Showing posts with label Banking. Show all posts
Showing posts with label Banking. Show all posts

Monday, February 28, 2011

"Margin Perbankan RI Nomor 1 di Dunia"

 Bank Indonesia (BI) mengklaim bahwa margin perbankan Indonesia adalah yang paling tinggi di dunia. Hal ini disebabkan tidak adanya aturan yang secara jelas mengatur margin wajar perbankan.

"Margin perbankan kita paling tinggi di dunia," ujar Peneliti Utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Suhaedi dalam acara workshop Wartawan Ekonomi di Hotel Mansion Pine di Padalarang, Bandung, Sabtu (19/2/2011).


Lebih lanjut dia menjelaskan kalau perolehan laba yang diperoleh secara wajar atau berlebihan itu memang tidak ada aturan nya di Bank Indonesia. Hal itu menyebabkan perbankan dapat dengan bebas menentukan besaran margin yang diinginkan.

"Laba yang diperoleh wajar atau berlebihan, maksimalnya seperti apa itu tidak atur" tambahnya.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa nanti BI akan meluncurkan prime landing rate atau suku bunga dasar yang akan memberikan sosial responsibility (tanggung jawab sosial) serta menuntut transparansi perbankan. "Prime landing rate nanti akan akan memunculkan transparansi dan juga akan menimbulkan sosial responsibility (perbankan)," tandasnya.

Sekedar informasi, Bank Indonesia (BI) menyatakan kesiapan penuh untuk menerapkan peraturan base landing rate atau tingkat suku bunga dasar. Adapun peraturan base landing rate akan diterapkan hanya pada tingkat suku bunga dasar perbankan dan bukan pada tingkat suku bunga kredit.

"Saya menegaskan base landing rate itu bukan tingkat suku bunga kredit, tapi tingkat suku bunga dasar," ungkap Deputi Bank Indonesia Muliaman Hadad saat konferensi pers dengan wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (18/2/2010).

Lebih lanjut dia berharap semoga peraturan ini tidak menjadi momok yang menakutkan untuk perbankan tetapi memotivasi perbankan tersebut dan meningkatkan efisiensi perbankan

"Mudah-mudahan ini tidak menjadi suatu yang menakutkan, tapi menjadi motivasi buat bank-bank dan juga dengan maksud kebijakan ini mendorong efisiensi perbankan, dan sistem pengawasan oleh Bank Indonesia," tambahnya.(adn)(rhs)


19 Feb 2011
Source:http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2011/02/19/20/426517/margin-perbankan-ri-nomor-1-di-dunia

Friday, August 27, 2010

Proposal Basel: Bank-bank Bangkrut Sebaiknya Tak Ditalangi Lagi

Para pemegang surat utang yang diterbitkan perbankan harus menanggung risiko kerugian. Pemegang surat utang tersebut juga mendapat hak mengonversikan surat utang tersebut menjadi saham dalam kasus bank tersebut kemudian bangkrut.

Demikian salah satu inti dari usulan Komite Basel yang diumumkan baru-baru ini. Proposal itu, antara lain, mengatur permodalan bank dan dinilai sangat penting sebagai bagian dari reformasi sektor finansial.
Demikian dikatakan oleh salah seorang regulator perbankan dari AS, Selasa (24/8). Komentarnya berkaitan dengan proposal yang diajukan Komite Basel untuk memperbaiki sistem finansial dan menghindari krisis lagi.
Dalam sebuah kolom di harian Inggris, Financial Times, Sheila Bair, Ketua Lembaga Penjaminan Simpanan AS (FDIC), mengatakan, penguatan modal perbankan merupakan salah satu bagian krusial dari reformasi finansial.

”Pembersihan neraca perbankan dan aksi memperkuat kualitas serta kuantitas permodalan tidak akan merugikan siapa pun,” tulis Bair. ”Akan tetapi, jika kita gagal melakukan penguatan permodalan, kita membuka kemungkinan terhadap risiko baru pada perekonomian global dan oleh karena itu kita harus siap-siap menyediakan dana untuk krisis berikutnya,” tambah Bair.

Proposal Basel menyatakan bahwa semua instrumen permodalan selain saham biasa dihapusbukukan atau diubah, menjadi kepemilikan saham di bank, jika sebuah bank bangkrut terpaksa dibantu negara atau bank itu terancam kegagalan.

Sebagian pihak berpendapat, proposal tersebut akan merugikan investor seperti pemegang saham lewat bursa saham dan pemegang saham preferen.

Komite Basel untuk Pengawasan Perbankan bertugas menetapkan standar global. Komite itu mengusulkan serangkaian reformasi soal permodalan dan penguatan likuiditas untuk membuat perbankan lebih aman.

Berbiaya mahal

Pengamat mengatakan, ide dasar proposal tersebut hampir dipastikan akan membuat perbankan dibebani biaya lebih besar saat menerbitkan surat utang. Pemaksaan konversi utang menjadi ekuitas dapat membuat surat utang tak laku di pasar atau tidak diminati investor.

