Showing posts with label Cloud Computing. Show all posts
Showing posts with label Cloud Computing. Show all posts

Monday, December 13, 2010

Cloud Computing: Sensasi Masa Depan Dunia TI

Cloud Computing diperkirakan akan mengubah TI di perusahaan besar karena memungkinkan enterprise dari berbagai ukuran untuk memanfaatkan skala ekonomi dan mendapat keuntungan dari hanya membayar sumber daya yang digunakan saja.

Sesungguhnya, banyak aspek komputansi yang sudah (atau akan) tersedia dalam bentuk layanan cloud: Infrastructure as a Service (IAAS) seperti Amazon Services, Microsoft Windows Azure, VMWare vCloud serta Eucalyptus dan Cloudera yang open-source menyediakan komputansi, jaringan serta kapasitas penyimpanan yang elastis.

Software as a Service (SAAS)  merujuk pada aplikasi online, termasuk software produktivitas, database dan proses bisnis. Contoh SAAS termasuk  Microsoft Business Productivity Online Suite (BPOS), Google Docs dan Gmail, Salesforce CRM dan Oracle CRM on Demand .

Sedangkan, Platform as a Service (PASS), memungkinkan pengembangan aplikasi (contoh,  Google Apps dan Windows Azure), Desktop as a Service (DAAS), dan bahkan apa yang disebut sebagai XAAS atau EAAS, yaitu “Everything as a Service.” 

Dengan cloud computing, heterogenitas telah menjadi sebuah karakteristik utama dari komputansi. Sumber daya di awan bisa jadi proprietary atau open-source atau campuran dari keduanya.

Contoh yang menarik bisa dilihat dari profil penawaran dari satu perusahaan berikut ini: Citrix menawarkan aplikasi proprietary seperti GoToMeetings untuk komunikasi desktop dan software konferensi, serta Desktops To Go untuk aplikasi remote desktop. Bersama itu, mereka juga menawarkan produk Open-source seperti server Xen dan XenDesktop, sebuah virtual desktop. Proyek open-source Xen, yang berada di Citrix, telah melahirkan insiatif bernama Xen Cloud Platform, didukung oleh Citrix, Hewlett-Packard, Intel, Oracle dan Novell. Dengan aplikasinya di Apple iPad, Corix Receiver, Citrix bisa menghadirkan desktop Windows pada iPad, sehingga fungsi desktop dan aplikasi Windows bisa diakses sepenuhnya. Ada tujuh produk Cloud baru, tergabung dalam Citrix Cloud Solutions, yang bersifat open-source dan bisa diperluas sesuai kehendak pengguna. Citrix menyebut Cloud Solutions ini sebagai framework yang memungkinkan interoperabilitas dengan software lain, termasuk virtualisasi pihak ketiga seperti VMWare, yang merupakan pesaingnya.

Bukan hanya bersifat heterogen –karena mencampurkan solusi proprietary dan open-source-- cloud computing juga bersifat global. Sebagai contoh, Windows Azure tersedia di 41 negara. Di cloud, pengguna bisa saja mengakses aplikasi yang di-hosting di Hong Kong dari kantornya di Korea Selatan. Datanya, bisa jadi disimpan di server yang ada di Polandia, routing-nya melalui Amerika Serikat.

Dari sudut pandang pengembang piranti lunak, sifat yang global dari cloud ini tak hanya ditentukan oleh perilaku jejaringnya, tapi juga struktur bisnis itu sendiri. Peneliti yang bekerja untuk perusahaan multinasional asal AS di Russia mungkin berkolaborasi dengan tim di Singapura. Produk akhirnya bisa jadi dirancang di AS dan Taiwan, dibuat di India, Malaysia dan Filipina untuk dijual di Amerika Selatan.

Peluang ekonomi ada bagi negara yang memiliki kebijakan publik dan hukum yang netral secara teknologi dan kompatibel. Contohnya, pemerintah Singapura yang sejak lama menyadari bahwa teknologi mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu. Di 2008, pemerintahannya bekerjasama dengan Hewlett Packard, Intel dan Yahoo, serta lembaga penelitian di Russia, Jerman dan AS untuk membuat test bed open-source yang mendukung penelitian layanan cloud pada skala global. HP juga membuka Cloud Labs di Singapura.

