Tuesday, August 10, 2010

Sinar Mas dan Greenpeace Beda Pendapat Soal Hasil Verifikasi

Hasil verifikasi tim independen yang disusun oleh lembaga verifikasi Control Union Certification (CUC) dan BSI Group terhadap PT Sinar Mas Agro Research and Technology Tbk (Smart) dan induk perusahaan Smart yaitu Golden Agri Resources sudah tuntas.

Pihak Smart mengaku tudingan LSM Greenpeace tidak terbukti berdasarkan hasil verifikasi tersebut, sementara pihak Greenpeace menilai sebagian temuan terhadap Smart terbukti.

"Tuduhan-tuduhan Greenpeace terlalu dibesar-besarkan atau keliru," kata Direktur Utama PT Smart Daud Dharsono dalam acara konferensi pers di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (10/8/2010).

Hal berbeda disampaikan juru bicara Greenpeace untuk Asia Tenggara Bustar Maitar yang menilai sebagian temuan Greenpeace atas Smart terbukti.

"Hasil audit Sinar Mas secara garis besar mengkonfirmasi temuan Greenpeace. Laporan ini menunjukkan Sinar Mas telah menghancurkan hutan dan habibat binatan. Juga mengkonfirmasi menunjukkan perusahaan beroperasi tanpa izin-izin yang diperlukan dan telah memusnahkan lahan gambut," jelas Bustar dalam siaran persnya.

Berikut hasil verifikasi independen melakukan pemeriksaan atas 11 konsesi lahan dengan luasan 182.528 hektar atau lebih dari 40% yang dimiliki oleh Golden Agri dan Smart.

1. Tuduhan Pembukaan Hutan tanpa Izin

Smart telah memenuhi izin pengembangan lahan yang telah ditentukan antara lain izin pemanfaatan kayu (IPK) dan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) sebelum dilakukan pengembangan lahan di seluruh area konsesi di Kalbar.

Khusus untuk Amdal di 6 area konsesi Kalteng, baru selesai setelah dilakukan pembukaan lahan. Hal ini merupakan suatu hal yang keliru terkait masalah ketaatan meski saat ini Amdal di enam konsesi itu sudah selesai.

2. Tuduhan Terhadap Penanaman Lahan Gambut

Telah diidentifikasi bahwa sebanyak 98% areal konsesi tidak ditanam diatas lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter. Meski ditemukan adanya penanaman d iatas lahan gambut diatas 3 meter karena ada beberapa luasan lahan gambut diatas 3 meter yang kedalamannya sporadik dan dalam spot kecil-kecil.

3. Tuduhan deforestasi dan kerusakan habitat orang hutan

Tim verifikasi menyebutkan seluruh lahan yang ada dalam 11 konsesi yang diperiksa mencakup hutan sekunder, lahan terdegradasi dan semak blukar, serta yang telah beralih dari hutan primer jauh sebelum Smart memulai persiapan dan penanaman.

Tim verifikasi juga menyebutkan bahwa proses degradasi area hutan yang menjadi habitat orangutan terjadi jauh sebelum Smart memulai persiapan lahan dan penanaman.

4. Tuduhan pembakaran hutan

Tidak ditemukan buktinya adanya pembakaran dalam proses persiapan dan pembukaan lahan. Sebagian besar titik api dan pembakaran di dalam atau di sekitar area konsesi Smart terjadi sebelum lahan dibebaskan dan dibuka.

5. Tuduhan menyebabkan konflik sosial

Tidak ditemukan bukti adanya dampak sosial yang negatif dari kegiatan kelapa sawit di areal konsesi Smart.

6. Tuduhan dalam upaya keanggotaan selektif RSPO

Golden Agri memiliki 53 perusahaan dibawah kepemilikan yang melakukan kegiatan usaha budidaya kelapa sawit. Smart dan Ivo Mas Tunggal telah menjadi anggota RSPO dan dalam proses memperoleh sertifikasi RSPO. Golden Agri sebagai induk Smart sedang mempertimbangkan pengajuan kenggotaam RSPO.

Daud menilai Greenpeace telah melakukan kekeliruan terkait kampanyenya dan dianggap membesar-besarkan tudingannya. Pihak Smart dinyatakan tak bertanggung jawab atas perusakan hutan primer dan kerusakan habitat Orang Utan yang dialamatkan pada  anak usaha Golden Agri tersebut.

