Showing posts with label Open Source. Show all posts
Showing posts with label Open Source. Show all posts

Monday, December 13, 2010

Microsoft dan Open Source: Integrasi, Interoperabilitas dan Hidup Bersama

Dalam tulisan sebelumnya, saya menjelaskan bagaimana teknologi open-source dan proprietary secara progresif telah bersatu demi keuntungan perusahaan besar masa kini.

Praktek tersebut sekarang semakin umum, namun seringnya membutuhkan penterjemah atau konverter. Salah satu pendekatan integrasi yang populer adalah Service Oriented Architecture (SOA) yang menggunakan middleware; pendekatan lainnya menggunakan virtualisasi. Penterjemah dan konverter juga bisa diterapkan secara spesifik pada tugas tertentu.

Service Oriented Architecture (SOA) menyusun proses bisnis di perusahaan besar sebagai layanan yang dijalankan pengguna akhir dan ini memungkinkan banyak aplikasi yang berbeda saling berbagi data untuk terlibat dalam layanan itu. Piranti lunak bernama middleware berperan sebagai adaptor antara berbagai lapisan piranti lunak. Contoh middleware SOA yang ditawarkan di pasaran mencakup Oracle Fusion Middleware, Microsoft .NET framework dan SAP Netweaver. Microsoft Biztalk Server dan IBM Websphere melakukan integrasi pada proses bisnis, sedangkan Redhat menawarkan sebuah middleware berasis Java bernama JBOSS yang sifatnya open-source dan lintas platform.

Sebagai contoh, pemerintahan Portugis menggunakan SOA untuk mengintegrasikan sistem IT open-source dan proprietary serta menjamin adanya akses pada sumber daya penting dari sistem yang lawas. Sistem yang digunakan lembaga pemerintahan termasuk IBM AS/400, sistem database proprietary Oracle dan open-source PostgreSQL,  Java 2 Platform Enterprise Edition (J2EE), JBoss middleware dan empat jenis sistem operasi (Microsoft Windows, Linux, Unix versi proprietary dari IBM AIX dan Hewlett Packard HU/UX).

Sistem itu harus bisa berjalan pada skala kecil, 5 pada awalnya, hingga kini digunakan pada lebih dari 800 lembaga. Dan harus menghadirkan layanan dari pemerintahan secara seragam dari sudut pandang pengguna akhir. Portal bisnis dan layanan masyarakat umum menggunakan web services untuk menyediakan akses layanan bagi penduduk, baik lewat web, mobile atau SMS.

Penghematan biaya yang signifikan bisa dilakukan karena perangkat yang serupa tak perlu dibeli dua untuk dua sistem yang berbeda, selain itu lalu-lintas data antar titik jadi berkurang. Penghematan juga dicapai dengan memperbaiki manajemen informasi.

Dalam lingkungan masa kini,  CIO mencari semua kesempatan untuk berhemat. Virtualisasi memungkinkan satu sistem operasi (misal, Linux) untuk berjalan secara virtual di atas sistem lain (misal, Windows atau Apple OS X).

Virtualisasi memungkinkan penggunaan bersama sumber daya hardware dan fasilitasi saling berbagi data antar aplikasi pada masing-masing sistem operasi. Virtualisasi pada server memungkinkan perusahaan besar untuk menggunakan berbagai sistem operasi server, seringkali ini termasuk open-source dan proprietary, pada perangkat server mereka. Hal ini akan meningkatkan efisiensi sistem dan mengurangi jumlah mesin yang dibutuhkan, dan oleh karena itu menurunkan biaya operasional dan konsumsi energi.

Mengapa baru belakangan ini virtualisasi skala besar banyak dilirik? Penyebabnya adalah baru sekarang tersedia prosesor dan memory dengan kapasitas yang mencukupi dan biaya yang semakin rendah..