”Jika semua utang bank wajib diubah menjadi ekuitas jika terjadi kerugian, perusahaan asuransi dan pembeli surat utang lain tidak berniat lagi memegang surat utang perbankan yang jelas mengandung risiko dan konsekuensi jika bank merugi,” ujar Bob Penn, analis dari Allen & Overy.

Dalam proposal ini, para investor secara tidak langsung dituntut untuk lebih bertanggung jawab dalam mengatasi kerugian yang diderita bank. Ketika krisis merebak, biasanya pemerintah menggunakan dana dari para pembayar pajak untuk menalangi sektor perbankan. Sekarang keadaannya dibalik, tanggung jawab lebih berada pada pemegang saham.

”Harus ada sebuah instrumen yang membuat bank harus mampu menanggung kerugian,” ujar Nout Wellink, Ketua Komite Basel, juga Gubernur Bank Sentral Belanda. Pada krisis lalu, sejumlah bank, termasuk Royal Bank of Scotland, Llyods, hingga ABN AMRO dan Fortis di Belanda serta UBS di Swiss, menadahkan tangan kepada pemerintah atau sebagian dinasionalisasi untuk mendapatkan suntikan modal dari pemerintah. (Reuters/FT/joe)

25 Agustus 2010
Source:http://cetak.kompas.com/read/2010/08/25/03002490/bank-bank.bangkrut..sebaiknya.tak.ditalangi.lagi

Kerja sama antara Agence Française de Développement (AFD) dan Bank Mandiri

BANK MANDIRI PEROLEH PINJAMAN US$100 JUTA DARI BADAN PEMBANGUNAN PRANCIS (AFD)
 
Bank Mandiri memperoleh fasilitas pinjaman senilai US$100 Juta dari Agence Française de Développement (AFD) untuk membantu pembiayaan proyek-proyek yang terkait dengan perubahan iklim dan efisiensi energi. Penandatanganan perjanjian kredit tersebut dilakukan oleh Direktur Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management Bank Mandiri, Thomas Arifin dan Country Director AFD, Joel Daligault, disaksikan oleh Riswinandi, Wakil Presiden Direktur bersama beberapa direksi Bank Mandiri serta Sébastien Surun, Kuasa Hukum a.i Perancis untuk Indonesia.
Fasilitas jangka panjang ini memiliki tenor 7 sampai 10 tahun (termasuk grace period) dan akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang memenuhi kriteria, baik yang diimplementasikan oleh perusahaan milik negara maupun swasta, terutama untuk sektor energi yang fokus pada energi terbarukan, panas bumi, efisiensi energi serta penggunaan domestik gas (sebagai substitusi dari penggunaan bahan bakar fosil dan batu bara).

Bank Mandiri dan AFD juga secara bersama akan membiayai program-program pelatihan yang ditujukan kepada pengembangan kapasitas Bank Mandiri khususnya terhadap topik - topik perubahan iklim dan efisiensi energi.
Thomas Arifin mengatakan bahwa alasan utama Bank Mandiri memilih bekerja sama dengan AFD adalah reputasi international dan track records AFD yang baik. Kegiatan AFD berfokus pada masalah perubahan iklim, dan meningkatan pertumbuhan yang berkelanjutan negaranegara berkembang.

“Pembiayaan ini juga membantu kami dalam memperkuat struktur pembiayaan jangka panjang, meningkatkan pembiayaan untuk proyek-proyek yang ramah lingkungan, sehingga mampu mendorong investasi di Indonesia,” kata Thomas Arifin.
Country Director AFD Joël Daligault, mengemukakan bahwa kerja sama ini sangat penting karena Bank Mandiri sebagai bank terkemuka di Indonesia sangat terbuka terhadap lingkungan dan perubahan iklim.

“Keterbukaan itu mendorong AFD untuk mendukung Bank Mandiri menjadi pelopor dibidang tersebut. Kerja sama ini merupakan pinjaman langsung AFD yang pertama, kepada perusahaan milik negara di Indonesia sehingga melengkapi kerja sama kami dengan pemerintah dalam menerapkan strategi dan kebijakan terhadap perubahan iklim. Fasilitas ini juga berkontribusi terhadap komitmen Presiden dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26-41% pada 2020,” ujar Joël.

Menurut Joël, Kerjasama ini juga menjadi kesempatan untuk mendorong pengembangan Bank Mandiri menjadi Green Bank.

