Thursday, April 1, 2010

Perang Harga, AXIS Beri Gratis 10 MB Setiap Hari

Perang harga layanan seluler tak dapat dihindari lagi dan para operator terus menawarkan iming-iming bonus layanan gratis yang lebih bersaing ketimbang kompetitornya. Kali ini, persaingan tersebut tidak hanya bonsu SMS gratis, tapi juga bonus akses data internet melalui ponsel. 

Tidak tanggung-tanggung, Axis misalnya menawarkan gratis10.000 SMS ke semua operator di Indonesia dan gratis 10MB akses ke internet sepanjang waktu setiap hari. Program promosi yang berlaku mulai 28 Maret 2010 itu tidak hanya untuk pengguna baru, namun juga berlaku bagi pengguna eksisting.

"Melalui program promosi ini AXIS ingin menunjukkan pada pelanggannya bahwa penawarannya akan tetap kompetitif di pasar dan para pelanggan akan selalu mendapat produk dan layanan yang memberikan nilai tambah dari AXIS," kata General Manager Marketing Akuisisi AXIS, Edwin Cheah, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Bonus gratis 10.000 SMS setiap hari ke semua operator hanya diberikan setelah penguna melakukan pemakaian telepon atau SMS sebanyak Rp 500. Sementara gratis 10MB/hari akses internet berlaku setelah pemakaian Rp 1.000 akses internet. Pelanggan lama bisa mendapatkan promosi tersebut dengan mengakses *123# dari ponselnya.

Sebelum Axis, Telkomsel sebelumnya lebih dulu memberikan bonus SMS dan akses data gratis kepada pelanggannya. Masing-masing bonus 100 SMS setiap hari ke semua operator yang berlaku setelah mengirim 3 SMS, gratis internet 5 MB setiap berlangganan paket internet harian Rp 5000 untuk 7 hari, dan gratis telepon 100 menit antarpengguna Simpati.
WAH
JAKARTA, KOMPAS.com -  30 Maret 2010
source:http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/03/30/21374621/Perang.Harga..AXIS.Beri.Gratis.10.MB.Setiap.Hari.

Regulator Biarkan Operator Perang SMS Gratis

Sejumlah operator dinyatakan terbukti melanggar kesepakatan bersama untuk menghentikan layanan SMS gratis lintas operator. Namun, alih -alih memberikan sanksi, regulator malah membiarkan perang SMS kian menjadi-jadi.

"Dari hasil temuan sementara, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison CP Telecom, telah melanggar kesepakatan tersebut," ungkap anggota komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Heru Sutadi, kepada detikINET, Jumat (26/3/2010).

Bulan lalu, tepatnya 12 Februari 2010, operator dan regulator telah membuat kesepakatan untuk menghentikan penawaran SMS gratis untuk lintas operator. Kesepakatan ini merupakan tindak lanjut dari permintaan Telkomsel yang merasa jaringannya terbebani lonjakan SMS dari operator lain.

Namun nyatanya, kesepakatan ini dilanggar oleh para operator, termasuk oleh Telkomsel sendiri. Meski demikian, Telkomsel tak mau disalahkan. Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno berkilah, hal ini dilakukan semata-mata karena terpaksa.

"Kami terpaksa. Operator lain tetap menawarkan SMS gratis off-net, sedangkan skema yang digunakan tetap sender keep all. Akibatnya, Telkomsel yang dirugikan karena kebanjiran SMS dari operator lain," keluhnya.

Karena tak ada yang mau mengalah dan tak ada yang mau disalahkan, perang SMS gratis lintas operator pun berlanjut. Malah kini bisa dibilang semakin menjadi-jadi.

Contohnya, setelah Telkomsel memberikan 1.000 SMS gratis ke seluruh operator bagi pelanggan kartu AS, XL pun menjawab tantangan tersebut dengan menggelar program 'Buka-bukaan Blak-blakan' yang juga ikut menawarkan SMS gratis dengan jumlah tak kalah banyak.

Melihat hal ini, regulator yang sudah kadung kecewa, kini tak mau lagi ambil pusing. "Operator sudah sepakat 12 Februari 2010 lalu, tapi semua (operator) malah buat kesepakatan sendiri untuk "mengakali" hasil pertemuan itu. Dianggap nggak ada," keluh Nonot Harsono, anggota komite BRTI lainnya.

Alhasil, BRTI pun memilih untuk berdiam diri dalam kasus ini. "Untuk sementara, sambil memantau apakah ancaman (SMS gratis lintas operator) akan membanjiri network lain akan terbukti," sambung Nonot.

Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala, tak memungkiri dengan terjadinya perang SMS gratis antaroperator ini pelanggan akan diuntungkan. Namun ia menyayangkan, aksi ini terjadi melalui persaingan usaha yang tidak sehat.

"BRTI sepertinya membiarkan kompetisi berjalan secara ugal-ugalan. Lembaga yang memiliki fungsi sebagai pengawas dan pembina industri ini tidak menjalankan tugasnya terutama menyikapi penawaran SMS gratis lintas operator," ujar Kamilov.

Menurutnya, dengan membiarkan terjadinya pelanggaran kesepakatan antara regulator dengan para operator, akan membuat BRTI dipandang negatif oleh para pelaku usaha.

"Ini karena BRTI tidak berani memberikan peringatan tegas. Mana surat peringatan yang dijanjikan bagi operator yang melanggar. Semua hanya isapan jempol," ketus pria yang sempat menjadi anggota BRTI periode sebelumnya.

Kamilov juga menyesalkan aksi BRTI yang justru menawarkan perubahan penagihan SMS dari berbasis Sender Keep All ke interkoneksi. Sebab, menurutnya hal itu hanya akan menguntungkan pemain besar saja.

"Penawaran dari BRTI justru menghembuskan kabar tak sedap. Kenapa untuk permintaan dari pemain besar selalu diamini. Harusnya para anggota komite itu intropeksi diri jika benar sebagai perwakilan masyarakat, bukan wakil operator besar," sindirnya. ( rou / faw ) 

Jakarta - 26 Maret 2010
source:http://www.detikinet.com/read/2010/03/26/171920/1326345/328/regulator-biarkan-operator-perang-sms-gratis 

Dari Bali dengan "E-Voting"

Kota Metropolitan, seperti Jakarta, yang maju di bidang teknologi informasi ternyata bukan yang pertama kali menerapkan kartu identitas tunggal atau single identity number/SIN di Indonesia. Ternyata sebuah kabupaten ”miskin” di Bali yang merintisnya dan telah mencapai sukses.

Jembrana—kabupaten itu—bahkan telah berhasil menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara elektronis.

Anggapan bahwa penerapan teknologi informasi butuh biaya lebih tinggi dari pada cara konvensional untuk melayani urusan administrasi publik, ternyata keliru. Pendapat ini dipatahkan Bupati Jembrana I Gede Winasa yang menggandeng Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TIK-BPPT) Tatang A Taufik untuk membangun jejaring Jimbarwana Network atau JembranaNet pada tahun 2001.

Pembangunan JembranaNet terlaksana hanya berbekal komitmen pemimpin dan kebersamaan atau kegotongroyongan masyarakatnya. Untuk membangun jejaring, tiap simpul, baik itu di kantor desa maupun perguruan tinggi dan sekolah-sekolah hingga SD, sukarela merogoh koceknya beberapa juta rupiah untuk menyediakan seperangkat komputer dan akses ke internet dan telekomunikasi hingga membentuk telecenter.

Infrastruktur jaringan TIK itu merupakan pintu masuk bagi pengembangan aplikasi, bukan sekadar untuk mengakses informasi dan telekomunikasi, melainkan juga administrasi perkantoran serta layanan publik, seperti pengurusan surat identitas kependudukan hingga layanan kesehatan dan pendidikan secara elektronis.

Di sana diberlakukan satu nomor identitas untuk satu orang penduduk, untuk berbagai urusan administrasi. Nomor dan data itu dimuat di kartu cip. Dalam kartu ukuran 1 x 1 sentimeter persegi itu tersimpan beragam data, termasuk data biometrik, seperti sidik jari. Data ini bisa terus diperbarui sesuai kebutuhan pemegang kartu.

Kartu itu dilengkapi pengaman berupa sistem enkripsi atau pengacak guna melindungi akses transaksi uang dan info penting lainnya agar informasi dalam kartu tidak disadap.

Kartu ”sakti” itu juga diaplikasikan sebagai tanda bukti keabsahan seorang pemilih dalam pemilihan kepala daerah (pilkada). Kartu cip ini kunci penerapan sistem elektronik pada pemungutan suara (electronic voting), termasuk pada pilkada.

Kartu itu digunakan untuk verifikasi pemilih sehingga penyimpangan dalam proses pemilihan dapat dihindari. Ini didukung Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Sekali seseorang telah memberikan suaranya, maka kartu akan ditolak kotak verifikasi jika ia akan memilih di tempat lain.

Cara memilih pun sederhana, yaitu dengan menyentuhkan jarinya pada layar sentuh tepat di tanda gambar calon kepala daerah yang dipilihnya.

