Saturday, July 25, 2009

Batalkan Pemindahan Komodo

Kupang, Kompas - Gubernur NTT Frans Lebu Raya meminta rencana pemerintah memindahkan komodo dari habitat aslinya ke Bali dibatalkan. Sementara itu, muncul kekhawatiran hadirnya komodo di Bali akan mengubah bentang alam Pulau Dewata yang terbatas wilayahnya.

Kepala Dinas Kehutanan NTT Yos Diaz mengatakan, Gubernur NTT telah menegaskan, pemerintah pusat tidak bisa begitu saja memindahkan binatang itu tanpa koordinasi dengan pemda.

”Binatang komodo itu hanya ada di Manggarai Barat, maka disebut hewan langka, dan kemudian masuk salah satu nomine dari tujuh keajaiban dunia. Seleksi itu sedang dilakukan. Seluruh warga Indonesia diminta berpartisipasi mendukung upaya itu,” kata Diaz, Jumat (24/7).

Anggota DPRD NTT, Kornelis Soi, juga mendesak Menteri Kehutanan mencabut SK tersebut. ”Keputusan itu merupakan konspirasi politik tingkat tinggi setelah tambang emas di Manggarai Barat dipersoalkan. Mengapa secara mendadak pemerintah pusat memindahkan binatang langka itu dari Manggarai Barat ke Taman Safari Indonesia di Bali,” kata Soi.

Dalam berita sebelumnya disebutkan, Departemen Kehutanan dalam upaya mencegah kepunahan komodo berencana memindahkan 10 komodo dari Wae Wuul ke Taman Safari Bali di Gianyar. Rencana itu tertuang dalam Surat Keputusan Menhut Nomor SK.384/Menhut-II/2009 tanggal 13 Mei 2009.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali Agung Wardhana di Denpasar menegaskan, rencana tersebut dikhawatirkan mengubah bentang alam pulau itu sebagai kompensasi penciptaan habitat buatan. Kajian analisis mengenai dampak lingkungan ataupun sosial harus dibuat dan dibuka lebih dulu kepada masyarakat Bali.

Penolakan masyarakat Bali pernah terjadi beberapa waktu lalu saat pihak taman safari berencana memindah 8 gajah ke Taman Safari Bali. Salah satu alasan penolakan adalah daya dukung alam Bali tidak cukup untuk menampung gajah, terkait dengan kawasan jelajah serta ketersediaan pakan.

”Setelah sebelumnya gajah, kini komodo, besok apa lagi. Apakah semua harus dimasukkan ke pulau yang relatif kecil dan padat ini,” kata Wardhana. Dia menduga ada proses yang ditutup-tutupi. Ia mendesak Dephut membuka ke publik Bali kajian amdal dan sosialnya, juga alasan kenapa dipilih Taman Safari Bali.

Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Bali Istanto meminta seluruh pihak tidak apriori terhadap rencana itu. Sebagai sebuah lembaga konservasi, pengelola Taman Safari Indonesia dinilai memiliki pengalaman dan kompetensi.

Sabtu, 25 Juli 2009 | 03:45 WIB

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/25/03452844/batalkan.pemindahan.komodo

SELULER: Gaya, Canggih, atau Keduanya

Teknologi yang dibenamkan dalam telepon seluler memang makin beragam. Telepon seluler bukan hanya punya kemampuan sebagai alat berkomunikasi suara dua arah, tetapi juga mampu menampilkan komunikasi dua arah dan gambar lawan bicaranya.

Telepon seluler alias ponsel juga bisa memotret dan mengirimkannya melalui jaringan internet. Sementara sebagian masyarakat Indonesia masih tergagap ponsel berkemampuan internet, sekarang di luar sudah lahir ponsel generasi keempat atau 4G.

Seperti perilaku pemilih dalam pemilihan umum, perilaku konsumen ponsel di Tanah Air memang sulit ditebak. Tidak heran kalau produsen ponsel juga cukup berhati-hati dalam meluncurkan produknya di pasar Indonesia.

”Perusahaan harus hati-hati, terutama di mana mereka harus meletakkan investasinya selama krisis. Kami telah mengaturnya berdasarkan analisis menyeluruh dan berkelanjutan dari para pelanggan dan kebutuhan mereka. Hal ini memungkinkan kita untuk bergerak maju dan berbelok mengikuti kepercayaan dan kecenderungan baru konsumen dan memanfaatkannya menjadi peluang,” ujar Vice President of Marketing Strategy Team, LG Electronics Mobile Communications Company, Chang Ma, pertengahan Juni lalu di Singapura.