Di saat yang  sama, pemerintahannya memberi subsidi pada proyek yang bisa memberikan cloud computing pada eGovernment dan Usaha Kecil Menengah. Singapura adalah pemimpin dalam melihat cloud computing sebagai alat menumbuhkan ekonomi IT-nya serta menjaga perannya di pasar global. Memang masih di tahap awal, tapi jelas bahwa ini akan mengubah komputansi di enterprise, memenuhi kebutuhan pengguna dengan kelenturan yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Dengan makin tumbuhnya cloud computing, maka semakin penting bagi pembuat kebijakan untuk menjamin bahwa kebijakan domestiknya tidak berpihak pada teknologi tertentu. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perdagangan global, hukum internasional dan kepentingan pertumbuhan ekonomi, hal ini juga memungkinkan perusahaan domestik untuk meraup keuntungan besar dari peluang yang dihasilkan cloud computing.

09 Desember 2010
Source:http://www.detikinet.com/read/2010/12/09/132758/1514376/319/cloud-computing-sensasi-masa-depan-dunia-ti/

Kapan Era Cloud Computing Marak di Indonesia?

NetApp Solution Daya 2010 yang diselenggarakan di Ritz Carlton, Kamis (28/10/2010), dihadiri oleh sejumlah perusahaan Teknologi Informasi (TI) ternama seperti Cisco, Citrix, Fujitsu atau pun VMware. Layanan berbasis cloud computing pun menjadi topik hangat para pelaku bisnis tersebut.

Meski bukan hal baru, namun layanan berbasis cloud yang banyak ditawarkan oleh sejumlah vendor dianggap sudah cukup pantas diadopsi, paling tidak itulah riset yang dibeberkan oleh Gartner.

"Cloud computing itu tidak bisa dihindari, dengan menggunakan layanan tersebut para pelaku industri akan lebih meningkatkan efisiensi perusahaannya, terutama untuk kelas UKM," jelas Phillip Sargeant, Research VP Gartner kepada sejumlah wartawan.

Lantas, jika sudah banyak vendor yang menyodorkan semua penawarannya, kapan era cloud computing di Indonesia akan dimulai?

"Itu semua tergantung kebutuhan, kalo hanya data yang tidak confidential hari ini pun bisa dimulai. Namun jika memerlukan sistem keamanan yang baik maka bisa dimulai beberapa tahun ke depan. Tergantung dari layanan yang dibutuhkan," pungkas Sargeant.

Cloud computing memang 'mainan' hangat para pelaku industri jaringan komputer. Bisnis berbasis internet itu pun percaya bakal semakin ramai seiring dengan murahnya harga bandwidth.

Menurut data Gartner, di tahun 2010 ini diperkirakan nilai bisnis dari pemanfaatan teknologi internet untuk menyediakan sumber komputing itu secara global mencapai USD 80 miliar dengan tingkat pertumbuhannya setiap tahun sebesar 25 persen dalam jangka waktu lima tahun mendatang. ( eno / ash ) 

28 Oktober 2010
Source:http://www.detikinet.com/read/2010/10/28/145642/1477667/319/kapan-era-cloud-computing-marak-di-indonesia

Friday, November 12, 2010

Cloud Computing Mampu Tekan Investasi TI Perusahaan

Teknologi Cloud Computing akan mampu menarik minat perusahaan. Pasalnya Cloud Computing dipercaya dapat menekan biaya investasi dan lebih efisien.

Perusahaan riset International Data Corp (IDC) memperkirakan pendapatan public cloud pada tahun 2014 akan mencapai USD55,5 miliar, meningkat cukup tajam dari pendapatan dua tahun lalu yang hanya mencapai USD16 miliar. Optimisme yang sama juga dilontarkan lembaga riset Gartner yang memprediksi teknologi cloud akan digunakan oleh 80 persen perusahaan kelas atas di dunia untuk meningkatkan daya saing.

Sedangkan perusahaan analis lain, Private Cloud, menyatakan jika pada 2010 enterprise cloud-based akan mencatatkan pendapatan USD12,1 miliar dengan pertumbuhan tiap tahun sekira 43 persen.