Jakarta, 17 Juni 2010
Source:http://www.ambafrance-id.org/spip.php/skelkitposte/css/loc...0/IMG/spip.php?article466

Tuesday, April 20, 2010

BNI Berpartisipasi Dalam Live Earth 2010

Sempat Dinyatakan Batal
Hari Jum’at malam (16/04), kami mendengar khabar dari Delta FM bahwa event Live Earth - Running for Water dibatalkan oleh panitia. Rini Noor Presents selaku EO membatalkan event internasional ini karena beberapa sponsor menyatakan mundur dari acara ini. Hal ini juga membuat anggota Tim CST (BNI Go Green) kecewa karena kami telah mempersiapkan diri untuk terbang ke Bali mengisi Booth BNI. Namun keesokan harinya, Sabtu sekitar jam 13.00 wib kami mendapatkan khabar gembira bahwa Rini Noor akhirnya meneruskan event tersebut dengan format yang sederhana. Foto by Leonard T. Panjaitan
 
Hal ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pihak Live Earth International (Al Gore dan Kevin Wall), kalangan artis yang peduli pada planet ini dan BNI selaku bank peduli lingkungan dan sosial. Tadinya event ini akan diadakan di Garuda Wisnu Kencana namun karena dana terbatas maka Live Earth dipindahkan ke kawasan Pecatu Indah. 
 
Meski event ini pindah ke kawasan resort Pecatu Indah Kabupaten Badung, namun tidak mengurangi pesan lingkungan yang dibawanya. Sejak tahun 2007 pihak Al Gore dan Kevin Wall membuat event Live Earth secara serentak di berbagai kota utama dunia dengan tema seputar lingkungan dan perubahan iklim. Jadi baru pertama kali inilah, Indonesia dipilih oleh Al Gore dan Keviln Wall menyelenggarakan Live Earth di Bali dengan tema global “Running for Water”. Mengingat pentingnya acara ini maka pihak Live Earth Internasional meminta Rini Noor agar tetap melaksanakan acara tersebut dengan format yang disesuaikan. Foto by Leonard T. Panjaitan
 
BNI Satu-satunya Sponsor Utama

Meskipun mayoritas sponsor mundur, tetapi BNI tetap komit untuk membantu Live Earth 2010. Menurut Rini Noor, kesediaan BNI menjadi sponsor sangat membantu kelancaran operasional panitia di lapangan. Ini juga tidak terlepas dari keseriusan BNI sebagai bank yang peduli pada lingkungan dan perubahan iklim. Baru detik-detik akhir inilah acara sekaliber internasional dipersiapkan secara serba mendadak dan diselesaikan dalam tempo satu malam.

 Sekitar 1.000 orang memadati cara live earth yang disatupadukan dalam program Bali Go Green. Acara dimulai pukul 08.00 wit dimana terlebih dahulu disampaikan beberapa sambutan dari perwakilan pemda setempat, perwakilan kodam udayana dan sambutan dari Bpk. Ir. Made G Putrawan selaku Direktur Utama Bali Pecatu Graha yang juga host Live Earth 2010. Setelah itu dilakukan penanaman pohon di sekitar lokasi acara oleh para artis, pejabat pemda setempat, peserta, plus Tim CST BNI. Tak ketinggalan sejumlah petugas keamanan seperti Brimob ikut antusias menanam sejumlah pohon sebagai tanda Bali Go Green. Baru sekitar pukul 09.00 wit rombongan peserta yang dimotori oleh artis seperti Kaka Slank, Nugie, Dwiki Dharmawan, Marshanda, Nadine berjalan beriringan mengelilingi kompleks pecatu indah. Mengingat acara Live Earth ini sederhana maka yang tadinya ada acara berlari (running for water) maka diganti dengan berjalan bersama-sama. Foto by Leonard T. Panjaitan

Sementara tim CST bersama rekan-rekan wilayah 08 mengisi booth BNI Go Green dengan menyediakan brosur program Go Green BNI disertai dengan benih pohon trembesi yang dibagi-bagikan secara gratis kepada para peserta Live Earth. Sekitar pukul 11.00 wit, tim CST dan wilayah 08 meninggalkan arena acara untuk kembali ke hotel dan bergegas pulang ke Jakarta. Pukul 15.30 wit, Tim CST terbang kembali ke Jakarta.

Sunday, December 20, 2009

Fraud Kartu Kredit Januari - Oktober 2009 Capai 7.654 Kasus

SURABAYA (SI) – Bank Indonesia mencatat jumlah kasus penipuan dan pemalsuan (fraud) kartu kredit di Indonesia selama Januari-Oktober 2009 mencapai 7.654 kasus.
 
Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern Bank Indonesia (BI) Surabaya Mahmud mengatakan ada beberapa tipe fraud antara lain kartu palsu,kartu hilang atau dicuri,kartu tidak diterima,CNP, fraud aplikasi, mail only telephone only (MOTO),dan lain-lain. “Total nilai kerugiannya mencapai Rp43,78 miliar.Yang paling mendominasi adalah kartu palsu sebanyak 3.418 kasus dengan nilai kerugian Rp20,1 miliar dan fraud aplikasi sebanyak 2.922 kasus dengan nilai kerugian Rp21,04 miliar,” ujar Mahmud saat seminar tentang ”Penyalahgunaan Kartu Kredit dalam Sistem Pembayaran” di STIE Perbanas kemarin.

