Sunday, August 8, 2010

BlackBerry Diblokir, RIM Tetap Tolak Buka Akses

Meski diblokir sejumlah negara Arab dan mendapat ancaman serupa dari negara lainnya, produsen BlackBerry--Research in Motion (RIM), tetap tegas menolak untuk membuka akses data pelanggannya. 

Seperti dikutip detikINET, Minggu (8/8/2010), penegasan resmi ini disampaikan RIM lewat pernyataan tertulis yang dipublikasikan situs Majalah Fortune.

"RIM tidak akan mengakomodasi bentuk permintaan apapun tentang salinan kunci dari data enkripsi pelanggan. Tidak akan pernah, untuk siapa pun, baik itu untuk operator nirkabel maupun pihak ketiga."

"Artinya, pelanggan BlackBerry Enterprise Solution tetap bisa mempertahankan kepercayaan dan keyakinannya akan integritas layanan dengan arsitektur keamanan tanpa perlu takut akan kompromi," 
demikian pernyataan RIM.

Dalam sebuah interview dengan Reuters, CEO RIM Mike Lazaridis, menjelaskan bahwa setiap data pelanggan BlackBerry telah dienkripsi demi keamanan. Layaknya produk data pada umumnya yang menggunakan akses internet.

"Ini (harusnya) bukan hanya isu tentang BlackBerry saja. Jika (negara yang memblokir) tidak bisa toleran dengan internet, sebaiknya mereka mematikan (internet) saja," sindir Lazaridis.

Kisruh soal pemblokiran BlackBerry jadi mendunia. Sejak Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan blokir, sejumlah negara lain seperti India, China, Rusia, kabarnya siap mengikuti jejak dua negara Arab tersebut.

Tak terkecuali di Indonesia, wacana pemblokiran juga merebak. Kabar ini sempat membuat heboh warga dunia sampai akhirnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membantah tegas dalam klarifikasinya.

Seperti dilansir situs Economic Times, kabar soal pemblokiran layanan BlackBerry di berbagai negara ternyata membawa imbas buruk bagi kondisi saham RIM.

Seiring munculnya isu pemblokiran layanan BlackBerry, termasuk di Indonesia, nilai saham perusahaan Kanada itu anjlok US$ 2,7 miliar--setara Rp 24 triliun--hanya dalam waktu dua hari saja.


08 Agustus 2010
Source:http://www.detikinet.com/read/2010/08/08/140504/1415888/328/blackberry-diblokir-rim-tetap-tolak-buka-akses/?i991102105

Indonesia Imbau RIM Bangun "Data Center"

Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis (5/8/2010), menegaskan, Indonesia tidak pernah berencana memblokir layanan BlackBerry seperti yang dilakukan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan India. Namun, Pemerintah mengimbau Research In Motion (RIM), produsen perangkat dan penyedia layanan BlackBerry, untuk membangun data centerdi Indonesia.

"Bahwasanya Kementerian Kominfo dan BRTI pernah menyampaikan imbauan kepada RIM untuk membangun data center-nya di Indonesia adalah memang benar sejak setahun yang lalu. Tetapi, hanya bersifat imbauan dan tidak ada sanksi hukumnya," kata Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementrian Kominfo, dalam siaran persnya.

Ia menyatakan, pemblokiran terhadap layanan BlackBerry sejauh ini belum ada urgensinya. Menurutnya, setiap negara mempunyai regulasi sendiri untuk menerapkan kebijakan di bidang telekomunikasi. Kementerian Kominfo tidak bisa serta-merta menerapkan kebijakan yang sama, yaitu selain karena belum melihat adanya urgensi yang bisa dijadikan alasan utama, juga karena tidak ada aturan khusus tentang hal tersebut.

