Showing posts with label Green Building. Show all posts
Showing posts with label Green Building. Show all posts

Thursday, October 14, 2010

Novotel Bandung Raih Sertifikasi Green Globe

Bandung - Novotel Bandung telah berhasil meraih Sertifikasi Green Globe. Program bergengsi Green Globe Earthcheck Certification yang dikelola EC3 Global ini diperoleh Novotel Bandung, karena telah berhasil melakukan penghematan energi hingga hanya 6,5 persen dari jumlah total pengeluaran hotel.

"Hotel di Bandung rata-rata menghabiskan 12 hingga 14 persen anggaran untuk biaya penggunaan energi. Novotel bisa menekan sampai setengahnya," ujar Engkun Kurnia, General Manager Novotel Bandung dalam konferensi pers di Ballroom Novotel, Jalan Cihampelas, Rabu (13/10/2010).

Penghematan yang dilakukan Novotel terutama pada sistem pemanas air, yang menggunakan panas buangan dari pendingin ruangan atau AC.

Penghematan energi juga dilakukan lewat penggantian lampu menjadi LED yang lebih hemat energi, penggunaan photocell untuk timer lampu, dan mematikan AC pada pukul 1 hingga 4 dinihari.

Selain itu Novotel juga menganjurkan tamu dianjurkan menghemat air, tamu yg menginap lebih sehari tdk mencuci handuk tiap hari dan pengolahan limbah air. "Air hasil pengolahan ini kemudian digunakan untuk menyiram tanaman," ungkap Engkun.

Tak hanya itu, Novotel juga melakukan pemisahan sampah organik dan non-organik. Sampah ini kemudian dijual Novotel dan uangnya masuk ke foundation program beasiswa anak-anak.

Novotel juga mengklaim produk seperti sabun dan sampo yang disediakan untuk tamu dibeli dari penjual lokal dan menggunakan kemasan bio-degridable yang bisa didaur ulang.(ern/ern)

13 Okt 2010

Source:http://bandung.detik.com/read/2010/10/13/181602/1464174/486/novotel-bandung-raih-sertifikasi-green-globe?881104485

Wednesday, November 25, 2009

Siapa Bilang Enggak Bisa Peduli Bumi di Tempat Kerja?



Rasa pesimistis terhadap upaya hijau di Jakarta berkembang di kalangan pekerja kantoran. Sebagai individu yang berada di gedung berpuluh-puluh lantainya, apakah ada yang bisa dilakukan untuk peduli pada bumi? Toh pemakaian AC, listrik dan air sudah dikontrol dari sentral. Karenanya, kebanyakan berpikir, mayoritas para pekerja akhirnya cuma bisa 'diam'.  Ket.Foto: KOMPAS.com/Caroline Damanik
Sentosa Green Champion dari The Body Shop menjadi pemenang pertama Anugerah Jakarta Green Office 2009 kategori Owned Office di FX Plaza, Rabu (25/11).

Namun, sejumlah pekerja tak patah arang. Mereka mau dan mereka bisa. Siapa bilang tak bisa peduli bumi dari tempat kerja? Nuansa ini terasa dalam acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11). Enam pemenang bersukacita karena usahanya peduli bumi juga membuahkan bonus jutaan rupiah.

Contohnya Green Team dan Pandan. Dua pemenang kategori Tenant Office ini melakukan upaya peduli bumi. Green Team mendorong orang-orang di kantornya untuk melakukan penghematan air dan listrik lalu juga membuat tempat sampah yang dipilah menurut jenis sampahnya.

Sentosa Green Champion dari kantor The Body Shop sebagai Juara I kategori Owned Office tak jauh berbeda. Social Environmental Values Manager The Body Shop Rika Anggraini mengatakan memang ada tim khusus peduli bumi di kantornya. Tim yang berjumlah 15 orang ini sengaja dibentuk sejak 2008 untuk memotivasi rekan kerja lainnya melakukan penghematan dan aktivitas peduli bumi.