Namun, ada kepercayaan umum yang dipegang produsen ponsel. Mereka menemukan bahwa perilaku konsumen pembeli ponsel terus berubah. Saat ini diperkirakan konsumen lebih mendasarkan pilihannya pada pertimbangan rasional. Tidak heran kalau konsumen sekarang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi ponsel yang akan dibelinya, untuk memastikan bahwa produk itu memang memenuhi kebutuhannya.

Perilaku konsumen ini pula yang dimuat dalam laporan terakhir dari Boston Consulting Group yang berjudul ”Winning Consumers through the Downturn”. Di sana disebutkan, konsumen saat ini mengurangi pengeluaran untuk membeli ponsel baru. Itu sebabnya, mereka akan lebih selektif dalam membelanjakan uangnya dan memilih produk berkualitas baik serta punya nilai istimewa bagi mereka.

Kondisi inilah yang dihadapi produsen ponsel dengan beragam strategi untuk menaklukkan pasar yang terus bergejolak. Meski secara umum saat ini pasar dunia dan ponsel mengalami penurunan, para produsen tetap mengembangkan produk untuk melahirkan produk baru yang akan ditawarkan kepada konsumen dengan memberikan sejumlah kemudahan.

Bukan hanya itu, produsen juga memperkenalkan produknya dengan mengelompokkan target pemakainya. Seperti pemakai yang mungkin hanya memanfaatkan ponsel sebagai alat komunikasi dua arah saja, atau ada yang menginginkan ponselnya dilengkapi fasilitas hiburan multimedia, dan gabungan semua teknologi terakhir, serta ponsel yang memiliki desain yang berkelas lengkap dengan merek fashion terkenal.

Paling tidak, pilihan langkah terakhir inilah yang diambil LG Electronics. Produsen ini meluncurkan atau berencana untuk meluncurkan empat kelompok produk ponsel, yaitu LG ARENA (LG-KM900) yang punya keunggulan di audio, video, dan fitur kamera. Termasuk dalam kategori ini LG Viewty Smart (LG-GC900), yang masuk dalam kelompok ponsel hiburan. Selain mempunyai fitur multimedia, produk ini juga memiliki kemampuan kamera hingga 8 megapiksel.

Punya gaya

Ketika banyak produsen ponsel yang masih mengembangkan handphone ke arah ponsel berteknologi canggih, telepon pintar dengan multi-task manager, yang dilengkapi Microsoft Exchange ActiveSync, serta menu navigasi yang semakin memudahkan dan membuat nyaman penggunanya, LG melangkah dengan produk-produk ponsel pintar yang punya gaya. Produk dengan layar sentuh, LG’s 3D dan S-Class UI dengan kategori LG-Crystal GD900, badannya dibuat dari bahan transparan dari kaca tempa. Pantas, LG mengklaim sebagai pemilik ponsel transparan pertama di dunia.

Ponsel yang bergaya ini memang tidak berhenti pada kecanggihan teknologi yang dilekatkan ke badan ponsel, tetapi produsen juga mengembangkan desain yang menarik. LG memperkenalkan produk yang didesain khusus dan menempelkan nama Prada pada produknya.

Dengan menempelkan label Prada, sebuah merek fashion terkenal, produk ini diharapkan akan membidik konsumen yang tidak lagi menganggap ponsel sekadar alat untuk berkomunikasi atau bekerja, tetapi juga bagian dari fashion.

Sayangnya, konsumen di Indonesia memang masih harus bersabar untuk menanti produk penuh gaya ini. Produsennya sendiri masih belum bisa memastikan kapan waktunya untuk memasuki pasar Indonesia, atau bahkan mungkin tidak pernah berpikir untuk mencoba pasar ponsel Indonesia yang terkadang sulit diperhitungkan.

Namun, bagi konsumen, pilihannya memang kembali kepada kita sebagai pemakai. Alasan yang bisa dipakai untuk memilah dan memilih memang beragam. Salah satunya berdasarkan kegunaan yang diharapkan. Apakah akan menggunakan ponsel sekadar untuk berbicara dan SMS, atau sudah menjadikannya sebagai bagian alat kerja, atau bahkan menjadi bagian dari gaya hidup dengan citra yang glamor.

