Monday, November 22, 2010

E-Money, Transaksi Gaya Baru

KINI, membawa uang jutaan rupiah dalam dompet makin langka. Banyak orang memilih menyimpan uang dalam kartu plastik, seperti ATM, kartu debit, kartu voucher, kartu kredit, atau kartu pembayaran lain. Cara itu lebih praktis dan aman. Pemakaian uang menjadi lebih terkontrol dan optimal sampai ke rupiah terkecil.

Itu berbeda dari pemakaian uang kontan, yang hanya memiliki pecahan tertentu, yang menyebabkan kita sering menerima kembalian berupa permen jika tak ada pecahan kecil. Saat ini, pemakaian uang kontan biasanya tinggal untuk transaksi dengan nominal kecil atau di toko-toko yang belum mengadopsi teknologi pembayaran elektronik.

Terus Meningkat

Perkembangan teknologi yang kian maju memunculkan banyak inovasi yang mengarah ke penggunaan electonic money (e-money). Pemakaian kartu ATM (debit) untuk pembayaran sudah tak memerlukan edukasi. Hampir semua pemilik kartu itu tahu cara memanfaatkan dan mengoptimalkan kartunya untuk transfer uang, membayar belanjaan, atau membayar tagihan. Demikian pula dengan kartu kredit, rata-rata pemilik sudah tak perlu edukasi.

Menurut catatan Bank Indonesia, kartu ATM & kartu debit yang telah dikeluarkan hingga tahun 2009 sebanyak 41.151.850, sedangkan kartu kredit 12.259.295. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka itu menunjukkan peningkatan lebih dari 10%. Uang yang ditransaksikan pun triliunan rupiah (www.bi.go.id). Itu menunjukkan masyarakat makin familiar dan teredukasi perihal pemakaian kartu-kartu tersebut.

Tahap berikutnya dari kemajuan teknologi di bidang keuangan adalah alat pembayaran elektronik. Saat ini, kita sering melihat alat pembayaran model itu. Di toko-toko eceran modern, seperti Carrefour, sekarang sudah terpajang mesin pembaca dari BCA Flazz. Alfamart dan Indomaret pun sudah menjual voucher/kartu Flazz Prepaid. Kartu yang disediakan dari pecahan Rp 25.000 itu bisa digunakan sebagai kartu belanja selayaknya uang biasa.

Juga ada Kartu E-Toll dari Bank Mandiri yang bisa digunakan untuk transaksi bayar tol di Jakarta dan Bandung. Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini menuturkan saat ini pemegang Kartu E-Toll 150.000 dengan transaksi setiap bulan lebih dari 1 juta dengan nilai sekitar Rp 8,5 miliar. Angka itu diperkirakan meningkat pesat setelah penandatanganan kerja sama baru dari Mandiri dengan empat operator jalan tol baru.

PT Kereta Api tak mau kalah dalam mengadopsi teknologi itu. Kereta api Jabodetabek saat ini sedang dalam tahap persiapan penerapan pemakaian e-money berupa kartu mirip Kartu E-Toll. Bekerja sama dengan PT Telkom yang mengantongi izin penyelenggaran electronic money & remmitance dari Bank Indonesia, kemungkinan dalam waktu dekat PT Kereta Api menerapkan teknologi itu untuk pengguna setia Prambanan Express (Pramex). Para pekerja komuter (Solo-Jogja) bakal tak perlu ribet lagi dengan antre beli tiket. Dengan kartu yang sama, kelak akan diintegrasikan untuk pembayaran di Trans Jogja dan Solo Batik Trans.

Semua itu sangat memungkinkan. Layanan transportasi akan terintegrasi. Masyarakat mendapat kemudahan moda pembayaran, keamanan, dan kenyamanan.

Negara Lain

Penggunaan e-money memang diawali dari negara maju, dari membayar tiket kereta, membayar tol, tiket bioskop, dan pembelian barang via web. Mereka telah teredukasi dengan baik dalam penggunaan. Wujud fisik e-money pun bisa bermacam-macam. Bisa berupa kartu, tetapi bisa pula perangkat lain seperti telepon seluler, gantungan kunci, atau benda-benda lain yang sudah disuntik dengan isian data keuangan. Benda itu juga bisa diisi ulang dengan nilai nominal tertentu.