Perlu diketahui, fraud aplikasi adalah pemalsuan identitas pemilik dalam aplikasi kartu kredit. Sedangkan MOTO adalah tindak penipuan berupa layanan jual beli melalui transaksi surat menyurat (mail order), semacam katalog, dan jual beli melalui telepon (telephone order). Dan teknik penipuan yang terbaru adalah dengan mengakali sistem pembayaran cardholder- not-present (CNP) yang biasa diterapkan dalam sistem pembayaran transaksi onlinedi internet. Mahmud mengatakan selama ini aksi tindak pidana terus-menerus terjadi karena masih ada sejumlah celah yang bisa dimanfaatkan. ”Karena itu mulai tahun depan kita implementasikan teknologi chip untuk kartu kredit. Ini akan memangkas habis aksi tindak pidana dalam kartu kredit,” tandasnya di sela-sela seminar kemarin.

Selain itu, menurutnya, para penerbit kartu kredit (issuer) harus melakukan security audit minimal sekali dalam tiga tahun dan pelaporan risk management juga harus terus ditingkatkan.“Tentu saja dengan makin kompleksnya produk perbankan,BI sebagai otoritas perbankan akan terus meningkatkan kualitas pengawasan,”ujarnya. Board of Executive Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Dodit W Probojakti menambahkan bahwa potensi kepemilikan kartu kredit di Indonesia masih sangat besar.Menurut survei AKKI, jumlah kartu kredit yang sudah diterbitkan di Indonesia sampai tahun ini sekitar 12 juta unit.

“Kalau satu orang memiliki dua kartu,maka jumlah pemegang kartu kredit sekitar 6 juta orang. Sementara jumlah penduduk yang memenuhi syarat karena berpenghasilan diatas Rp3 juta mencapai 15 juta orang. Sehingga ada peluang 9 juta orang yang bisa jadi pemegang kartu kredit,”jelasnya. (ishomuddin) 
 
Wednesday, 16 December 2009  
Source:Harian Cetak Sindo, Kamis 17 Desember 2009

Thursday, December 3, 2009

30 Bank Di Dunia Masuk Daftar Pengawasan

Badan Stabilitas Keuangan yang dibentuk menteri-menteri keuangan dalam G-20 telah membuat daftar berisi 30 lembaga keuangan dan bank bertaraf internasional yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kegagalan keuangan global akibat kekacauan yang berpotensi dilakukan oleh bank dan lembaga keuangan itu.

”FSB (Financial Stability Board/Badan Stabilitas Keuangan) telah memasukkan 30 bank dan lembaga keuangan sebagai sumber krisis sistemik karena wilayah kerjanya yang mendunia sehingga tergolong dalam perusahaan yang too big too fail (terlalu besar untuk gagal). Perilaku pemegang saham dan kebijakan manajemennya masuk dalam pengawasan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (2/12).

Pada laporan Financial Times ada 24 bank dan 6 lembaga asuransi multinasional yang masuk dalam daftar FSB. Mereka tersebar di Inggris, Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.

Ke-24 bank itu adalah Bank of America Merrill Lynch (BAC), Citigroup, Goldman Sachs, JPMorgan Chase, Morgan Stanley, Royal Bank of Canada, Barclays, HSBC, Royal Bank of Scotland, Standard Chartered, Credit Suisse, dan UBS AG. Selain itu juga ada BNP Paribas, Société Générale (Perancis), BBVA (Spanyol), Santander (Spanyol), Mitsubishi UFJ, Mizuho, Nomura, dan Sumitomo Mitsui (Jepang).

Lalu ada Banca Intesa dan UniCredit (Italia), kemudian Deutsche Bank (Jerman), serta ING Group (Belanda). Adapun enam kelompok usaha asuransi adalah Aegon, Allianz, Aviva, Axa, Swiss Re, dan Zurich.

”Dalam pengawasan FSB, bank dan lembaga keuangan itu harus memiliki living will (keinginan untuk hidup). Sebab, kalau ada kesulitan, mereka harus menyelesaikan sendiri masalahnya sebelum meminta bantuan kepada pemerintah masing-masing,” ujar Sri Mulyani.

Secara terpisah, Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, stabilitas sistem keuangan domestik akan tetap terjaga.

Hal itu ditandai dengan rasio kecukupan modal yang rata-rata ada di level 17,7 persen dan kredit berkinerja rendah yang kurang dari 5 persen. BI juga memberlakukan Giro Wajib Minimum sekunder sebesar 2,5 persen sejak 24 Oktober 2009. (OIN)

Monday, November 2, 2009

BCA Targetkan 2 Juta Pengguna Flazz

Sukabumi - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan 2 juta pengguna kartu Flazz sampai akhir tahun, sampai Oktober 2009 pengguna kartu Flazz sudah mencapai sekitar 1,4-1,5 juta orang

Hal ini disampaikan Manager Consumer Bankin Division BCA Sinta Handajani dalam Diskusi Forum Diskusi Wartawan Ekonomi dan Moneter (FORKEM) di Lido, Sukabumi siang ini, Sabtu (31/10/2009).

