Showing posts with label Green Product. Show all posts
Showing posts with label Green Product. Show all posts

Wednesday, July 29, 2009

Teknologi Mikroturbin untuk Substitusi Diesel

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mempersiapkan aplikasi teknologi mikroturbin untuk substitusi mesin diesel. Selain menghasilkan listrik, teknologi mikroturbin mampu memproduksi panas sebagai sumber energi baru dengan sumber energi juga berupa gas tetapi dengan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan mesin diesel.

”Mikroturbin tergolong teknologi baru yang belum pernah kita aplikasikan,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi MAM Oktaufik, Senin (27/7) di Jakarta.

Menurut Oktaufik, dengan dana hibah dari Global Environment Facility melalui Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) akan diimpor enam unit mikroturbin kapasitas 30 kilowatt-65 kilowatt dari Amerika Serikat. Dari total dana hibah 6 juta dollar AS, selain untuk pengadaan mikroturbin, juga untuk menunjang penguatan kapasitas pengusaha produsen listrik selama lima tahun.

Batas kapasitas produksi listrik mikroturbin di bawah 1.000 kilowatt dengan peralatan yang minim. Ini berfungsi menunjang desentralisasi energi atau pemenuhan energi tanpa transmisi sentralistik. Saat ini biaya peralatan teknologi ini masih terlampau tinggi, yaitu antara 3 kali dan 4 kali lipat mesin diesel.

Harga investasi awal untuk produksi 1 kilowatt mesin diesel berkisar 500 dollar AS (Rp 5 juta), sedangkan dengan mikroturbin bisa mencapai 2.000 dollar AS (Rp 20 juta). Teknologi ini menggunakan bahan bakar biogas atau metana.

”Karena bentuk mikrohidro relatif kecil, di Amerika Serikat juga digunakan untuk mesin kendaraan bus,” ujar Oktaufik.

Assistant Country Director UNDP Indonesia Budhi Sayoko mengatakan, pengadaan mikroturbin adalah untuk program substitusi mesin-mesin diesel yang selama ini digunakan untuk gedung atau perkantoran. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi produksi listrik dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

”UNDP akan memberikan dana hibah 6 juta dollar AS. Saat ini sedang dibahas untuk menghindari peran pihak ketiga dalam proses tendernya,” kata Budhi.(NAW)

Rabu, 29 Juli 2009 | 03:47 WIB

Jakarta, Kompas -http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/29/03470192/teknologi.mikroturbin.untuk.substitusi.diesel

Wednesday, July 22, 2009

Bersikap Ramah pada Lingkungan

Sebagai warga dunia, maka sudah sepatutnya jika kita menunjukkan kepedulian pada bumi tempat kita berpijak. Semata-mata hal ini dilakukan demi menjaga lingkungan yang tetap lestari dan nyaman untuk dihuni.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan. Dan hal tersebut bisa dimulai di rumah masing masing dengan cara antara lain menggunakan paper bag karena selain dapat didaur ulang, seandainya tas ini dibuang pun akan terurai dengan tanah. Demikian halnya untuk membawa keranjang atau kantung belanja sendiri dari pada dari rumah untuk menaruh barang-barang belanjaan yang dibeli, dengan cara ini Anda bisa mengurangi pemakaian kantung plastik.

Kalau di rumah ada kertas-kertas yang tidak terpakai lagi, luangkanlah waktu sejenak untuk memilah mana yang sekiranya bisa digunakan untuk membuat buku catatan kecil dan mana yang sudah tidak lagi dapat digunakan untuk menulis. Dengan kreativitas masing-masing kertas yang sudah tidak bisa terpakai bisa dibuat beragam kerajinan tangan. Misalnya dipotong dengan lebar beberapa centimeter dan kemudian dipilin hingga membentuk tali-tali kecil. Bentuk pilinan tersebut kemudian bisa dijadikan hiasan untuk vas, celengan kaleng, dan lain-lain. Dan kertas-kertas tersebut Anda juga bisa membuat “bubur” kertas untuk kemudian dibuat “maket” pemandangan atau kertas daur ulang.

Untuk botol atau gelas kaca/plastik yang sudah tidak terpakai lebih baik digunakan untuk pot tanaman atau wadah lain seperti tempat pensil. Jadi, dari pada dibuang dan akhirnya mengotori lingkungan, lĂ«bih baik barang-barang tersebut “diberdayakan”. Toh selain mengasah kreativitas, dengan cara ini Anda tak perlu mengeluarkan uang misalnya untuk membeli pot, bukan?

Langkah lain yang dapat dilakukan dalam upaya menunjukkan sikap ramah lingkungan adalah dengan menghemat energi, misalnya dengan mematikan alat-alat listrik yang tidak terlalu diperlukan. Dengan cara ini pula Anda akan menghemat biaya untuk rekening listrik.

