dan Ponre-Ponre (Sulsel). (DAY/RYO)

Jakarta, Kompas - Jumat, 17 Juli 2009 | 04:08 WIB

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/17/0408055/jangan.memaksa.menanam.padi

No comments:

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...