Wednesday, July 22, 2009

Solusi Hemat Energi Mengusir Udara Panas

Rumah adalah tempat di mana kita berteduh dan tinggal. Kita mendapatkan perlindungan serta kenyamanan dari teriknya sinar matahani dan dinginnya cuaca di saat hujan.



Suhu udara yang ideal di dalam rumah berkisar 24 -26 derajat celcius. Penghuni rumah akan merasa tidak nyaman jika suhu udara dalam ruangan menjadi ekstrim. Contohnya jika di musim panas, akan terasa kegerahan karena udara panas tidak keluar. Udara panas yang terperangkap akibat bukaan ruangan yang tertalu sedikit, bertanggung jawab atas hal ini.



Memakai pendingin udara bisa menjadi jawabannya. Tetapi penggunaan pendingin udara atau air conditioner (AC) bukan jawaban tepat sebagai solusi menghemat energi.



Udara panas dapat diredam dengan beberapa faktor seperti: penataan ruang yang tepat, pengunaan kipas angin plafon, menghindari efek rumah kaca, dan penanaman tumbuhan hijau.



Sirkulasi udara di dalam ruang dipengaruhi o!eh penataan interior. Keterbukaan antar ruang dapat membuat udara bebas mengalir dan ruang depan sampai ke belakang. Pengertian tentang keterbukaan tersebut adalah ruang-ruang yang diusahakan tidak terbatasi oleh material-material masif.



Penempatan furnitur berukuran besar, hendaknya jangan diletakkan di tengah ruangan, sebaiknya dirapatkan ke dinding. Pembatas ruangan pun diusahakan untuk memungkinkan udara dapat melewatinya, misalkan dengan material bambu.



Biasanya, dalam kondisi cuaca panas, suhu panas akan naik ke atas dan banyak berkumpul di area plafon rumah. Penggunaan kipas angin plafon menjadi salah satu solusi. Selain mempercantik ruangan, alat ini dapat difungsikan secara optimal sebagai pengusir udara panas dari area plafon.



Seperti bumi, rumah juga menghadapi kondisi efek rumah kaca. Kondisi yang membuat udara panas terperangkap karena terpapar panas matahari. Material transparan seperti kaca polikarbonat berukuran besar umumnya membuat kondisi tersebut terjadi.



Untuk menghindari panas, usahakan material transparan tidak terpapar langsung oleh matahari. Hal ini dapat disiasati dengan pegunaan penghalang seperti kisi-kisi, kerai ataupun kanopi.



Solusi lain berupa peletakan tanaman hijau diarea bukaan rumah. selain mengeluarkan oksigen dari hasil fotosintesanya tanaman juga bermanfaat sebagai penyerap radiasi sinar matahari. Tidak hanya penanaman pohon di halaman rumah, tetapi area rumah juga memerlukannya.



Caranya dengan meletakkan tanaman hijau dengan tinggi sejajar jendela di sekitar jendela. Untuk jenis tanaman yang dapat dipilih adalah tanaman dengan daun yang lebat.



Dengan menghemat energi untuk mengusir udara panas, merupakan langkah awal untuk mengurangi pemanasan global. (AJG)



Retyped by YK

Sumber: Harian Kompas, Juni 2009

Bersikap Ramah pada Lingkungan

Sebagai warga dunia, maka sudah sepatutnya jika kita menunjukkan kepedulian pada bumi tempat kita berpijak. Semata-mata hal ini dilakukan demi menjaga lingkungan yang tetap lestari dan nyaman untuk dihuni.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan. Dan hal tersebut bisa dimulai di rumah masing masing dengan cara antara lain menggunakan paper bag karena selain dapat didaur ulang, seandainya tas ini dibuang pun akan terurai dengan tanah. Demikian halnya untuk membawa keranjang atau kantung belanja sendiri dari pada dari rumah untuk menaruh barang-barang belanjaan yang dibeli, dengan cara ini Anda bisa mengurangi pemakaian kantung plastik.

Kalau di rumah ada kertas-kertas yang tidak terpakai lagi, luangkanlah waktu sejenak untuk memilah mana yang sekiranya bisa digunakan untuk membuat buku catatan kecil dan mana yang sudah tidak lagi dapat digunakan untuk menulis. Dengan kreativitas masing-masing kertas yang sudah tidak bisa terpakai bisa dibuat beragam kerajinan tangan. Misalnya dipotong dengan lebar beberapa centimeter dan kemudian dipilin hingga membentuk tali-tali kecil. Bentuk pilinan tersebut kemudian bisa dijadikan hiasan untuk vas, celengan kaleng, dan lain-lain. Dan kertas-kertas tersebut Anda juga bisa membuat “bubur” kertas untuk kemudian dibuat “maket” pemandangan atau kertas daur ulang.