Masih menurut Gartner, pada tahun ini nilai bisnis teknologi cloud computing yang dimanfaatkan untuk internet di dunia akan mencapai USD80 miliar dengan tingkat pertumbuhan setiap tahun mencapai 25 persen, hingga kurun lima tahun ke depan.

Cloud Computing sendiri terdiri dari tiga bagian yang berdasarkan layanan, yaitu Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). Sedangkan jika dilihat dari sisi jangkauan, cloud computing terbagi menjadi Public Cloud, Private Cloud dan Hybrid Cloud.

"Tahun ini diperkirakan produk SaaS akan menguasai segmen cloud computing dengan kontribusi sebesar 70 persen, sementara sisanya datang dari IaaS. Konsep komputasi awan sendiri dianggap cukup menjanjikan karena akan mengubah belanja modal untuk Teknologi Informasi (TI) menjadi biaya operasional sehingga terjadi efisiensi," ujar Direktur Wholes Sales dan Enterprise Telkom Arief Yahya di Jakarta, Senin (18/10/2010).

Ditambahkannya, untuk Indonesia nilai pasar dari komputasi awan masih kecil. Tahun depan diprediksi mencapai Rp2,1 triliun. Dari situ, layanan SaaS memiliki kontribusi sebesar 40 persen. Sedangkan Telkom sendiri diklaim telah menguasai sekira 70 persen pasar Cloud Computing.

"Potensi pasar yang besar untuk ditawarkan solusi komputasi awan adalah pemerintah karena berperan sebagai lokomotif di industri. Pemerintah secara regulasi membuka peluang bagi pelaku usaha, misalnya dengan adanya National Single Windows (NSW). Belum lagi secara belanja Teknologi Informasi (TI) pemerintah daerah dan pusat itu lumayan besar, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan. Di pendidikan saja ada alokasi dana 200 triliun rupiah dimana 20 persen untuk belanja TI,” jelasnya.

Berdasarkan catatan, sektor pemerintah rata-rata mengambil porsi 11 persen dari belanja TI nasional yang tahun ini diperkirakan mencapai USD1,731 miliar atau tumbuh 11,9 persen dari tahun sebelumnya.

Disarankannya, untuk pemerintah daerah pun tak segan memanfaatkan cloud computing karena bisa menekan biaya investasi dan membuat adanya efisiensi.

"Pemerintah daerah itu tidak akan head to head secara geografis. Jika cloud computing dimanfaatkan, banyak dana yang bisa dihemat," jelas Arief.

Arief meminta, jika akan ada regulasi yang dikeluarkan pemerintah, faktor yang harus diperhatikan adalah masalah komitmen dari pemain asing untuk menggandeng investor lokal mengembangkan cloud computing.

"Harus ada regulasi yang mendorong kerjasama. Mulai dari pemasaran hingga kepemilikan bersama. Di bisnis software saja banyak sekali pemain asingnya. Padahal ini modalanya kreatifitas," katanya.

Kepala Badan Litbang SDM Kemenkominfo Cahyana Ahmadjayadi menjelaskan, pemerintah pusat sudah mengeluarkan peraturan menteri tentang tata kelola TIK bagi pemerintah daerah untuk berbelanja TI agar terjadi efisiensi.

"Kami juga memberikan beasiswa untuk mencetak Chief Information Officer (CIO) bagi pegawai negeri di daerah agar konsep komputasi awan ini bisa diterima. Soalnya, pemerintah pusat tidak bisa intervensi langsung cara daerah berbelanja. Inilah cara kita mengedukasinya," jelasnya. (srn)

18 Okt 2010
Source:http://techno.okezone.com/read/2010/10/18/324/383659/324/cloud-computing-mampu-tekan-investasi-ti-perusahaan