"Sekarang sudah 1,4-1,5 juta pengguna, target akhir tahun sampai 2 juta," ujar Sinta.

Produk Flazz yang diluncurkan sejak Juni 2008 baru beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, dan Surabaya. Belum semua daerah bisa mengakses produk ini, karena BCA masih memerlukan waktu untuk mempersiapkan sarananya dengan sistem bank di daerah-daerah lain.

"Untuk menjalankan produk ini, kita memerlukan waktu men-set up sistemnya," jelas Sinta.

Untuk tahun depan, Sinta menambahkan targetnya bisa mancapai 2 kali lipat, yaitu sekitar 4 juta pengguna kartu Flazz. Rencananya, produk ini bisa diakses di seluruh kota di Jawa dan kota-kota besar di Indonesia. BCA juga sedang mempersiapkan sistem SMS banking untuk mempermudah pengguna kartu dalam melakukan top up saldo ke dalam kartu Flazz.

"Kita secara teknologi sudah punya, kami sedang mengusahakan top up dengan SMS banking, tetapi saat ini belum karena sistem kami harus mempertimbangkan agar bisa digunakan di daerah lain," jelas Sinta.

Gencarnya BCA memasarkan Flazz ini adalah karena saat ini BCA meraup Rp 750 juta per hari dari penggunaan BCA Flazz. Para pengguna BCA Flazz melakukan transaksi rata-rata sebesar Rp 30 ribu. Sedangkan, rata-rata penggunaan sekitar 25 ribu-35 ribu kali per hari.

"Transaksi itu per hari sekitar 25 ribu-35 ribu dengan nilai penggunaan setiap kali rata-ratanya Rp 30 ribu," jelas Sinta. (nia/dnl)
Source: http://www.detikfinance.com/read/2009/10/31/141511/1232374/5/bca-targetkan-2-juta-pengguna-flazz

 

20 Kebangkrutan Terbesar AS

Washington - Bank UKM terbesar di AS, CIT Group akhirnya mendaftarkan perlindungan kebangkrutan pada Minggu (1/11/2009). Kebangkrutan bank yang sudah menerima dana bailout pemerintah AS sebesar US$ 2,33 miliar itu kini menjadi salah satu yang terbesar di AS.

CIT didirikan pada tahun 1908 dan mencatat sejarah sebagai salah satu bank untuk segmen UKM yang terbesar di AS. Seiring terjadinya krisis, CIT Group pun tak luput dari goncangan.

CIT berharap statusnya sebagai kreditor sektor UKM bisa memenangkan dukungan politik setelah berjuang keras sejak awal tahun ini. Namun pada Juli, Federal Deposit Insurance Corp menolak untuk menjadi penjamin dalam penerbitan surat utang CIT. Perseroan pun harus berjuang keras untuk mencari pendanaan sendiri.

Sebuah kelompok pemegang obligasi CIT akhirnya memberikan pinjaman sebesar US$ 3 miliar pada Juli. Para pemegang saham juga bersedia menukar surat utang lama sebesar US$ 1 miliar dengan surat utang baru.

Langkah tersebut memang memberikan waktu bagi CIT untuk bernafas, meski masih memiliki utang yang tidak dijamin dan jatuh tempo pada November sebesar US$ 800 juta. Dan lebih dari US$ 3 miliar utang yang tidak dijamin jatuh tempo pada akhir Maret.

Pekan lalu, CIT berhasil mengamankan tambahan pendanaan sebesar US$ 4,5 miliar dari investor yang akan membantu mereka melewati proses kebangkrutan. Icahn pada Jumat lalu juga telah sepakat untuk memberikan fasilitas kredit sebesar US$ 1 miliar.

CIT akhirnya mendaftarkan perlindungan Chapter 11 di pengadilan Manhattan demi memperlancar proses restrukturisasi utangnya. Bank yang sudah berusia 101 tahun itu melaporkan total aset sebesar US$ 71 miliar dengan liabilities US$ 65 miliar, sehingga tercatat sebagai salah satu rekor kebangkrutan terbesar.

Berikut daftar 20 kebangkrutan terbesar di AS berikut nilai asetnya sejak tahun 1980, yang dikutip dari AFP, Senin (2/11/2009).