Cara ini memudahkan penduduk, termasuk yang awam sekalipun, dan mempercepat proses pemilihan dan penyelenggaraan pilkada. Tiap pemilih hanya butuh waktu 20 detik untuk memberikan suaranya sehingga waktu pemilihan jadi singkat. Waktu penghitungan suara pun singkat karena dilakukan secara otomatis atau online.

Pemilihan kepala dusun
Pemilihan secara elektronis, telah diterapkan pada pemilihan kepala dusun (pilkadus), sejak Juli 2009. ”E-voting dilaksanakan pada 54 pilkadus di Kabupaten Jembrana,” ujar Dewa Gede Agung Ary Candra, Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jembrana.

Pemungutan suara secara elektronis itu bertujuan untuk menekan biaya penyelenggaraan pilkada. Penghematan biaya bisa lebih dari 60 persen dibandingkan pilkada konvensional dengan surat suara.

”Saat ini tengah disiapkan e-voting pemilihan kepala desa dan bupati yang akan dilaksanakan Juli nanti,” kata Dewa, akhir Februari di Kantor Pusat BPPT, Jakarta.

Saat ini, Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jembrana tengah mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, antara lain mengatur tentang e-voting.

Sebagai persiapan pelaksanaannya, kini dilakukan penyempurnaan sistem dan pembuatan prosedur operasi yang standar (SOP). ”SOP dibuat untuk memperkecil terjadinya penyimpangan dalam proses pemilihan dan penghitungan suara,” kata Samargi, Asisten Direktur Bidang Sistem Informasi dan Komputasi BPPT.

Keberhasilan Jembrana dalam menerapkan e-voting dan kartu cip menjadi acuan bagi pemerintah pusat dalam hal ini Depdagri untuk menerapkan sistem serupa di daerah lain.

Penerapan e-KTP saat ini telah dimulai di Padang, Yogyakarta, Makassar, dan Cirebon. Ini merupakan langkah awal untuk melakukan e-voting pada Pemilu tahun 2014.

Kabupaten Jembrana juga menjadi contoh sukses menerapkan jejaring TIK sehingga penyelewengan birokrasi dapat diatasi dan efisiensi anggaran tercapai. Hasilnya, pendapatan asli daerah menjadi 3 kali lipat.(KOMPAS/Yuni Ikawati)


Jumat, 5 Maret 2010 | 16:57 WIB KOMPAS.com
source:http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/03/05/16572271/dari.bali.dengan.e-voting

Pro Kontra Bagi Hasil SMS Antaroperator

Rencana bagi hasil tarif short message service (SMS) antaroperator seluler tampaknya tak akan berjalan mulus. Soalnya, kalangan operator sendiri tidak satu suara. Tak hanya operator kecil, namun operator besar seperti Indosat pun menganggap rencana itu justru akan memercepat kematian layanan SMS di Indonesia.

"Jika harus ada bagi hasil biaya SMS dengan operator yang menerima SMS, maka biaya record bisa sangat tinggi," ajar Teguh Prasetya Mukti, Group Head Brand Marketing PT Indosat Tbk. Menurutnya, beban biaya itu bisa mendongkrak biaya pengiriman SMS yang pada akhirnya akan membuat tarif naik dan membebani konsumen.

Soalnya, lewat konsep sharing pendapatan interkoneksi, operator yang melayani pengiriman SMS juga harus membagi pendapatan kepada operator yang menerima SMS. Alasannya, operator yang menerima juga menyediakan sejumlah space untuk melayani penerimaan SMS itu.

Telkomsel, dengan pelanggan terbanyak di Indonesia, bersikeras skema bagi hasil harus diterapkan. Ricardo Indra, GM Corporate Communications Telkomsel, mengatakan, layanan SMS antaroperator harus dilihat sebagai domain hubungan antar operator yang perlu untuk difasilitasi oleh regulator.

"Dengan aturan biaya interkoneksi SMS antaroperator, maka akan terbentuk kondisi kompetisi yang kondusif dan fair di antara operator," ujarnya.

Namun, Teguh membantah hal itu. Menurutnya SMS hanya sekadar value added service, bukan basic service yang diberikan operator. la justru khawatir, operator akan terbebani biaya untuk mencatat tiap SMS yang dikirimkan pelanggannya. "Jika dalam sehari ada ratusan juta SMS, biaya yang ditanggung operator bisa makin besar," kata dia.

Sementara XL Axiata masih belum mengambil sikap atas tarik ulur ini. "Kami akan ikut aturan dari pemerintah saja," ujar Febrianti Nadira, Manajer Corporate Communication XL Axiata.

Sumber KONTAN bilang, ide sharing pendapatan SMS berawal dari Telkomsel. "Soalnya Telkomsel memiliki pelanggan terbesar, jadi akan jadi pihak yang paling untung jika ada sharing interkoneksi SMS itu," ajar sumber itu.