Kita lihat saja contoh dari gedung wakil rakyat di AS (United States House of Representatives), yang kesulitan memenuhi kebutuhan listrik untuk mendinginkan sistem komputer terpusat dan federasi yang ada. Tim IT pun memilih untuk melakukan konsolidasi dengan virtualisasi, targetnya mengurangi dari 450 server ke 100 server saja. Tingkat penggunaan server pun dinaikkan dari 7% ke 60%, dengan penghematan energi diperkirakan mencapai 45% dan penurunan panas yang besar.

Memang, virtualisasi menimbulkan tantangan dalam hal melakukan pelatihan ulang, keamanan dan redundancy di lokasi lain. Tapi, hal ini memungkinkan manajemen server terpusat, pengawasan yang lebih efektif , perbaikan dan penyelesaian masalah yang lebih baik, serta manajemen audit dan ketaatan pada aturan. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya solusi backup dan Disaster Recovery.

Beberapa penterjemah memiliki fungsi yang spesifik. TSRI JANUS menerjemahkan data dan kode lawas  agar bisa dimengerti piranti lunak modern, baik proprietary maupun open-source. Banyak bisnis dan software produktivitas menggunakan penterjemah.

CIO di sektor pemerintahan dan swasta menggunakan teknologi proprietary dan open-source. Hal ini merupakan kebutuhan dari pasar TI yang heterogen. Untuk itu, industri TI pun selalu mengembangkan piranti pendukung interoperabilitas seperti middleware, virtualization, standar yang banyak digunakan, penterjemah dan konverter untuk menggabungkan teknologi tanpa peduli pada pendekatannya, apakah itu open-source atau proprietary.

Pada tulisan berikutnya, saya akan menyinggung soal teknologi yang 'mengubah segalanya' saat ini, yaitu Cloud.

01 Desember 2010
Penulis: Stacy Baird
Source:http://www.detikinet.com/read/2010/12/01/104013/1506487/319/integrasi-interoperabilitas-dan-hidup-bersama

Microsoft dan Open Source: Menikmati Indahnya Dua Dunia

Pada tulisan sebelumnya, saya berbicara panjang lebar soal semakin perlunya CIO memilih sebuah kombinasi antara software proprietary dan open-source untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perusahaan software proprietary dan open-source juga melakukan evolusi model bisnis mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Mari kita lihat kasus IBM. Sebuah sistem IBM saat ini, biasanya akan lebih banyak terdiri dari piranti lunak proprietary seperti: Websphere server, DB2 database dan juga Lotus Suite yang berjalan di server IBM. Tapi IBM juga pendukung komersial open-source yang terdepan, membiayai banyak proyek open-source, termasuk pengembangan awal Linux dan melepaskan cukup banyak kode berpaten mereka sebagai open-source. Dukungan mereka, dan juga dari Sun Microsystems, adalah sangat penting bagi pertumbuhan komunitas open-source di 1990-an. IBM juga telah menyediakan kode proprietary mereka agar berfungsi baik dengan proyek open-source (contoh, kode Lotus Notes bagi proyek OpenOffice).

Kemudian, kita bisa lihat juga Oracle yang terkenal dengan database kelas enterprise-nya yang bersifat proprietary. Meski begitu, Oracle adalah database enterprise pertama yang berjalan di Linux, dan mereka mengembangkan Fusion Middleware untuk menyediakan interoperabilitas antara J2EE dan .NET-nya Microsoft. Oracle mendukung Red Hat Enterprise Linux (RHEL) yang bahkan sudah tak didukung lagi oleh Red Hat, mereka pun menjual versi sendiri dari RHEL.