Selain itu hasil tim independen menunjukan bahwa Smart beroperasi secara bertanggung jawab dan dalam koridor hukum serta peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Daud mengatakan hasil tim independen ini bukan lah audit perkebunan seluruh areal perkebunan sawit yang dimiliki Smart dan Golden Agri. Verifikasi ini hanya memverifikasi hasil laporan dari Greenpeace mencakup 11 konsesi yang meliputi 5 konsesi di Kalbar dan 6 konsesi di Kalteng.

Hasil tim verifikasi independen ini dilakukan melalui penelusuran dokumen, penelusuran kronologi, tinjauan lapangan, penelitian, wawancara, audit lapangan yang dilakukan selama 2 bulan.

Sebelumnya dalam tudingan Greenpeace yang dialamatkan kepada Smart meliputi yaitu tuduhan deforestasi hutan primer dan kerusakan habitat Orang Utan, membuka lahan tanpa izin, melakukan pembakaran hutan, membuka lahan gambut lebih dari 3 meter, menyebabkan konflik sosial dan terlibat dalam upaya keanggotaan selektif dalam RSPO.

"Pemutarbalikan Sinar Mas adalah upaya buruk untuk melindungi brand yang tidak berarti untuk menandingi temuan Greenpeace. Kami telah berulang-ulang menunjukkan Sinar Mas mengatakan satu hal dan melakukan hal lainnya. Mereka menghancurkan habitat dan mengatakannya itu adalah manajemen air. Mereka menghancurkan hutan tropis dan mengatakan mereka mengembangkan lahan rusak," kritik Bustar. (hen/qom)

10 Agustus 2010
Source:http://us.detikfinance.com/read/2010/08/10/142535/1417354/4/sinar-mas-dan-greenpeace-beda-pendapat-soal-hasil-verifikasi

 

Monday, August 9, 2010

Mari bersikap waspada andai saat ini Anda melancong ke Bali. Soalnya, seturut penelitian Ketut Sundra dari Departemen Biologi Universitas Udayana, Denpasar, enam pantai di Pulau Dewata, yakni Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran, Tanjung Benoa, dan Canggu. "Kuta, Legian, Jimbaran, dan Nusa Dua masuk kategori tercemar ringan. Sementara, Tanjung Benoa dan Canggu tercemar medium," katanya.

Xinhua
pada Jumat (30/7/2010) yang mengutip hasil riset Ketut Sundra itu mewartakan, penelitian pencemaran itu mengambil air laut di pantai-pantai tersebut selama dua tahun sejak 2008. "Saya mengambil contoh air laut saat musim hujan dan musim kemarau," kata Ketut Sundra.

Tak cuma itu, Ketut Sundra juga melakukan tes pencemaran dengan 19 parameter. Hasilnya, sebagaimana diutarakan di atas. Alhasil, memang belum ada imbauan lebih tegas, baik lisan maupun tulisan, bagi turis untuk mengurungkan niat berenang di pantai-pantai tersebut.

Lebih lanjut, Ketut Sundra mengatakan, banyak hotel, restoran, dan pelayanan pariwisata di sekitar pantai-pantai itu tidak melakukan pengelolaan saksama terhadap limbah yang dihasilkan. "Itu yang akhirnya mencemari pantai-pantai tersebut," ungkap Ketut Sundra.

Jangan Berenang (Lagi) di Pantai Bali!

Mari bersikap waspada andai saat ini Anda melancong ke Bali. Soalnya, seturut penelitian Ketut Sundra dari Departemen Biologi Universitas Udayana, Denpasar, enam pantai di Pulau Dewata, yakni Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran, Tanjung Benoa, dan Canggu. "Kuta, Legian, Jimbaran, dan Nusa Dua masuk kategori tercemar ringan. Sementara, Tanjung Benoa dan Canggu tercemar medium," katanya. Ket.Gbr: KOMPAS/BENNY DWI KOESTANTO. Wisatawan tetap beraktivitas di Pantai Kuta, Bali, meskipun di sekitarnya terlihat banyak sampah berserakan, Senin (11/1/2010). Memasuki musim hujan, sampah kiriman dari permukiman itu terbawa arus sungai yang bermuara ke laut sehingga mengotori pantai dan mengganggu pemandangan.

Xinhua
pada Jumat (30/7/2010) yang mengutip hasil riset Ketut Sundra itu mewartakan, penelitian pencemaran itu mengambil air laut di pantai-pantai tersebut selama dua tahun sejak 2008. "Saya mengambil contoh air laut saat musim hujan dan musim kemarau," kata Ketut Sundra.

Tak cuma itu, Ketut Sundra juga melakukan tes pencemaran dengan 19 parameter. Hasilnya, sebagaimana diutarakan di atas. Alhasil, memang belum ada imbauan lebih tegas, baik lisan maupun tulisan, bagi turis untuk mengurungkan niat berenang di pantai-pantai tersebut.