Pemerintah Indonesia memang pernah melarang peredaran BlackBerry di Indonesia untuk sementara waktu pada pertengahan tahun 2009, tetapi hal tersebut sebatas distribusi handset, bukan layanannya. Hal tersebut dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kominfo No 29/PER/M.KOMINFO/8/2008 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi yang mendesak RIM untuk membuka layanan garansi dan purnajual resmi di Indonesia. Dalam perkembangannya, pada akhirnya Kementerian Kominfo menaruh apresiasi pada RIM karena selanjutnya dapat memenuhi kewajiban yang dimaksud dengan membangun RIM Authorized-Repair Centre.


05 Agustus 2010
Source:http://tekno.kompas.com/read/2010/08/05/17104469/Indonesia.Imbau.RIM.Bangun..quot.Data.Center.quot.

Ratusan Orang Protes Gudang Garam

Ratusan warga dari Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, memprotes pembuangan limbah yang dilakukan oleh pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk karena menyebabkan pencemaran. Masyarakat menuntut penghentian pembuangan limbah pabrik supaya mereka bisa hidup sehat, bebas dari penyakit infeksi saluran pernafasan atas.
Massa terdiri dari seluruh warga mulai orangtua, remaja hingga anak-anak, Minggu (8/8/2010) berjalan kaki berkeliling desa dengan mengenakan masker untuk melindungi dari asap, bau dan abu yang disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik.
Setelah berjalan kaki, penduduk desa yang mengatasnamakan diri Warga Peduli Lingkungan ini berkumpul di lapangan Desa Putih dan menggelar acara doa bersama. Acara doa bersama ini bertujuan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dilindungi dari dampak buruk pencemaran limbah pabrik, seperti yang selama ini dialami warga.
Masyarakat yang berasal dari Desa Putih dan Desa Gampengrejo ini juga memasang puluhan baliho berisi keterangan kawasan terkena dampak limbah pabrik GG serta seruan untuk menghentikan pencemaran sekarang juga demi lingkungan yang sehat.
Sujarwo Ketua RT 2/1 Desa Gampengrejo mengatakan pencemaran mulai dirasakan warga sejak empat tahun terakhir, setelah Gudang Garam menambah cerobong asap yang mengarah langsung ke desanya. Dari cerobong itu setiap hari menghasilkan asap yang berwarna hitam pekat yang apabila terhirup mengakibatkan sesak nafas karena bau pembakaran tembakau yang menyengat.
Asap ini juga terasa sangat pedih di mata serta membawa abu-abu yang beterbangan ditiup angina ke rumah-rumah warga. Selain mengakibatkan rumah warga menjadi kotor, abu atau debu yang keluar dari cerobong Gudang Garam juga menempel di berbagai makanan, pakaian bahkan air yang digunakan untuk konsumsi warga.
Sujarwo mengatakan telah banyak warganya yang terserang penyakit terutama infeksi saluran pernafasan atas akibat pencemaran limbah pabrik, termasuk istrinya sendiri yang sempat dirawat di rumah sakit.
"Pada prinsipnya, warga tidak ingin meminta kompensasi apapun dari pabrik. Mereka hanya ingin lingkungannya kembali bebas dari pencemaran, supaya warga dan anak cucunya bisa hidup normal," ujar Mashudi koordinator aksi yang menambahkan warganya juga banyak terserang penyakit diare dan desentri.
08 Agustus 2010