Belum lama ini, Oracle melakukan kesepakatan dengan Amazon Web Servixer untuk menyediakan layanan berbasis Linux. Sun, yang kini sudah jadi bagian dari Oracle, utamanya menjual server enterprise tapi juga menawarkan software enterprise yang beragam. Sun adalah pemain besar yang pindah dari proprietary ke open-source dan banyak mendukung proyek open-source. Lama kelamaan Sun mengalihkan banyak software-nya ke open-source. Salah satu produk utama Sun (kini Oracle) adalah Sun-MySQL, sebuah database kelas enterprise yang open-source yang bisa menggunakan lisensi GPL atau lisensi komersial biasa. Skema dua lisensi ini adalah evolusi lisensi open-source yang patut dicatat.

Nah, Microsoft, meski menjadikan software sebagai bisnis utamanya, juga menawarkan manfaat bagi pelanggannya yang menggunakan open-source dan menjembatani software-nya dengan open-source. Microsoft mencetuskan Shared Source Initiative untuk menyediakan source code dari Windows dan beberapa software lainnya ke partner, pelanggan tertentu (misalnya, pemerintahan) dan pihak akademisi. Perusahaan itu mendirikan Laboratorium Open Source untuk berpartisipasi dan mendukung komunitas open-source.

Pada 2008, Microsoft menerbitkan dokumen berjudul 'Interoperability Principles'. Tertuang di dalamnya sebuah komitmen untuk menjamin interoperabilitas dengan open-source dan platform TI lainnya. Sehingga memungkinkan perusahaan besar yang menjalankan server Windows dan Linux melakukannya pada satu lingkungan fisik yang sama. Microsoft menjalin kerjasama, awalnya dengan Novell, untuk mengembangkan virtualisasi berbasis standar sehingga SUSE Linux Enterprise Server bisa berjalan di server Microsoft sebagai Guest, begitupun sebaliknya. (Interoperabilitas antara piranti lunak produktivitas dengan Microsoft Office juga sedang dikerjakan). Dan yang paling baru, Microsoft bekerjasama dengan Red Hat untuk menjamin interoperabilitas masing-masing produk.

Perusahaan software proprietary dan open-source saling memahami pentingnya kedua pendekatan yang berbeda ini bagi pelanggan dan bisnis mereka.
  • Oracle menawarkan keduanya, baik produk  open-source maupun proprietary; mempromosikan open-source untuk berjualan hardware dan melengkapi tawaran proprietary mereka.
  • IBM mendukung proyek open-source yang meningkatkan bisnis layanan dan konsultasi mereka serta melengkapi penawaran proprietary mereka.
  • Microsoft bekerjasama dengan perusahaan open-source, terutama dalam hal interoperabilitas, untuk menjamin pelanggannya bisa membangun lingkungan IT yang heterogen sesuai keinginan.
  • Novell dan Red Hat telah menerapkan teknik pengembangan proprietary dan melakukan kerjasama dengan pengembang proprietary untuk menjamin stabilitas dan interoperabilitas dari arsitektur enterprise mereka. Dengan virtualisasi yang kini sudah diterima secara luas, dan pengembang software harus memenuhi kebutuhan dari cloud computing, ada banyak bukti bahwa arsitektur IT yang heterogen akan senantiasa tumbuh.
Tak ada satu pun pendekatan yang bisa disebut pendekatan yang paling benar. Hal itu didukung kecenderungan CIO untuk memanfaatkan yang terbaik dari dua dunia itu, proprietary dan open-source, untuk memenuhi kebutuhan mereka.

03 Nov 2010
Source: http://www.detikinet.com/read/2010/11/03/113002/1483876/319/menikmati-indahnya-dua-dunia
Penulis: Stacy Baird, adalah mantan penasehat untuk anggota Senat AS pada isu-isu Teknologi dan Hak Milik Intelektual. Ia percaya, bahwa software open-source dan proprietary bisa hidup bersama, dan dengan demikian industri TI global bisa terus memperbaiki kualitas hidup banyak orang.

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari empat tulisan dalam satu seri. Pendapat yang disampaikan Stacy Baird adalah sepenuhnya pendapat pribadi.

( wsh / wsh )

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...