  1. Lehman Brother (bank), 15 September 2008, US$ 691 miliar
  2. Washington Mutual (bank), 26 September 2008, US$ 327,9 miliar.
  3. WorldCom (telekomunikasi), 21 Juli 2008, US$ 103,9 miliar.
  4. General Motors (otomotif), 1 Juni 2009, US$ 91 miliar.
  5. CIT (bank pinjaman), 1 November 2009, US$ 71 miliar.
  6. Enron (perdagangan energi), 2 Desember 2001, US$ 65,5 miliar.
  7. Conseco (asuransi), 17 Desember 2002, US$ 61,4 miliar.
  8. Chrysler (otomotif), 30 April 2009, US$ 39,3 miliar.
  9. Pacific Gas and Elctric (utilitas), 6 April 2001, US$ 36,1 miliar
  10. Texaco (minyak), 21 April 1987, US$ 34,9 miliar.
  11. Financial Corporation of America (bank), 9 Seotember 1988, US$ 33,8 miliar.
  12. Refco (perdagangan), 17 Oktober 2005, US$ 33,3 miliar.
  13. Indymac (bank), 31 Juli 2008, US$ 32,7 miliar.
  14. Global Crossing (telekomunikasi), 28 Januari 2002, US$ 30,1 miliar.
  15. Bank of New England (bank), 7 Januari 1991, US$ 29,7 miliar.
  16. Lyondell (kimia), 6 Januari 2009, US$ 27,4 miliar.
  17. Calpone (perusahaan listrik), 20 Desember 2005, US$ 27,2 miliar.
  18. New Century Financial Corporatuon (perdagangan), 2 April 2007, US$ 26,1 miliar.
  19. United Airlines (maskapai), 9 Desember 2002, US$ 25,2 miliar.
  20. Colonial Bank (bank), 14 Agustus 2009, US$ 25 miliar.
(qom/dro)
Source: http://www.detikfinance.com/read/2009/11/02/095414/1233010/5/20-kebangkrutan-terbesar-as?topnews 

Saturday, August 1, 2009

Semester I 2009: Kredit Seret, Laba Perbankan Tetap Tumbuh

Aliran kredit perbankan menipis di tahun ini. Bahkan, nilai kredit di sejumlah bank terlihat mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

Meski penyaluran kredit masih mini dan pertumbuhannya minus, namun bank tetap mampu mencetak laba. Maklumlah, bank masih mempertahankan bunga kredit. Di saat bunga simpanan turun, tentu margin bank bertambah besar.

PT Bank Permata Tbk. termasuk bank yang mengalami pertumbuhan kredit. Per akhir semester I-2009 kredit Bank Permata bertambah Rp 3,35 triliun dari posisi akhir tahun menjadi Rp 36,7 triliun. Artinya, kredit Bank Permata hanya naik 10%.

Pertumbuhan kredit di PT Bank Pan Indonesia Tbk. (Bank Panin) lebih rendah lagi, hanya Rp 1,7 triliun. Kredit Bank Panin per akhir Juni 2009 sebesar Rp 37,02 triliun, naik dari Rp 35,27 triliun di akhir 2008. Jadi, pertumbuhan kredit Bank Panin sepanjang tahun ini hanya 4,9%. "Penyaluran kredit turun karena penurunan permintaan kredit di saat krisis global dan Pemilihan Umum,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Panin Jasman Ginting, Kamis (30/7).

PT Bank CIMB Niaga Tbk. mengalami hal yang sama. Kredit mereka hanya naik sekitar Rp 400 miliar atau 0,6% dari Rp 72,2 triliun di akhir 2008 menjadi Rp 72,6 triliun per akhir Juni 2009. "Para pengusaha masih menunggu-nunggu waktu yang tepat untuk mengambil kredit," kilah Direktur Bisnis CIMB Niaga Handoyo Soebali.

Sedangkan di PT Bank OCBC NISP Tbk. penyaluran kredit malah minus. Kredit OCBC NISP tahun ini negatif 6,7%. Nilai kredit OCBC NISP di akhir Juni 2009 Rp 18,9 triliun, turun dari Rp 20,27 triliun per akhir 2008.

Laba masih tinggi

Kendati aliran kredit berjalan seret, namun para bankir tetap mengail laba yang besar di sepanjang semester pertama. Lihat saja laba bersih Bank permata yang masih sebesar Rp 325 miliar.

Direktur Utama Bank Permata Stewart D. Hall bilang, kenaikan laba bersih Bank Permata terutama berasal dari kenaikan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya. "Pendapatan bunga bersih Rp 1,4 triliun atau naik 15% dari posisi yang sama tahun lalu," katanya.

Bank CIMB Niaga juga mencatat kenaikan laba bersih hingga 20%, dari Rp 578 miliar menjadi Rp 696 miliar.
Sementara Bank OCBC NISP membukukan pertumbuhan laba 10,4%, dari Rp 146,96 miliar di semester I 2008 menjadi Rp 162,3 miliar pada tahun ini. Hanya Bank Panin yang labanya berkurang dari Rp 478 miliar per 30 Juni 2008 menjadi Rp 340 miliar per 30 Juni 2009.