Jumat, 24 Juli 2009 | 05:23 WIB

Penulis: Imam Prihadiyoko

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/24/05233667/gaya.canggih.atau..keduanya

Mata Air Brantas Mati

Puluhan sumber mata air di Sungai Brantas, Jawa Timur, mengering, bahkan mati, akibat perusakan hutan secara besar-besaran. Kondisi itu mengancam kelangsungan kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia, beserta kegiatan perekonomian di sepanjang aliran sungai.

Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Ecoton Prigi, Arisandi, di Kediri, Kamis (23/7), menyebutkan, dari 111 sumber mata air Sungai Brantas, saat ini tinggal 50 sumber mata air. ”Data itu kami dapatkan dari hasil penelitian tahun 1998. Kondisi saat ini semakin parah. Kami perkirakan sumber mata air yang mati jumlahnya semakin banyak,” katanya di sela-sela acara sosialisasi lingkungan kepada pelajar di Kediri.

Prigi mengatakan, sumber mata air Sungai Brantas berasal dari Gunung Kelud di Kediri, Gunung Wilis, Gunung Welirang, Gunung Arjuna, dan Gunung Liman di Nganjuk. Sumber-sumber mata air itu mengering seiring maraknya perusakan hutan dan pengalihan fungsi kawasan konservasi menjadi lahan pertanian.

Sebagai contoh, hampir di seluruh lereng Gunung Wilis di wilayah Kabupaten Kediri, Tulungagung, dan Nganjuk saat ini telah berubah dari hutan menjadi lahan pertanian produktif dengan tanaman utama jagung, ketela, dan sayur-sayuran. Tanaman hutan produksi, seperti jati dan pinus, habis dijarah.

”Jika terus dibiarkan, tak menutup kemungkinan Sungai Brantas mengering 15 tahun ke depan. Padahal, kita tahu, Sungai Brantas adalah urat nadi kehidupan 60 persen lebih masyarakat di Jawa Timur,” ujarnya.

Air Sungai Brantas tak hanya digunakan sebagai sumber air perusahaan daerah air minum, tetapi juga sumber pengairan lahan pertanian di Malang, Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, serta sumber air bagi sejumlah industri manufaktur.

Kerusakan Sungai Brantas diperparah dengan adanya pembuangan limbah cair dari rumah tangga dan industri serta penambangan pasir besar-besaran.

Tinggi muka air Waduk Bade di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada musim kemarau ini juga menurun drastis hingga mendekati ambang batas minimum. Elevasi waduk turun dari 239,50 meter di atas permukaan laut (dpl) menjadi 237,42 meter dpl. Akibatnya, aliran air untuk ribuan hektar sawah terpaksa dibatasi.

Para petani di Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terpaksa mengandalkan saluran drainase warga untuk mengairi sawah dan kebun mereka. Padahal, air yang mereka gunakan tercemar berat limbah pabrik.

Produksi melati turun

Musim kemarau sekarang ini juga menyebabkan produksi melati di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, turun karena stok air pada musim kemarau tidak memadai. Penurunan produksi juga mengakibatkan melonjaknya harga melati dari Rp 10.000 menjadi Rp 19.000 per kilogram.

Ahmad (70), petani melati di Desa Slamaran, Kecamatan Pekalongan Utara, Kamis, menyatakan, penurunan produksi melati terjadi sejak satu bulan lalu. Sebelumnya, dari lahan seluas 2.000 meter persegi ia bisa memperoleh sekitar dua kilogram melati per hari. Saat ini hanya 1-2 ons melati per hari. Anjloknya produksi juga membuat pasokan ke sejumlah pabrik teh di Tegal dan Pekalongan turun.

Juri (65), petani melati lain, mengatakan, penurunan produksi melati terjadi karena tanaman kekurangan air. Selama ini, tanaman melati hanya mengandalkan air hujan dan air saluran irigasi kecil, yang berada di pinggir lahan itu. ”Daun kering dan rontok,” ujarnya. Menurut Juri, penurunan produksi melati juga disebabkan serangga ulat.

Pada musim kemarau ini, sawah seluas 173 hektar di Desa Pilangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, juga dibiarkan telantar oleh petani karena tak ada air untuk mengolahnya. Di Jabar, 193 hektar tanaman dilanda kekeringan.

Jumat, 24 Juli 2009 | 04:00 WIB

Kediri, Kompas -http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/24/04004220/mata.air.brantas.mati

Teknologi Lelang WiMAX 2,3 GHz ke Mana Arahnya?