Gandeng ITB, TRG Investama Kembangkan Cloud Computing

Cloud Computing makin marak. Konsep yang juga disebut komputasi awan ini menunjukkan adanya pergeseran internet, dari sebatas media komunikasi dan informasi, kini multifungsi menjadi media komputasi. TRG Investama melihat peluang ini dan mengembangkan teknologi tersebut di Indonesia dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Dari sisi bisnis, teknologi cloud computing memungkinkan organisasi pengguna sistem informasi untuk meminimalisir investasi. Virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar lainnya dari Komputasi Awan dapat mengurangi biaya Capital Expenditure (Capex) yang dikonversi menjadi Operational Expenditure (Opex) sehingga lebih mudah dikelola. Tidak hanya itu, pemanfaatan cloud computing juga dapat menyederhanakan pengelolaan layanan system informasi dan mempercepat penghantaran layanan," ujar Direktur Utama PT Teknologi Riset Global Investama, Gatot Tetuko, di Jakarta, Senin (18/10/2010).

Menurut Gatot, kelebihan-kelebihan inilah yang mendorong TRG Investama untuk berinvestasi mengembangkan teknologi cloud computing di Indonesia. Mereka memutuskan untuk memberi nama layanan tersebut dengan IndonesianCloud.

Untuk mengembangkan layanan ini, TRG Investama menjalin kerjasama dengan ITB (Institut Teknologi Bandung) sebagai perguruan tinggi yang memiliki fasilitas berupa laboratorium, tenaga terlatih serta perlengkapan dan peralatan penunjang lainnya.

Dalam kerjasama ini, ITB akan melakukan penelitian dan pengembangan di bidang cloud computing yang meliputi konten, sistem komputasi, sistem komunikasi serta integrasi ketiga sistem tersebut. Sebagai sebuah institusi pendidikan dan penelitian inovasi, ITB juga akan melakukan telaah konten-konten spesifik yakni PaaS (Platform as a Service), SaaS (Software as a Service) dan IaaS (Infrastructure as a Service). Aktivitas-aktivitas tersebut ditujukan untuk mendukung program-program organisasi-organisasi yang membutuhkan sarana cloud computing.

"Kami merasa bahwa institusi-institusi di Indonesia perlu memeriksa kembali investasi yang mereka keluarkan untuk infrastruktur teknologi. Jika ada teknologi yang memungkinkan investasi dapat diminimalisir, kenapa harus berinvestasi tinggi?" ujar Gatot.

Bagi Gatot, cloud computing cukup penting di lingkungan bisnis, tidak heran jika kemudian institusi-institusi mulai memikirkan untuk mengganti infrastruktur IT dengan virtual data center, mengkonsolidasikan data center dan kegiatan operasional, dan akhirnya mengadopsi model kerja cloud computing.

Sementara itu Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat M. Eng, Guru Besar Teknologi Informasi ITB, menjelaskan bahwa kerjasama penelitian dan pengembangan inovasi cloud computing ini akan memunculkan tantangan-tantangan serta tanggung jawab baru.

"Tentunya nanti akan ada beberapa proyek percobaan kecil yang akan melibatkan pemanfaatan teknologi ini secara luas supaya kita bisa mengidentifikasi layanan dasar dan solusi yang dibutuhkan oleh perusahaan maupun institusi dalam kerangka bisnis cloud computing," jelas beliau.

TRG Investama sendiri adalah perusahaan investasi yang memfokuskan diri pada inovasi dan pengembangan teknologi di Indonesia. Dengan dorongan untuk mengembangkan teknologi baru, didukung dengan advance engineering dan manajemen yang berkualitas, TRG Investama bertujuan untuk menciptakan industrial powerhouse di Indonesia melalui anak perusahaannya. (srn)

18 Okt 2010
Source:http://techno.okezone.com/read/2010/10/18/324/383656/324/gandeng-itb-trg-investama-kembangkan-cloud-computing

HP dan Microsoft Garap Teknologi "Cloud Computing" Bersama

Hewlett Packard (HP) dan Microsoft menjalin kerja sama pengembangan teknologi cloud computing. Kedua perusahaan menginvestasikan 250 juta dollar AS untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan menyederhanakan layanan yang cocok untuk bisnis semua lapisan.

"Perjanjian ini, yang meliputi hardware, software, dan layanan, akan memungkinkan pelanggan bisnis mengoptimalisasi kinerjanya dengan cepat dengan total biaya semurah mungkin," ujar Steve Ballmer, CEO Microsoft dalam pernyataannya. Kerja sama yang ditandatangani Rabu (13/1/2010) itu akan dilakukan selama tiga tahun.