Jakarta, 31 Juli 2009

Source:http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/18842/Kredit-Seret-Laba-Perbankan-Tetap-Tumbuh

Thursday, July 30, 2009

Garap Kredit Korporasi, BNI Sediakan Pinjaman untuk XL dan GMF

PT Bank BNI Tbk kembali menggarap bisnis kredit sektor korporasi pada semester kedua tahun ini. BNI akan menandatangani kesepakatan pengucuran kredit ke PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) dan PT. Garuda Maintenance Facilities Aero Asia (GMF Aero Asia). Total kredit ke dua perusahaan itu sekitar Rp 2,5 triliun.

Direktur Korporasi Krishna R. Suparto menjelaskan, proses penyaluran kredit kepada XL sudah masuk tahap finalisasi. BNI akan membentuk dan memimpin sindikasi dengan beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan juga bank swasta. "Untuk sementara ini sudah ada tiga bank yang menyatakan minat untuk ikut," tuturnya Selasa (28/7). Dengan alasan masih dalam tahap pembicaraan, Krishna tak menyebut nama peserta sindikasi.

Dalam kredit sindikasi tersebut, XL membutuhkan dana sebesar Rp 1,5 triliun. "Tetapi itu masih bisa di tambah lagi," tambahnya. BNI sendiri sudah menyiapkan plafon sampai dengan Rp 1 triliun. Pinjaman tersebut akan berjangka waktu tiga tahun dengan tingkat bunga mengambang.

XL akan menggunakan dana pinjaman itu untuk refinancing utang mereka yang berasal dari luar negeri. XL ingin mengurangi risiko kerugian kurs karena fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain ke XL, BNI saat ini juga sedang melakukan negosiasi dengan GMF Aero Asia. Anak perusahaan PT Garuda Indonesia itu mengajukan utang kurang lebih Rp 300 miliar. Krishna menuturkan, BNI sendiri sudah siap menyalurkan pinjaman Rp 1 triliun ke GMF, jika perusahaan itu membutuhkan.

BNI melihat prospek bisnis GMF Aero Asia masih sangat besar. Bisnis utama GMF Aero Asia adalah menyediakan layanan pemeliharaan atau maintenance pesawat terbang.

Di mata BNI, GMF Aero Asia merupakan anak usaha Garuda yang sehat dan mempunyai kinerja yang baik. Apalagi bisnis penerbangan di Indonesia saat ini masih mekar.

Sampai dengan semester pertama 2009 kemarin, BNI telah menyalurkan kredit ke sektor korporasi sebesar
Rp 50,46 triliun. Jumlah tersebut telah melampaui target penyaluran kredit korporasi hingga akhir tahun yang sebesar Rp 49,25 triliun.

Saat ini tingkat kredit macet alias non performing loan (NPL) kredit korporasi BNI juga masih di bawah batas ketentuan maksimal Bank Indonesia yang sebesar 5%. Saat ini porsi penyaluran kredit korporasi BNI, mencapai 30% dari total kredit.

Jakarta, 29 Juli 2009

Source:http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/18650/Garap-Kredit-Korporasi-BNI-Sediakan-Pinjaman-untuk-XL-dan-GMF

Semester I 2009, Laba Bersih Bank Mandiri Rp 2,92 Triliun

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba semester pertama tahun ini dengan kenaikan sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengereknya adalah net interest income (NII) alias pendapatan bunga bersih. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala Mansyuri.

Net profit Bank Mandiri pada periode Januari hingga Juni 2009 naik dari Rp 2,61 triliun tahun lalu menjadi Rp 2,92 triliun. Sementara itu, net interest income Bank Mandiri naik 24% menjadi Rp 8,66 triliun.

Presdir Bank Mandiri Agus Martowardojo mengimbuhkan, kenaikan laba bersih ini juga didukung oleh fee based income atau pendapatan diluar bunga dan efisiensi ongkos. Menurutnya, rasio efisiensi ongkos Bank Mandiri per 20 Juni lalu meningkat menjadi 38,9% dari 44,4% pada periode yang sama tahun lalu.

Total outstanding pinjaman per Juni juga naik 21% menjadi Rp 181,6 triliun dari periode yang sama tahun lalu yang hanya membukukan Rp 149,6 triliun.

"Kami mengharapkan kinerja keuangan Bank Mandiri di semester kedua tahun ini akan meningkatkan net interest margin," kata Agus. Asal tahu saja, net interest margin (NIM) bank yang dipimpinnya naik dari 5,25% tahun lalu menjadi 5,35%.

Sementara itu, aset Bank Mandiri kini besarnya Rp 358,9 triliun; menggemuk dari Juni 2008 yang besarnya Rp 304,7 triliun.

Jakarta, 29 Juli 2009

Laba Bersih BCA Naik 45% di Semester I 2009

Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) semester pertama tahun ini naik 45% dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini ditopang oleh melambungnya net interest income (NII) atau pendapatan bunga bersih, fee based income (FBI) atau pendapatan diluar bunga dan rendahnya pajak korporasi.