Setelah melalui berbagai penundaan, seleksi penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched 2,3 GHz, atau yang lebih dikenal dengan layanan pita lebar berbasis teknologi WiMAX, mencapai tahapan lelang elektronik (e-auction). Lelang ini telah dilaksanakan pada 14-16 Juli lalu dan hasil lelang diharapkan akan diumumkan pada 27 Juli 2009. Namun, bersamaan dengan kegiatan lelang itu, ada beberapa hal yang memerlukan penelahan lebih lanjut, di antaranya kelayakan teknologi yang dipilih serta ketersediaan peralatannya sendiri.

Walaupun pemerintah tidak menyatakan secara eksplisit pemilihan standar yang dipakai, dari Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 94, 95, dan 96 dari Dirjen Postel tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa pemerintah mengacu pada standar IEEE 802.16-2004, atau lebih dikenal dengan sebutan WiMAX 16d, yang di dunia internasional, termasuk dalam WiMAX Forum, pengembangannya sudah dihentikan dan kini beralih ke teknologi WiMAX standar 16e atau WiMAX mobile.

Walaupun salah kaprah, panitia lelang berulang kali menyebut standar IEEE 802.16-2004 atau WiMAX 16d ini sebagai standar nomadic (bergerak terbatas) dan fixed (tetap), sementara standar IEEE 802.16e sebagai standar mobile. Pada kenyataannya, sebenarnya standar IEEE 802.16e atau WiMAX mobile juga dapat diaplikasikan untuk keperluan bergerak terbatas dan tetap.

Dari sisi ketersediaan perangkat, konon saat ini hanya ada dua penyedia perangkat WiMAX 802.16d di 2,3 GHz yang sanggup memenuhi ketentuan tingkat kandungan dalam negeri yang juga sudah ditetapkan pemerintah, yaitu 40 persen untuk base station (BS) dan 30 persen untuk customer premises equipment (CPE) dan meningkat hingga 50 persen dalam waktu lima tahun.

Kedua penyedia perangkat tersebut adalah PT Hariff Daya Tunggal dan PT Telecommunication Research Group, salah satu anak usaha PT Indonesian Tower. Perangkat dari kedua penyedia ini rupanya juga sudah dilakukan uji coba di Kampus Puspiptek dengan hasil unjuk kerja yang sangat bervariasi.

Salah satu kriteria pengujian adalah jumlah CPE atau pelanggan yang dapat dilayani untuk setiap BTS. Kalau dari sisi operator komersial, mereka mengharapkan setiap BTS yang menggunakan lebar pita 7 MHz ini mampu melayani paling sedikit 200 pelanggan, sementara kemampuan peralatan BS dan CPE yang tersedia masih jauh dari angka ini.

Sinkronisasi

Masalah lainnya adalah tidak adanya fasilitas sinkronisasi antar-BS yang mengakibatkan tingkat penggunaan ulang frekuensi menjadi rendah. Singkatnya, tanpa adanya fasilitas sinkronisasi antar-BS, pada satu tempat atau satu BTS tidak akan dapat mengaplikasikan sektor-sektor yang berbeda seperti halnya kalau ada fasilitas ini. Dengan sinkronisasi, dalam BTS yang sama dan frekuensi yang sama dapat digunakan untuk 3, 4, atau lebih sektor yang berbeda.

Meskipun dengan segala keterbatasan tersebut, proses lelang frekuensi tetap berlanjut dan ternyata juga ada peminatnya. Dalam kaitan dengan lelang frekuensi 2,3 GHz ini, masyarakat telematika dalam salah satu kelompok kerjanya telah menyiratkan perhatian serta usul-usulnya kepada panitia lelang yang didasari beberapa pemikiran.

Pemikiran tersebut antara lain pentingnya mengadopsi standar internasional untuk mendukung interoperabilitas, jaminan kualitas, dan ketersediaan perangkat yang murah di pasar. Pemerintah diusulkan segera mengizinkan penggunaan standar WiMAX 16e atau WiMAX mobile, selain WiMAX 16d sepanjang dapat memenuhi TKDN.

Memberikan kepastian bisnis kepada calon operator/investor melalui penetapan target waktu lelang sisa blok (1-12) serta membuka peluang tender jaringan tetap lokal berbasis packet switched saat ini untuk pindah/menggunakan WiMAX standar ke 16e pada saat lelang sisa blok tersebut dilaksanakan.

Melaksanakan mekanisme tender spektrum yang tidak berorientasi ke harga tinggi supaya dapat memberikan kelayakan bisnis yang optimal, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap harga jual layanan yang lebih murah ke masyarakat. Industri dalam negeri tetap perlu dibangun, tetapi dengan cara yang lebih realistis dan cepat melalui kemitraan dan kerja sama alih teknologi dengan pemain luar negeri.