Sebagai produsen komputer terbesar dunia, HP akan berperan dalam perancangan infrastruktur data center, aplikasi, dan tool manajemen. Sementara Microsoft akan melakukan optimalisasi software dan layanannya, seperti Windows Azure dan platform cloud computing-na dengan hardware yang dibuat HP.

"Kerja sama ini akan memungkinkan HP dan Microsoft menawarkan teknologi transformasi kepada pelanggan kami yang akan menekan biaya, menggenjot pertumbuhan bisnis, dan mempercepat inovasi," ujar Mark Hurd, CEO HP dalam pernyataannya.

Sejumlah analis dan pelaku industri meyakini cloud computing akan menjadi salah satu tren di tahun 2010 ini. Dengan platform ini, semua layanan, aplikasi, dan data dikumpulkan dalam data center yang dapat diakses melalui internet sehingga dapat mendukung pekerjaan di mana saja dan kapan saja. Aplikasi tak perlu diinstalasi di setiap kompoter dan tak perlu kapasitas data hardisk yang besar.

Dengan teknologi ini, aplikasi dan storage juga bisa menjadi layanan jasa sehingga perusahaan kecil pun dapat menikmati kecanggihan teknologi tanpa harus mengimplementasikannya sendiri yang tentu membutuhkan investasi besar.

14 Januari 2010
Source:http://tekno.kompas.com/read/2010/01/14/21320630/HP.dan.Microsoft.Garap.Teknologi..quot.Cloud.Computing.quot..Bersama.

Pasar Cloud Computing Capai Rp 2,1 T di tahun 2011

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) memperkirakan nilai pasar cloud computing di Indonesia mencapai Rp 2,1 triliun tahun depan. Direktur Whole Sales and Enterprise Telkom Arief Yahya menjelaskan, dari tiga jenis layanan yang bisa diberikan teknologi cloud computing yaitu Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS), maka layanan SaaS paling banyak digunakan.

"Dari nilai pasar Rp 2,1 triliun, SaaS menyumbang 40 persen. Kami sendiri akan mengupayakan untuk bisa menguasai pasar sampai 70 persen," kata Arief, Senin (18/10/2010). Arief menambahkan, pasar yang paling banyak menyerap teknologi cloud computing berasal dari instansi pemerintah. Misalnya National Single Windows (NWS), yang berhasil membuat semua pelaku usaha berlomba mendukung program tersebut.
Hal ini didukung pula oleh belanja IT pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang lumayan besar, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan. "Di sektor pendidikan saja, ada alokasi Rp 200 triliun, dimana 20 persen untuk belanja IT," tandas Arief.

Untuk itu, Arief bilang, pemerintah daerah diharapkan tidak segan untuk memanfaatkan cloud computing karena bisa menekan biaya investasi dan menciptakan efisiensi.

"Supaya cloud computing bisa berkembang, pemerintah harus menerbitkan aturan yang bisa mendorong kerjasama. Mulai dari pemasaran hingga kepemilikan bersama. Di bisnis software saja banyak sekali pemain asingnya. Padahal cloud computing modalnya kreativitas," katanya.

Direktur Utama Teknologi Riset Global Investama (TRG Investama) Gatot Tetuko mengakui, perusahaannya mulai tertarik untuk mencicipi rezeki di bisnis layanan cloud computing. "Setelah aktif di penyedian menara dan perangkat Wimax, kami akan melebarkan sayap ke cloud computing karena peluangnya bagus ke depan," kata Gatot.

TRG Investama adalah pemilik sebagian saham Indonesian Tower dan TRG. Di bisnis cloud computing, TRG Investama akan mengeluarkan merek dagang Indonesian Cloud. Langkah pertama yang disiapkan oleh perusahaan ini untuk menggarap bisnis cloud computing adalah menggandeng Institut Teknologi Bandung untuk melakukan riset tentang konten-konten spesifik berkait dengan cloud computing.

TRG Investama menanam Rp 10 miliar untuk melakukan riset hingga jangka waktu tiga tahun mendatang.