Ada. banyak jalan menuju Roma, banyak jalan pula untuk menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dan sekecil apapun itu langkah yang ditempuh, tentu akan sangat berarti. [ASP]

Retyped by YK
Sumber: Harian Kompas, Mei 2009

Monday, July 20, 2009

Hijaunya BNI Hijaunya Negeri

BNI go green? Wow..emangnya bisa? Inilah pertanyaan yang sering kita dengar baik disampaikan oleh kalangan pegawai sendiri maupun oleh orang luar. Jawabannya adalah mengapa tidak bisa? Dimulai sejak era Dirut Sigit Pramono, momen bersejarah dimulai ketika tanggal 15 Desember 2005, BNI menandatangani kesepakatan dengan UNEP-FI (salah satu organ PBB dengan singkatan United Nation Environment Programme for Finance Initiative) untuk menerapkan bisnis dan investasinya dengan memperhatikan keberlanjutan (sustainability) dan kelestarian lingkungan.

Bahkan setelah ini, pada Desember 2007 BNI juga dipercaya sebagai official bank dalam Konferensi Tingkat Tinggi PBB Perubahan Iklim (United Nations – Climate Change Conference), di Bali. Mengapa BNI perlu melakukan pendekatan bisnis berwawasan lingkungan? Karena ternyata di balik isu-isu lingkungan terpendam besarnya potensi pembiayaan bank dalam menghadapi isu ini. Beberapa isu besar dalam perubahan iklim, diantaranya emisi gas rumah kaca, peningkatan karbon, krisis energi dan peningkatan permukaan air laut. Selain berperan di UNCCC 2007, BNI juga ditunjuk lagi oleh PBB menjadi official bank pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado bulan Mei 2009. Apa yang diminta oleh PBB pada beberapa kali kesempatan dapat menjadi inspirasi lembaga lainnya dan tentunya masyarakat luas bahwa komitmen BNI telah diakui sebagai layaknya sebuah prestasi yang tidak diklaim oleh internal bank tapi mendapatkan pengakuan dari pihak luar bahkan internasional.

Bahkan pada tanggal 02 Juli 2009 lalu, BNI berkomitmen lagi menjadi satu-satunya bank dalam negeri yang akan mendukung proyek Clean Development Mechanism (CDM). CDM merupakan program yang diluncurkan pada Perjanjian Kyoto untuk memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan yang mampu menurunkan tingkat emisi karbon.

Inspirasi Hijau: Produk KPR

Mau bukti? Ini bisa kita lihat dari produk KPR BNI Griya yang menerapkan konsep hijau dan asri bagi perumahan-perumahan yang didanai oleh BNI. Konsep BNI Griya juga melibatkan partisipasi beberapa pihak seperti kalangan developer (jumlahnya mencapai 1.000 developer) dan ikatan arsitek Indonesia. BNI juga membuat Buku panduan hijau yang memuat kiat-kiat praktis dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dilakukan dalam mengupayakan hidup lebih sehat dan nyaman, tetapi juga berdampak besar dalam mencegah perubahan iklim yang sedang terjadi.

Salah satu informasi dalam buku panduan hijau ini adalah bahwa ternyata perumahan dan berbagai bangunan lainnya merupakan sumber emisi gas rumah kaca. Bangunan menyumbang 7,9% emisi global gas rumah kaca dan jika faktor penggunaan listrik dimasukkan, angka ini membengkak menjadi 33% dari total emisi global pada tahun 2004. Ini disebabkan konsumsi energi bangunan begitu besar terutama untuk aktifitas operasional seperti penggunaan AC, penerangan, pemanas air atau peralatan berbasis listrik. Maka dari itu untuk menekan emisi gas rumah kaca ini adalah dengan meningkatkan efisiensi energi pada bangunan. Menurut UNEP Sustainable Construction and Building Initiative, bangunan mengkonsumsi sekitar 30-40% dari total energi global. Dengan menggunakan teknologi yang ada dan dalam waktu singkat, konsumsi energi bangunan baru maupun lama dapat dipotong 30-50% tanpa peningkatan biaya investasi yang nyata (Sumber: UNEP Sustainable Construction and Building Initiative).