Produk industri dalam negeri diarahkan dan didorong untuk menggunakan standar yang berlaku secara internasional sehingga produk yang dihasilkan dapat juga dijual ke pasar internasional, sehingga berpotensi menghasilkan devisa negara.

Mewajibkan pemain luar negeri untuk bekerja sama dengan industri dalam negeri, dengan cara mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan TKDN dengan mencantumkan atau menunjukkan rencana konkret penahapan TKDN dan peta jalan yang dilengkapi baik masa waktu maupun volume/besaran dari produksi.

Mengingat kompleksitas produk WiMAX 16e, diusulkan TKDN dapat diperhitungkan secara end to end, yang meliputi radio access network (base station, subscriber station), ASN Gateway, dan Core System Network dengan target minimal 10 persen pada tahun pertama dan ditingkatkan hingga mencapai 50 persen dalam lima tahun. Kita tunggu saja bagaimana nanti hasil lelang frekuensi BWA 2,3 GHz, apakah sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak.

Jumat, 24 Juli 2009 | 05:22 WIB

Penulis: Sumaryo Pengamat Telematika; Sekjen Broadband Wireless Indonesia (Id-Wibb)

Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/24/05220645/lelang.wimax.23.ghz.ke.mana.arahnya

Wednesday, July 22, 2009

Antisipasi Kekeringan dengan Air Akuifer

Air tawar menjadi sumber daya yang mulai langka di banyak daerah di Indonesia, terutama saat musim kemarau panjang. Menghadapi musim yang tidak bersahabat itu, penggalian air tanah dalam di lapisan akuifer perlu dilakukan di beberapa daerah krisis.

Masyarakat di daerah yang secara geografis dan topografis menghadapi kelangkaan air tawar pada musim kemarau mulai khawatir dengan keluarnya prediksi musim yang menyebutkan intensitas curah hujan akan di bawah normal dan berpotensi terjadi kekeringan sepanjang musim kemarau tahun ini, akibat anomali cuaca.

Ini berarti, sumber air tanah permukaan akan terancam habis akibat penguapan sepanjang musim kemarau dan tidak akan terjadi pengisian oleh air hujan. Kondisi ini tentu akan paling berat memukul sektor pertanian yang memerlukan kecukupan air untuk pertumbuhannya.

Air tanah dalam

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesulitan air di daerah yang tergolong kering adalah memompa sumur air tanah dalam. Namun, untuk mencarinya bukan hal yang mudah.

Untuk mencari sumber air tanah dalam dibutuhkan sentuhan teknologi modern.

Salah satu yang disodorkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) adalah dengan pendeteksian gas radon.

Gas radon secara alami akan keluar lewat celah bebatuan. Dengan detektor radon di permukaan tanah, gas radon itu akan terlacak. Adanya gas radon mengindikasikan adanya celah bebatuan yang memungkinkan dilakukan pengeboran, tutur Kepala Pusat Bahan Galian Nuklir Batan Johan Barata.

Langkah berikutnya adalah menerapkan teknik geolistrik untuk menentukan kedalaman akuifer atau lapisan yang menampung air. Dalam hal ini, arus listrik dialirkan ke dalam bumi.

Pola arus listrik akan melewati tiap-tiap lapisan di bawah tanah ini yang tampak pada grafik pada layar monitor dapat mengindikasikan lokasi kedalaman lapisan akuifer dan potensi air di dalamnya.

Alat geolistrik ini dapat mendeteksi sumber air hingga kedalaman 450 meter. Namun, pemompaan air pada sumber sedalam itu dengan pompa yang ada saat ini tidak ekonomis, ujar Johan. Dengan pompa pendam di lubang bor (submersible) maksimum kedalaman air yang dapat diangkat, 250 meter.

Pencarian sumber air tanah dalam dengan teknik deteksi radon telah diterapkan paling awal tahun 2000 ketika Batan memulai program Iptek Daerah di Madura, antara lain di Sumenep dan Bangkalan, hingga menemukan delapan titik sumber air tanah dalam.

Hingga kini Batan telah menemukan sumber air di Jepara (4 titik), Magelang (1 titik), Mataram (1 titik), dan Kupang (1 titik).