Hal ini ditegaskan oleh Presdir BCA Djohan Emir Setijoso, Rabu (29/7).

Laba bersih untuk periode Januari hingga Juni 2009 naik dari Rp 2,4 triliun tahun lalu, menjadi Rp 3,3 triliun. Sementara itu net interest income bank terbesar ketiga berdasar aset ini mumbul 42% menjadi Rp 7,7 triliun.

Total outstanding pinjaman per Juni naik 12% menjadi Rp 103,7 triliun dari tahun lalu yang besarnya Rp 95,6 triliun.

"Kami fokus pada kualitas portfolio kredit kami ditengah situasi perekonomian yang menantang saat ini," kata Djohan.

Jakarta, 28 Juli 2009

Source:http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/18693/Laba-Bersih-BCA-Naik-45

BI: Bunga Kredit Sudah Kian Merosot

Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas BI Rate secara bertubi-tubi berimbas pada penurunan bunga kredit. Memang, pemangkasan bunga kredit itu tak secepat langkah BI memotong BI Rate. Soalnya, biaya dana atau cost of fund bank masih cenderung tinggi . Maklum, di awal tahun bank masih berebut likuiditas.

Kesimpulan semacam itu muncul dari Deputi Gubernur BI Muliaman D. Hadad. Ia menilai, bank baru bisa menurunkan bunga kredit setelah menurunkan biaya dana alias cost of fund. "Sudah banyak bank yang menurunkan bunga deposito. Jadi biaya dana juga sudah ikut turun," ujarnya, Senin (27/7).

Ia bilang, penurunan biaya dana ini sebenarnya bisa lebih dalam lagi jika bank juga meningkatkan efisiensi usahanya. Efisiensi biaya memungkinkan bank untuk memangkas bunga kredit lebih rendah lagi. "Terlebih, situasi likuiditas saat ini sudah lebih baik," kata Muliaman.

Bank besar dinilai memainkan peran penting dalam menyetel tren penurunan bunga. PT Bank Mandiri Tbk., misalnya, terakhir kali memangkas bunga kredit maupun bunga deposito pada 15 Juni lalu, Bank Mandiri menurunkan bunga kreditnya sebesar 0,5%. "Penurunan ini berlaku untuk kredit baru dan kredit lama," kata Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo.

Agus menambahkan, sejak awal tahun Bank Mandiri sudah tiga kali menurunkan bunga kredit. Kini bunga kredit Bank Mandiri berkisar 11%-15%. Penurunan itu juga diharapkan bisa memicu bank-bank lain untuk segera menurunkan bunga kredit. "Penurunan bunga lebih lanjut bisa dilakukan jika perbankan kompak bersama memangkas bunga," lanjutnya.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga termasuk bank swasta yang getol dalam memangkas bunga kredit. Dari awal tahun 2009, BCA sudah memangkas bunga kreditnya lebih dari tiga kali.

Saat ini rata-rata bunga kredit BCA berkisar antara 12% hingga 13% per tahun. "Bunga kredit yang turun karena BCA berhasil menekan cost of fund hingga 4% bulan lalu," ujar Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja.

Pemangkasan bunga kredit juga dilakukan oleh bank yang memiliki aset lebih kecil. Salah satu bank kelas menengah yang agresif memangkas bunga kredit adalah PT Bank OCBC NISP Tbk. "Terakhir kami memangkas bunga kredit awal Juli. Bunga kredit tahun ini sudah terpangkas sekitar tujuh kali. Bunga sekarang berkisar 14%," Ujar Direktur Utama OCBC NISP, Parwati Surdaudaja. Meski sudah berkali-kali memangkas bunga kredit, cost of fund bank ini masih berkisar 9%.

Kredit meningkat

Efek penurunan bunga kredit seharusnya juga berimbas pada meningkatnya kredit perbankan tahun ini. BI sendiri meramalkan nilai kredit di akhir 2009 lebih tinggi 15% dibanding akhir 2008.

Beberapa bank mengajukan revisi penurunan penyaluran kredit, namun banyak juga bank yang mengajukan revisi pertumbuhan kredit lebih tinggi dari rencana awal. "Jika dirata-rata, target pertumbuhan lebih tinggi 1%-2% dari sebelumnya," jelas Muliaman. Ia menambahkan, bank dengan pasar yang jelas, lebih mudah dalam menyalurkan kredit.

Para bankir memprediksi, penurunan bunga kredit akan memacu penyaluran kredit perbankan lebih tinggi lagi pada semester kedua tahun ini. "Asal bank bisa meminimalisir resiko yang mungkin ditemui," ujar Jahja.

Jakarta, 28 Juli 2009

Source:http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/18547/BI-Bunga-Kredit-Sudah-Kian-Merosot

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...