Untuk botol atau gelas kaca/plastik yang sudah tidak terpakai lebih baik digunakan untuk pot tanaman atau wadah lain seperti tempat pensil. Jadi, dari pada dibuang dan akhirnya mengotori lingkungan, lĂ«bih baik barang-barang tersebut “diberdayakan”. Toh selain mengasah kreativitas, dengan cara ini Anda tak perlu mengeluarkan uang misalnya untuk membeli pot, bukan?

Langkah lain yang dapat dilakukan dalam upaya menunjukkan sikap ramah lingkungan adalah dengan menghemat energi, misalnya dengan mematikan alat-alat listrik yang tidak terlalu diperlukan. Dengan cara ini pula Anda akan menghemat biaya untuk rekening listrik.

Ada. banyak jalan menuju Roma, banyak jalan pula untuk menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dan sekecil apapun itu langkah yang ditempuh, tentu akan sangat berarti. [ASP]

Retyped by YK
Sumber: Harian Kompas, Mei 2009

Barter Untuk Selamatkan Pohon

Ilmuwan mulai menggelar eksperimen ekosistem yang radikal, yakni membarter pohon ke daerah baru.



Greg O’Neill, seorang ahli genetika British Columbia Ministry of Forests and Range, sedang berupaya agar kawasan hutan di Amerika Utara diubah menjadi laboratorium lapangan untuk perubahan iklim.



Dengan bertolak dari secuil teori tentang adaptasi, dia berupaya mengembangkan uji coba berapa lama kiranya satu spesies pohon bisa bertahan dalam daerah dengan iklim yang tidak bersahabat.



Uji coba itu dimulai dari pohon kayu western larch yang kayunya mempunyai alur tebal dan daunnya menyerupai jarum-jarum hijau. Pepohonan tersebut banyak tumbuh di sekitar lembah dan tebing curam di pegunungan Amerika Utara. Sekarang, ahli kehutanan asal Kanada berusaha membesarkannya di wilayah yang lebih dingin, yakni di sekitar lingkaran Kutub Utara.



Beberapa jenis bibit yang juga dimulai dipindahkan adalah pohon yang senang tumbuh di daerah lembab seperti cemara sitka dan western red cedar yang biasa tumbuh di hutan hujan pesisir British Colombia. Sekitar 20%-30% spesies dunia saat ini menghadapi kepunahan. Mungkin pada 2100 saat suhu permukaan global naik sesuai dengan estimasi laporan IPCC, upaya konservasi tidak sanggup memenuhi tuntutan adaptasi dari perubahan iklim.



Itu sebabnya eksperimen yang radikal mulai bermunculan. Memindahkan bibit seperti yang dilakukan O’Neill amat dibenci beberapa penggiat konservasi. Upaya semacam itu dinilai mendahului mekanisme alam.



Dua dekade lampau, remis zebra (Dreissena polymorpha) yang tanpa disengaja terintroduksi ke Great Lakes kini menjadi hama. Akibatnya, setiap tahun jutaan remis tersebut menyumbat pipa air. Namun kalangan yang mendukung eksperimen O’Neill justru berpendapat upaya memindahkan pepohonan termasuk strategi intervensi yang bertanggungjawab. Apabila tidak dipindahkan, pepohonan ini mungkin rontok akibat meluasnya hama yang terpicu oleh pemanasan global.



“Sebatang pohon yang ditanam hari ini seharusnya bisa beradaptasi terhadap iklim 80 tahun ke depan, jangan cuma iklim hari ini saja,“ tegas Greg O’Neill seperti dikutip kantor berita AP. Menurut dia, strategi kehutanan sudah saatnya memikirkan tantangan jangka panjang. Itulah alasan ia menggelar eksperimen pemindahan pohon, teknik yang dalam ilmu kehutanan dikenal juga dengan nama “migrasi dengan bantuan”.



“Tentunya, kami ingin agar spesies berpindah secara alami, tetapi pada kondisi tertentu hal itu tidak akan terjadi sebab beberapa spesies terisolasi dan kondisi membuatnya terperangkap, “imbuh ahli biologi konservasi Stuart Pimm.



Gagasan untuk merelokasi spesies sebagai langkah pre-emptive strike terhadap perubahan iklim sesungguhnya berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kelompok ilmuwan sudah menerapkan “migrasi dengan bantuan” dalam skala terbatas.