Kepala Pusat Informasi daft Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto bilang, hingga kini sistem pembayaran SMS masih menganut skema sender keep all (SKA). Artinya, pemasukan SMS diterima semuanya oleh operator yang mengirim SMS.

Ide sharing itu muncul gara-gara aksi sejumlah operator yang memberi promo SMS gratis ke skmua operator. "Itu mengganggu trafik komunikasi," katanya.

Saat ini, Indosat dengan 35 jutaan pelanggan, setiap hari melayani sekitar 500 juta SMS. Sedang XL Axiata dengan 33 juta pelanggan melayani 370 juta SMS per hari. Adapun Telkomsel yang memiliki 85 juta pelanggan, justru melayani trafik SMS yang lebih rendah, yakni hanya sekitar 320 juta SMS per hari.(KONTAN/Nadia Citra Surya)

Rabu, 10 Maret 2010 | 11:53 WIB JAKARTA, KOMPAS.com
source:http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/03/10/11535813/pro.kontra.bagi.hasil.sms.antaroperator


Wednesday, March 31, 2010

Sel Surya Terbukti Paling Hemat

ENERGI RAMAH LINGKUNGAN

Penggunaan sel surya sebagai sumber energi kendaraan dalam kompetisi Shell Eco-marathon Amerika 2010 terbukti paling hemat. Di antara 48 kendaraan peserta dengan berbagai jenis bahan bakar konvensional ataupun alternatif, kendaraan sel surya rancangan mahasiswa Universitas Purdue dari Negara Bagian Indiana, Amerika Serikat, terbukti paling irit dengan jarak tempuh setara dengan 1.933,5 kilometer per liter bensin.

Penghargaan sebagai juara kompetisi Shell Eco-marathon (SEM) Amerika 2010 disampaikan President Wind Energy Shell Dick Williams, Minggu (28/3) petang waktu setempat di Houston, Amerika Serikat.

Jarak tempuh 1.933,5 kilometer per liter itu dihitung setara dengan 4.548 mil per galon (mpg). ”Kami menargetkan jarak tempuh 4.913 mpg,” kata Ted Pesyna (21), mahasiswa Universitas Purdue, selaku President Purdue Solar Racing.

Menurut Ted, saat ini merupakan keikutsertaan SEM untuk yang ketiga kalinya. Ia yakin, sumber energi sel surya mampu menjadi alternatif bahan bakar kendaraan masa depan.

”Seperti di wilayah Asia atau wilayah tropis lain dengan sinar matahari yang melimpah, semestinya sel surya lebih dikembangkan,” kata Ted Pesyna, yang menang di kategori prototipe.

Pada kategori yang sama untuk jenis kendaraan berbahan bakar bensin dimenangi tim mahasiswa Universitas Laval, Quebec, Kanada. Jarak tempuhnya mencapai 1.057,5 kilometer per liter.

Pada SEM Amerika 2009, tim dari Universitas Laval ini merupakan pemenang dengan jarak tempuh 1.172,2 kilometer per liter.

Kategori penggunaan bahan bakar hidrogen pada SEM Amerika 2010 dimenangi tim pelajar The Cicero North Syracuse High School, New York. Jarak tempuhnya mencapai ekuivalen 331,99 kilometer per liter bensin.

Untuk kategori konsep urban, tim pelajar Mater Dei High School Indiana menjadi pemenang dengan kendaraan berbahan bakar bensin. Jarak tempuhnya mencapai 185,87 kilometer per liter.

Setiap pemenang pada kompetisi tahunan yang diselenggarakan Shell dari Belanda ini diberi hadiah 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 45 juta. Pemberian hadiah uang juga diberikan untuk berbagai jenis penilaian, seperti kendaraan favorit, desain paling ramah lingkungan, desain paling aman, teknik inovatif, dan desain paling estetis.

Inspirasi

Lokasi penyelenggaraan SEM Amerika 2010 di Houston ini merupakan yang pertama kali menggunakan fasilitas umum berupa jalan raya mengitari taman kota Discovery Green, Houston. Pihak Shell menilai,
hal ini menjadi inspirasi untuk penyelenggaraan berikutnya.

”Kompetisi di jalan raya ini menjadi demonstrasi yang paling nyata untuk memulai dan membuat inovasi energi bagi kendaraan dengan prioritas efisiensi,” kata Global Project Manager SEM Mark Singer.

SEM diselenggarakan di tingkat Eropa, Amerika Serikat, dan di Asia baru akan dimulai pada Juli 2010 di Sirkuit Sepang, Kuala Lumpur, Malaysia. 

NAWA TUNGGAL dari Houston Amerika Serikat

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...