Ada empat hal rutin yang mereka lakukan di kantor, yaitu mengingatkan penghematan air, listrik, dan kertas. Untuk yang terakhir, memang didukung oleh kebijakan kantor. Sekitar 80 persen kertas yang digunakan adalah recycle paper. Sisanya untuk printing internal. Itupun harus dipakai bolak-balik, ungkapnya. "Nah, yang sudah tak dipakai lagi, itu dihancurkan. Kertas yang sudah dihancurkan dipakai lagi untuk packaging karena kami perusahaan kosmetik ya," ujar perempuan berjilbab ini.

Untuk penghematan listrik, mereka selalu giat secara sukarela menjadi reminder bagi rekan kerja lainnya untuk mematikan monitor komputer setiap hendak pergi makan siang. Biasa mereka pergi mengingatkan setiap pukul 11.50. Selain itu, mereka juga secara sukarela mengupayakan kategorisasi sampah sehingga ada empat tempat sampah, yaitu tempat sampah untuk plastik, kertas, makanan atau sampah basah serta botol, baik kaleng maupun plastik.

"Yang plastik kami kasih ke pengambil sampah. Yang makanan atau yang basah kami olah lagi jadi kompos di taman kantor kami," tuturnya.

Di halaman kantor ini pula, Rika dan rekan-rekannya mengupayakan taman yang saat ini sudah ditanami sekitar 100 tanaman. Menurutnya, ketika suasana kantor sangat hijau, di situ timbul inspirasi dan kreativitas bagi para karyawan.

Mereka juga menciptakan satu budaya di kantor. Setiap ada acara internal, baik rapat atau acara tertentu, mereka komitmen tidak menggunakan air kemasan. "Kami minta teman-teman membawa tempat minum masing-masing sehingga kita mengurangi pemakaian botol-botol plastik yang tak bisa didaur ulang," tandasnya.

Seakan belum puas, ke depannya, Rika mengatakan divisinya akan melakukan audit energi untuk mencari tahu berapa besar energi yang selama ini dihabiskan kantor. Dengan mengetahuinya, mereka jadi bisa menghitung berapa energi yang bisa dihemat ke depannya. Rika sangat bersyukur kantornya mendukung dengan kebijakan yang memberi keleluasaan.

Namun, lanjutnya, faktor penting, adalah motivasi dan kesukarelaan para karyawan di kantor. Jika tidak ada kesukarelaan, sulit mengupayakan program sebagus apapun. Jadi, masihkah sulit peduli bumi di tempat kerja?



RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 19:53 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik


Editor: wah

Belum Ada Standar Green Building di Jakarta


Upaya menjadikan green buildingdi Indonesia sudah banyak terdengar. Bahkan banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah yang mengklaim sebagai green building. Tapi tahukah Anda, standar apa yang digunakan untuk menunjukkan suatu gedung patut dikategorikan ramah lingkungan?

Direktur Procon Integrated Property Solutions, Gunawan Yonatan mengatakan belum ada standar yang jelas dalam penetapan label green building untuk gedung-gedung di Indonesia, terutama Jakarta. "Green-nya standarnya apa dulu? Usahanya sudah ada tapi standarnya belum ada," tuturnya di sela acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11).

Menerka alasan sejumlah gedung menetapkan diri sebagai green building, dengan berseloroh Gunawan mengatakan para pengelola mungkin menggunakan standar sendiri yang disebutnya 'Standar Jakarta'. Parameternya sendiri tak jelas, lanjut Gunawan.

Gunawan enggan mengatakan karena ketiadaan standar atau pakem maka upaya green building sendiri untuk menjaga bumi sebenarnya tengah mengalami disorientasi. Namun, dia menegaskan bahwa sudah sepatutnya ada suatu standar yang ditetapkan bersama oleh pemerintah daerah dan asosiasi untuk memiliki standardisasi green building.

"Tengah digodok, tapi belum tahu juga kapan dan bagaimana," ungkapnya.

Merespon adanya standardisasi atau aturan tegas soal green building, Pejabat Harian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan mengatakan hal ini tengah dibicarakan.

"Green building akan selabel dengan pergub sedang dalam proses pembahasan dan harus dibahas bersamastakeholder sehingga masukan lebih operasional," ujarnya.

RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 20:03 WIB

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik



Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...