Lebih lanjut, Ketut Sundra mengatakan, banyak hotel, restoran, dan pelayanan pariwisata di sekitar pantai-pantai itu tidak melakukan pengelolaan saksama terhadap limbah yang dihasilkan. "Itu yang akhirnya mencemari pantai-pantai tersebut," ungkap Ketut Sundra.

30 Juli 2010
Source:http://regional.kompas.com/read/2010/07/30/17170828/Jangan.Berenang..Lagi..di.Pantai.Bali.

Sunday, August 8, 2010

Kinerja RI: Ekonomi Semester I Tumbuh 5,9 Persen

Perekonomian Indonesia selama semester I-2010 tumbuh 5,9 persen dibandingkan dengan semester I-2009. Pertumbuhan itu antara lain ditopang kenaikan produk domestik bruto pada triwulan II-2010 sebesar 2,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika kinerja perekonomian triwulan II-2010 dibandingkan dengan triwulan II-2009, terjadi pertumbuhan 6,9 persen (year on year).
Demikian dikemukakan Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Slamet Sutomo kepada pers di Jakarta, Kamis (5/8).
Nominal produk domestik bruto (PDB) atau total transaksi seluruh perekonomian Indonesia pada triwulan II-2010 adalah Rp 1.572,4 triliun atas dasar harga berlaku saat ini. PDB nominal itu naik daripada triwulan I-2010 sebesar Rp 1.496,2 triliun.
”Pertumbuhan ekonomi nasional didorong oleh peningkatan kinerja pada semua sektor ekonomi,” ujar Slamet.
Faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi selama triwulan II-2010 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 5 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 4,8 persen; serta sektor jasa 3,7 persen. Adapun industri pengolahan tumbuh 2 persen.
”Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi dipengaruhi oleh musim liburan sekolah sehingga arus transportasi dan penggunaan telepon meningkat,” ujar Slamet.
Pihaknya memprediksi, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun 2010 dapat melampaui 6 persen. Kenaikan tertinggi kemungkinan terjadi pada triwulan III-2010.
Dari sisi penggunaannya, perekonomian triwulan II-2010 didominasi pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil sebesar Rp 324,2 triliun atau naik 1,2 persen dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Pengamat ekonomi dari Econit, Hendri Saparini, mengingatkan agar Indonesia mendorong pertumbuhan investasi dan ekspor agar lebih berdaya saing dan tidak semata pada konsumsi rumah tangga. Itu karena selama ini pertumbuhan industri masih dangkal dan ekspor masih didominasi produk bahan mentah.
”Tanpa mendorong industri pengolahan, ekonomi Indonesia sulit berdaya saing dan lapangan kerja terserap sulit optimal,” ujarnya. (lkt)
06 Agustus 2010

Biodiversitas: Ketertinggalan Taksonom Semakin Kentara

Ekspedisi Indonesia Exploration Sangihe Talaud atau Index-Satal 2010 baru-baru ini menemukan ratusan jenis biota laut dalam di perairan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, yang menunjukkan banyak spesies di antaranya tidak pernah diketahui sebelumnya. Ketertinggalan taksonom Indonesia akan menjadi semakin kentara sehingga tidak mudah untuk turut serta mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memberikan nama kepada spesies-spesies baru tersebut.
”Taksonom kita untuk biodiversitas yang kaya dengan kawasan yang sangat luas belum mampu untuk segera mengklasifikasi dan memberikan nama temuan spesies-spesies baru,” kata peneliti senior pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dedy Darnaedi, Rabu (4/8) di Jakarta.
Dedy mencontohkan, peneliti LIPI beberapa tahun lalu menemukan ekosistem baru di goa-goa yang terdapat di Maros, Sulawesi Selatan. Ekosistem baru itu tidak bergantung pada sumber kehidupan matahari karena habitatnya berada di dalam goa yang dalam dan tertutup rapat dari sinar matahari.
Secara terpisah, Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Gellwyn Yusuf mengakui, ekspedisi Index-Satal menemukan ratusan spesies yang di antaranya banyak diduga sebagai spesies baru. Ekspedisi Index-Satal 2010 merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat sehingga memungkinkan kedua belah pihak memberikan nama kepada spesies baru.
Ekspedisi Index-Satal 2010 akan berakhir pada 8 Agustus 2010. Yang akan dilakukan pertama kali adalah tukar-menukar data hasil riset. (NAW)
07 Agustus 2010

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...