Thursday, August 5, 2010

EKSPEDISI LAUT DALAM:Kehidupan Tanpa Matahari

Muncul rasa kekaguman yang amat sangat atas keanekaragaman hayati laut dalam Indonesia, khususnya Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Ini terjadi pada diri Stephen R Hammond seraya mengungkapkan, ”Sebelumnya, saya belum pernah menjumpai koral bisa hidup di laut dalam. Ternyata, di sini bisa!”
Stephen adalah Ketua Tim Periset Amerika Serikat yang terlibat dalam ekspedisi laut dalam Sangihe Talaud 2010 hingga kedalaman 7.000 meter. Ekspedisi ini diberi nama Indonesia United State Expedition Sangihe Talaud (Index-Satal) 2010.
Kegiatan ilmiah di bidang kelautan itu berlangsung mulai dari 24 Juni 2010 hingga 8 Agustus 2010. Tim ekspedisi sudah berhasil mendokumentasikan ratusan spesies laut dengan menggunakan kamera video beresolusi tinggi.
Rekaman itu diperoleh dengan peralatan robotik yang diberi nama remotely operated vehicle (ROV). ROV bisa dibenamkan hingga kedalaman 7.000 meter dan bisa merekam tindak tanduk segala biota yang ditemuinya.
”ROV merekam dengan cara dikendalikan dari kapal,” ujar Sugiarta Wirasantosa, Ketua Tim Periset Indonesia untuk ekspedisi Index-Satal 2010, Selasa (3/8) di Pusat Komando Penelitian di Kantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Jakarta.
Menurut Sugiarta, ROV kali ini tidak dilengkapi lengan robotiknya. Ini karena dalam ekspedisi tersebut tidak ada pemanfaatan lengan robotik yang biasanya untuk pengambilan sampel.
Lokasi yang akan direkam ROV sebelumnya ditentukan dengan teknologi pencitraan bawah laut. Alat multibeam itu bisa menyajikan morfologi laut hingga kedalaman 7.000 meter. ”Hasil ekspedisi ini selain biota laut, juga ditemukan enam gunung api bawah laut,” kata Sugiarta.
Ekosistem baru
Kekaguman Stephen di antaranya terhadap koral yang mampu tumbuh di kedalaman 800 meter atau lebih di Sangihe Talaud, kata Kepala BRKP Gellwyn Yusuf, sebagai bukti adanya ekosistem baru.
Stephen menyebutkan, koral atau karang pada umumnya tumbu pada kedalaman belasan atau puluhan meter. Ini tergantung tingkat kejernihan air laut karena koral bertahan sampai pada kedalaman yang masih bisa ditembus sinar matahari.
Di kedalaman 800 meter sebagai lokasi ditemukannya koral itu tidak lagi ditembus sinar matahari. Tetapi, koral warna-warni itu ternyata ditemui. ”Koral yang berwarna-warni di laut dalam yang gelap gulita itu sebuah keanekaragaman hayati laut yang sangat luar biasa,” kata Stephen.
Membandingkan dengan koral yang ada di permukaan laut, jelas peranan sinar matahari menunjang proses fotosintesis koral yang ada sehingga koral itu bisa bertahan hidup.
Stephen masih mempertanyakan, dari mana sumber kehidupan bagi koral yang ada di laut dalam.
Masyarakat awam banyak yang menilai selama ini matahari adalah sumber kehidupan. Bagi koral bawah laut, kehidupannya tanpa matahari. Ini berarti matahari bukanlah satu-satunya sumber kehidupan bagi koral.
Stephen mengatakan, sebelum tahun 1978, para ilmuwan biologi dunia memang masih mengakui matahari sebagai satu-satunya sumber kehidupan. Tetapi, temuan tahun 1978 tentang adanya kehidupan di laut dalam yang tak tersentuh sinar matahari membuktikan hal yang berbeda.
Bakteri sulfida
Stephen memaparkan, bakteri sulfida di dekat gunung api bawah laut menjadi ujung strata paling rendah bagi mata rantai ekosistem laut dalam. Extrimophiles bahkan dikenal sebagai bakteri sulfida yang mampu bertahan di atas suhu 100 derajat celsius.
Tak ayal bakteri sulfida sangat penting bagi mata rantai berikutnya. Hingga akhirnya bisa dijumpai biota Holothurians berwarna ungu tua menyala yang mendominasi komunitas bentik di kedalaman 3.050 meter
.Lalu, Nudibranch, moluska tak bercangkang, juga direkam di kedalaman 3.000 meter. Spesies lainnya mencapai ratusan jenis lagi, sebagian besar juga baru dikenal atau belum ada namanya. Luar biasa alam Indonesia!
04 Agustus 2010