Pada lokasi yang terdeteksi ada air tanah dalam, setelah dilakukan pengeboran, paling minim menghasilkan air 1,5 liter per detik dan maksimal 10 liter per detik, urai Johan. Di antara yang ditemukan, sumur di Jepara tergolong sumur artesis atau air tanah yang tertahan sehingga tidak memerlukan pengeboran.

Program pemberdayaan

Pengelolaan sumber air tanah dalam di daerah tersebut, lanjut Johan, dikelola oleh perusahaan daerah, tetapi ada beberapa daerah yang melibatkan masyarakat dalam pembelian bahan bakar secara kolektif untuk mengoperasikan generator listrik untuk pemompaan air. Masyarakat kemudian dapat memperoleh air bersih dengan harga yang murah.

Untuk mengatasi masalah, hal itu juga dilakukan lembaga swadaya masyarakat dengan melibatkan pihak swasta melalui program pemberdayaan masyarakat atau tanggung jawab sosial terhadap komunitas (community social responsibility/CSR).

Salah satunya adalah program akses Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) atau Water Access Sanitation Hygiene (WASH) yang dilaksanakan sebuah LSM internasional, Action Contre la Faim (ACF) bekerja sama dengan Aqua Danone untuk menyediakan air bersih bagi penduduk di 10 daerah di 7 provinsi yang diketahui memiliki sumber dan akses air bersih yang minim.

Proyek rintisan WASH dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, oleh ACF tahun 2007, dengan melibatkan pemangku kepentingan kunci di provinsi ini, antara lain Yasmina Pesat, Rekonservasi Bhumi, dan Yayasan Bina Mandiri Indonesia.

”Program pertama selama dua tahun hingga September 2009 mendatang akan menjangkau sekitar 19.000 jiwa pada empat kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan,” ujar Direktur Corporate Communication PT Tirta Investama, perusahaan swasta yang juga terlibat dalam program itu.

Pada tahap pertama, program itu dilaksanakan di Kecamatan Boking dan Amanatun Utara. Pada putaran kedua, yaitu 2009-2011, ditargetkan desa di Kecamatan Toianas dan Noebana di NTT akan terjangkau.

Secara keseluruhan, lebih dari 35.000 jiwa akan mendapatkan manfaat dari program 1 liter air minum untuk 10 liter air bersih (SUS) dalam empat tahun.

Program SUS bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat Indonesia dengan cara menyediakan akses air bersih lewat pembangunan sumur, pompa rump, dan pembangunan pipa-pipa.

Peta geologi

Studi perolehan mata air di NTT itu mengandalkan peta geologi. Dalam peningkatan akses ini telah dilakukan rehabilitasi sumur, mata air, dan penggalian sumur baru.

Pengambilan air antara lain dilakukan dengan gravity fed system (GFS) dan ram pumping system (RPS).

Selain peningkatan akses air bersih, juga dilakukan kegiatan lain yang terkait, yaitu penyuluhan manfaat air bersih, kebersihan dan kesehatan, serta pemberdayaan komunitas dengan melibatkan perwakilan masyarakat (yang disebut Komite Air).

Melalui wakil masyarakat juga diajarkan cara merawat infrastruktur yang ada sehingga mereka mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilakukan jika air tidak keluar dari salurannya.

Program ini akan mampu meningkatkan kesehatan ribuan keluarga di seluruh negeri ini. Dengan melibatkan masyarakat dan LSM, dibentuk panitia air yang kemudian dilatih untuk merancang fasilitas serta memonitor pengelolaan yang benar untuk jangka panjang.

Proyek ini tidak hanya ditujukan bagi masyarakat di daerah kritis yang terpencil, tetapi juga masyarakat miskin di perkotaan. Upaya rehabilitasi kawasan tangkapan air hujan untuk melestarikan mata air di hulu dilakukan antara lain di Jawa Tengah. Lebih dari 60.000 pohon telah ditanam di sekitar 30 hektar lahan kritis di Gunung Merapi dengan melibatkan 200 petani.

Selain itu, 150 karyawan pabrik air minum mineral itu diminta menanam 100.000 pohon pada tahun 2009 untuk merehabilitasi sekitar 40 hektar lahan hutan melalui model kehutanan agroorganik di Bogor, Jawa Barat.

Selain itu, penghijauan kembali sabuk hijau sepanjang 8 kilometer di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat, pun dilakukan dengan melibatkan pesantren setempat.

Penulis:YUNI IKAWATI
Rabu, 22 Juli 2009 | 03:40 WIB
Source:http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/22/03405030/antisipasi.kekeringan.dengan.air.akuifer

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...