Inspirasi Hijau: Layanan paperless e-billing BNI

Selain untuk perumahan dalam skema pembiayaan KPR, ternyata inspirasi hijau BNI juga menular kepada pemegang kartu kredit BNI. Melalui fasilitas e-billing (tagihan dikirimkan ke nasabah via e-mail dalam bentuk file pdf) dan billing two in one (tagihan visa dan master yang beralamat sama digabungkan dalam satu amplop) maka BNI juga melakukan efisiensi kertas dan mengurangi emisi karbon. Mengapa demikian? Karena BNI Card Center saja setiap bulan rata-rata mencetak sebanyak 600.000 kertas lembar tagihan atau sama dengan 1200 rim kertas A4 (1 rim = 500 lembar). Sementara 1 (satu) batang pohon berusia 5 tahun setara dengan 1 rim jenis kertas A4. Melalui e-billing dan billing two in one tersebut, BNI dapat menghemat secara total sebesar 80 rim kertas A4 per bulan (7% dari kebutuhan bulanan). Dengan kata lain, secara sustainability BNI telah menghemat sebanyak 80 pohon per bulan atau 960 pohon per tahun! Bahkan untuk billing two in one BNI juga mengurangi efek emisi karbon dari kendaraan kurir BNI karena mereka tidak harus bolak-balik mengirimkan lembar tagihan ke alamat yang sama.

Inspirasi untuk Hijaunya Negeri

Selain hal-hal di atas BNI juga terlibat aktif dalam penanaman pohon di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu bukankah karya-karya BNI demi lingkungan dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia dan bagi masyarakat khususnya nasabah BNI? Andalah yang berhak menilainya.

Penulis: Leonard Tiopan Panjaitan/NPP: 23348, email: leonardpanjaitan@gmail.com

Saturday, July 18, 2009

22 Pasar Indonesia Mampu Produksi Lima Ton Kompos Sehari

Sebanyak 22 unit pasar di Indonesia mampu mengubah total 13 ton sampahnya menjadi lima ton kompos per hari untuk keperluan pupuk nasional.

"Kalau 13.450 pasar di Indonesia memiliki unit pengolahan kompos sendiri maka kebutuhan pupuk nasional bisa terpenuhi dan tidak diperlukan lagi dibangun pabrik pupuk besar-besar," kata Excecutive Director Danamon Peduli Risa Bhinekawati di Jakarta, Jumat (26/6).

Risa mengatakan, Danamon Peduli memberi sumbangan mesin pengolah sampah menjadi kompos, rumah kompos, modal kerja hingga pelatihan bagi 31 unit pasar di 31 kabupaten/kota senilai Rp100juta-Rp120 juta per pasar dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Danamon.

Dengan mengolah sampah di tempat, ujarnya, maka akan mengurangi ongkos angkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir dan mengurangi karbon akibat pembakaran sampah di TPA sekaligus mengurangi kebutuhan gas alam dalam pembuatan pupuk kimia.

"Pupuk organik juga lebih baik bagi tanaman," katanya sambil menambahkan bahwa mesin pengolah sampah menjadi kompos sudah dibuat sendiri oleh UKM di dalam negeri. (Ant/OL-04)

JAKARTA--MI:Jumat, 26 Juni 2009 23:04 WIB

Kemasan Makanan Styrofoam Aman

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa kemasan makanan berbahan dasar "polystirene" atau "styrofoam" yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan mutu dan aman digunakan.

"Badan POM sudah melakukan sampling dan pengujian terhadap 17 jenis kemasan 'styrofoam'. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kemasan memenuhi syarat," kata Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Selasa.

Namun BPOM mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati dalam menggunakan kemasan berbahan "expandable polystyrene"/EPS tersebut untuk mewadahi makanan karena dalam kondisi tertentu berisiko membahayakan kesehatan.

Residu monomer stirene pada Polystirene, katanya, dapat terlepas bila bercampur dengan makanan berlemak/ berminyak dan beralkohol, terlebih dalam keadaan panas.

"Kalau residunya kecil tidak berbahaya. Residu monomer stirene tidak mengakibatkan gangguan kesehatan jika jumlahnya kurang dari 5.000 bagian per juta," katanya serta menambahkan menurut hasil pengujian BPOM residu monomer stirene pada sampel kemasan yang diuji hanya berkisar antara 10 bagian per juta hingga 30 bagian per juta.

Ia juga meminta masyarakat memperhatikan label pada kemasan berbahan "styorofoam". Kemasan berbahan "styrofoam" yang aman biasanya berlabel tanda segitiga dengan tulisan angka enam di dalamnya dan PS di bawahnya.

"Selain itu, jangan menggunakan kemasan ini dalam 'microwave' dan jangan menggunakan kemasan yang sudah rusak atau berubah bentuk untuk mewadahi makanan yang berlemak/berminyak dalam keadaan panas," katanya.

Dia menjelaskan pula bahwa hingga saat ini belum ada negara di dunia yang melarang penggunaan kemasan berbahan dasar EPS dengan pertimbangan kesehatan.

"Kebijakan pelarangan di beberapa negara dilakukan untuk mencegah pencemaran karena bahan ini sangat sulit terurai," demikian Husniah Rubiana Thamrin Akib. (Ant/OL-06)

JAKARTA--MI: Selasa, 14 Juli 2009 15:38 WIB

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...