Sebelumnya, lembaga riset Gartner memperkirakan dalam waktu dua tahun mendatang sebanyak 80 persen dari perusahaan besar di dunia akan menggunakan cloud computing untuk meningkatkan daya saingnya. International Data Corporation memperkirakan tahun lalu pendapatan dari public cloud mencapai 16 miliar dollar AS dan diperkirakan pada 2014 akan mencapai 55,5 miliar dollar AS.(KONTAN/Gentur Putro Jati)

18 Okt 2010
Source:http://tekno.kompas.com/read/2010/10/18/21230427/Tahun.Depan..Pasar.Cloud.Computing.Capai.Rp.2.1.T

Wednesday, September 8, 2010

Komputasi Awan Untuk E-Government Yang Lebih Efisien

Hampir semua sektor pemerintah harus sesegera mungkin mengkoordinasi dan mengintegrasikan berbagai fungsi-fungsi e-Government, demikian ungkap IDC Government Insights. Firma ini juga menyatakan bahwa hampir semua instansi pemerintah memiliki berbagai sistem operasi yang parsial dan menghadapi berbagai hambatan yang datang dari berbagai macam kebijakan dan batasan-batasan operasi. Akibatnya muncul beragam kebutuhan dan skala kapasitas IT.


www.idc.com.sg

"Menengok kedepan : mengartikulasikan Cloud Competencies di sektor pemerintah kawasan Asia Pasifik," misalkan berkait dengan dunia bisnis maka pusat data yang tradisional tidak lagi dapat dioperasikan. Sehingga, lembaga-lembaga sektor pemerintah harus secara aktif mengeksplorasi kemungkinan mengadopsi teknologi-teknologi komputasi awan.

Gerald Wong, seorang analis pasar senior IDC Government Insights Asia Pasifik ,
dikutip dari mis-asia.com (26/8/2010) berujar " Secara umum, sektor pemerintah di kawasan Asia Pasifik masih ragu untuk mengadopsi komputasi awan.

Berbagai keraguan terutama pada lembaga-lembaga negara yang menangani informasi sensitif dan hampir semua inisiatif yang ada baru pada tahap eksperimental untuk mengadopsi Cloud Computing. Penerapannya dalam skala penuh belum menjadi hal yang umum untuk dilakukan karena sektor pemerintah masih menentuka "return on investment" (ROI) dan resiko-resiko yang menyertai adopsi teknologi-teknologi komputasi awan.


Wang menyarankan bahwa semua pemerintah harus secara aktif melakukan perubahan pada kebijakan-kebijakan dan pembinaan  semua orang dan aspek-aspek implementasi komputasi awan. Fokus harus ditujukan pada upaya merevolusi proses kerja yang bersifat tradisional dan memfasilitasi standar-standar yang interoperabel yang akan mewujudkan koordinasi antarinstansi yang lebih besar.

Kini ada banyak tuntutan terhadap upaya pengawasan dan akuntabilitas anggaran-angaran IT pemerintah paska resesi global. Tapi disaat bersamaan lembaga-lembaga tersebut dituntut untuk memberikan pelayanan dan produktifitas yang berkualitas tinggi.

IDC mencatat, sehubungan dengan tuntutan-tuntutan semacam ini, lembaga-lembaga publik dituntut untuk mencari teknologi-teknologi alternatif, seperti solusi-solusi Cloud Computing. Lebih jauh lagi. perlindungan data dan solusi-solusi keamanan seperti "rights management-as-a-service", dan bisnis intelijen terintegrasi dan aplikasi-aplikasi analitik dirancang menjadi inovasi-inovasi teknologi utama yang menuntun pada adopsi cloud computing pada sektor publik.

"Adopsi teknologi-teknologi Cloud Computing, baik pada sektor publik, privat atau gabungan kedua model/hybrid, bergantung seutuhnya pada persyaratan-persyaratan operasional yang harus diupayakan terpenuhi," ujar Wang.

(Martin Simamora)
27 Agt 2010
Source:http://plazaegov.blogspot.com/2010/08/komputasi-awan-untuk-e-government-yang.html

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...