Waspadai Kejahatan Melalui BlackBerry

Jaminan keamanan dan privasi yang tinggi bagi penggunanya membuat penggunaan BlackBerry rawan disalahgunakan untuk kepentingan kejahatan. Pemerintah perlu mewaspadai potensi kejahatan tersebut dengan segera membuat regulasi yang mengatur secara tegas tindak pidana di bidang teknologi informasi.
Wakil Ketua Tim Insiden Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/ ID-SIRTII) M Salahuddien Manggalany di Jakarta, Rabu (4/8), mengatakan, potensi tindak kejahatan dalam penggunaan Blackberry cukup tinggi, mengingat jaringannya tidak bisa disadap.
Segala jenis data yang dikirim menggunakan layanan BlackBerry terenskripsi atau dikunci oleh penyedia layanannya, yaitu Research in Motion Ltd (RIM). Kunci data ini hanya bisa dibuka oleh RIM yang berpusat di Kanada.
Jika Pemerintah Indonesia ingin mengakses atau menyadap data yang dikirim lewat BlackBerry, Pemerintah RI harus meminta terlebih dahulu kepada Pemerintah Kanada. Pemerintah Kanada-lah yang selanjutnya akan meneruskan permintaan tersebut kepada RIM. Data pun akan diserahkan RIM lewat Pemerintah Kanada kepada Indonesia.
Prosedur akses data yang panjang, belum adanya jaminan kepastian pemberian akses data, serta posisi pusat data atau server yang ada di luar negeri membuat Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, dan India berencana melarang peredaran BlackBerry. Namun, sejumlah negara mengajukan kompensasi jika RIM tetap ingin memasarkan BlackBerry di negaranya, seperti India yang meminta agar RIM membagi sejumlah kunci data. Sejumlah negara juga meminta RIM membuat pusat data di negara mereka.
Kondisi serupa telah dilakukan Amerika Serikat. Menurut Salahuddien, di AS telah ada undang-undang yang bisa memaksa RIM untuk membuka akses datanya jika ingin produk mereka dipasarkan di AS.
Salahuddien mengatakan, banyak pengguna handphone biasa yang beralih ke Blackberry setelah banyaknya kasus korupsi dibongkar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui penyadapan. BlackBerry sulit disadap.
”Privasi yang tinggi membuat banyak pihak menikmati layanan BlackBerry. Namun, persoalan privasi itu bisa disalahgunakan untuk melakukan kejahatan,” katanya.
Indonesia bisa
Secara terpisah, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Iwan Krisnadi, mengatakan, jika pelarangan BlackBerry di sejumlah negara karena alasan keamanan nasional, hal tersebut semestinya bisa dilakukan di Indonesia. BRTI bersama sejumlah lembaga lain perlu membahas persoalan tersebut lebih lanjut.
”Seharusnya Indonesia memiliki sistem yang bisa mengatur agar sejumlah perusahaan layanan data memiliki server di Indonesia, seperti yang sudah dilakukan Google dan Yahoo,” katanya.
Untuk mengantisipasi tindak kejahatan menggunakan teknologi informasi, menurut dia, pemerintah dan DPR perlu segera membahas Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi. RUU itu sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional tahun ini, tetapi pembahasannya belum dilakukan hingga kini. UU itu penting, mengingat pesatnya perkembangan dunia cyber yang telah menghilangkan batas-batas negara.
Meski ada potensi penggunaan BlackBerry untuk tujuan tidak baik, Iwan menilai, manfaat kehadiran BlackBerry juga harus diperhatikan jika akan ada wacana pelarangan telepon seluler itu di Indonesia. Masyarakat banyak memanfaatkan BlackBerry karena membuat komunikasi lebih murah dan terjaganya privasi.
Di Indonesia, tercatat 1,3 juta-1,4 juta pengguna Blackberry. Operator Excelcomindo (PT XL Axiata, Tbk) tercatat mempunyai pengguna Blackberry terbanyak dengan jumlah 450.000 pelanggan.
Nadira Febriati, Corporate Communication Manager PT XL Axiata, Tbk, menegaskan, pada prinsipnya operator akan tunduk kepada peraturan yang ditetapkan oleh regulator, termasuk apabila ada perubahan regulasi.(MZW/RYO)
05 Agustus 2010

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...