Contohnya, beberapa sukarelawan tahun lalu menanam pohon langka jenis torreya yang biasa tumbuh di iklim panas Florida, Amerika Serikat, di kawasan pegunungan Appalachian selatan, Amerika Utara. Sementara itu, ilmuwan di Kanada juga sudah memulai memindahkan pepohonan yang biasa tumbuh di Yukon, dekat Alaska, ke daerah yang lebih hangat di selatan Oregon, Amerika Serikat.



Intervensi



Di masa lampau, pemanasan bumi telah mendorong sejumlah spesies bermigrasi demi bertahan hidup tanpa bantuan manusia. Sebagian sanggup beradaptasi dengan lingkungan baru, sementara sisanya punah. Dengan diperhadapkan pada perubahan iklim yang lebih dasyhat, ilmuwan beranggapan bahwa spesies tidak memiliki kemampuan untuk berpindah ke lingkungan baru. Itu sebabnya perlu sedikit bantuan manusia untuk menjaga keragaman hayati yang tersisa.



Di Amerika Utara, sejumlah spesies mulai bergerak ke daerah dingin di utara. Kupu-kupu Edith’s checkerspot yang mulai lenyap dari wilayah selatan sekarang sudah berpindah 75 mil ke daerah pegunungan. Adapun rubah merah juga telah hijrah ke Kanada Utara dan mengusir kawanan rubah kutub.



Dalam kelompok tumbuhan, hutan cemara kini menyerbu pada rumput Kutub Utara dan berdampak pada kehidupan karibu dan biri-biri yang menghuni kawasan tersebut. Tahun lalu, untuk menjamin adaptasi tumbuhan terhadap iklim, pemerintah British Columbia mulai menanam bibit pohon pada ketinggian 1.600 kaki di atas habitat mula-mula. Mereka berupaya mempelajari bagaimana manusia bisa membantu pepohonon pindah ke kawasan lebih dingin menyusul memanasnya suhu permukaan akibat perubahan iklim.



Musim semi kali ini, penanaman sudah dilakukan sekitar kawasan selatan British Columbia dan lahan privat di sekitar Pegunungan St.Helens. Tiap kawasan ditanami 3.000 bibit dan menurut rencana lima tahun kemudian ilmuwan akan kembali mengamati dan mendokumentasikan pertumbuhannya. Sementara itu, keseluruhan proyek mencakup 48 plot sekitar British Columbia, Washington State, Oregon, Montana, dan Idaho. Masing-masing akan menjadi lapangan uji coba bagi 15 spesies pohon untuk beradaptasi pada suhu yang lebih dingin dan hangat daripada biasanya.



Penulis: Clara Rondonuwu

Sumber: Harian Media Indonesia, Selasa-21 Juli 2009, Hal.21

Link:http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=595:barter-untuk-selamatkan-pohon&catid=7:green-product&Itemid=12

Tuesday, July 21, 2009

Kemarau Tiba, Marunda Mengering

Seorang warga melintas di retakan tanah kering akibat panas terik sejak awal bulan ini. Di Marunda, air bersih mulai menjadi persolan serius akibat musim kemarau.
Sumber foto: Detik.com
Fotografer - Ari Saputra

Source:http://foto.detik.com/readfoto/2009/07/21/171730/1168918/157/1/kemarau-tiba-marunda-mengering

Bentuk Ketidakpedulian Hemat Listrik oleh Pemerintah

Saya turut prihatin dengan masalah global warming yang sekarang ini sudah tidak terlalu dipedulikan oleh masyarakat. Khususnya oleh pemerintah kita.

Beberapa bulan lalu kampanye global warming sangat marak. Terutama kampanye hemat listrik. Tetapi, semakin ke mari tampaknya kampanye dan iklan pun sudah mulai tidak tampak. Padahal masyarakat kita harus selalu diingatkan agar menjadi persoalan hemat listrik menjadi suatu kebiasaan.

Saya melihat masih banyak lampu jalan yang tidak dimatikan pada siang hari. Ada juga lampu papan reklame yang tidak dimatikan dan dibiarkan menyala pada siang hari.

Ini adalah suatu pemborosan dan bentuk suatu ketidakpedulian pemerintah yang menganggap ini adalah hal kecil. Saya berharap pemerintah lebih peduli dan tidak mengabaikan hal ini.

Semoga pengambil keputusan di negeri ini bisa mempertimbangkan pemasukan ini. Terima kasih.

Erica - suaraPembaca, Jakarta - Selasa, 21/07/2009 17:18 WIB
Erica
Taman Surya Jakarta
jkt_erica@yahoo.com
54394372

Source:http://suarapembaca.detik.com/read/2009/07/21/171803/1168924/283/bentuk-ketidakpedulian-hemat-listrik-oleh-pemerintah

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...