Kini, negara seperti Kenya pun mulai akrab dengan e-money. Dengan sponsor Pemerintah Inggris (Department for International Development/DFID), mereka mengembangkan Mobile-Pesa (pesa dalam bahasa Swahili berarti uang). M-Pesa sangat sukses dikembangkan di negara yang bisa dikategorikan bukan negara maju itu. Mereka bisa melakukan transfer uang, tarik tunai, dan kegiatan keuangan sederhana lain dengan aplikasi sederhana yang dikembangkan Vodafone itu. Kesuksesan di Kenya mendorong pengembangan fitur serupa untuk Tanzania dan Afganistan. Sekarang, lazim seorang petani pergi ke sebuah toko kecil sambil membawa telepon seluler untuk mengambil uang yang dikirimkan sang anak.

Malaysia memiliki PosPay yang bisa digunakan untuk pembayaran tagihan, isi ulang pulsa, isi ulang internet, belanja online, dan lain-lain. Para pahlawan devisa kita di Hong Kong juga sangat familiar dengan Octopus Card. Kartu yang dijual mulai dari 20 dolar Hong Kong itu bisa digunakan untuk membayar parkir, naik trem, hingga belanja barang nyata. Kartu itu dikalim sudah tersebar lebih dari 14 juta.

Jepang adalah negara paling “digital” dalam urusan keuangan. Hampir semua lini transaksi sudah mengadopsi e-money. Keunggulan teknologi dan sumber daya manusia di negeri itu memang memungkinkan untuk melaju.

Penerapan e-money dan turunannya jelas akan menyebabkan efisiensi bagi pemilik, penjual, dan pemerintah. Negara-negara sudah menerapkan e-money, dan sejauh ini dampak negatifnya relatif sedikit. Negara kita pun semestinya mampu menerapkan teknologi itu demi tata kelola yang makin efisien, tanpa kebocoran, makin teratur, dan teradministrasikan dengan baik.

Penulis: Taryoko, Senior Instruktur Learning Center PT Telkom, peserta Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang

18 Okt 2010
Source:http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=127049

E-Money Makin Diburu BI Cetak 2,5 Juta Kartu

MINAT nasabah bertransaksi dengan uang elektronik (e-money) belum menggembirakan. Tapi menurut kacamata penerbit, ceruk e-money masih menjanjikan. Indikasi ini bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah kartu yang diterbitkan.

Kepala Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Aribowo mengatakan, jumlah e-money yang diterbitkan per akhir Oktober 2009 meningkat 300 ribu kartu atau 11 persen dibandingkan akhir September 2009.

"Cukup bagus. Dalam sebulan, meningkat dari 2,2 juta kartu menjadi 2,5 juta," ungkap Aribowo saat dihubungi, kemarin.

Dia menjelaskan, saat ini ada lima bank dan empat lembaga non-bank yang menerbitkan e-money. Menurut Aribowo, tiga penerbit yang paling besar menunjukkan peningkatan jumlah kartu, yaitu Bank Mega, Bank Mandiri dan Telkom.

Di saat jumlah e-money yang diterbitkan bertambah, volume dan nilai transaksi justru merosot. Per akhir Oktober 2009, volume transaksi e-money turun 13,9 persen dibandingkan September 2009. Yaitu, dari 1.933 juta transaksi menjadi 1.664 juta transaksi. "Nilai transaksi juga turun sebesar 19 persen, dari Rp 68,141 juta menjadi Rp 55,015 juta." kata Aribowo. Mlf

26 Des 2009
Source:http://bataviase.co.id/detailberita-10443538.html

Menanti Debut Dompet Digital


Bisnis Uang Elektronik | Model Bisnis Terbaik Perlu Dikonsolidasikan
Regulasi baru kembali mencuatkan harapan berkembangnya e-money. Apalagi melihat besarnya jumlah pelanggan telekomunikasi di Tanah Air.

Penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/12/PBI/2009 pada pertengahan April lalu menjadi angin segar bagi perkembangan e-money atau uang elektronik. Regulasi tersebut memperketat aturan sebelumnya yang tertuang pada PBI No 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

Di Indonesia, ada dua industri yang getol mengembangkan e-money sejak dua tahun lalu, yakni perbankan dan operator seluler. Di perbankan, nama Flazz BCA dan e-Toll Bank Mandiri pantas dikedepankan. Sedangkan di jasa seluler yang muncul adalah T-Cash Telkomsel dan Dompetku Indosat.

Di jasa seluler, fitur dari e-money dikenalkan dengan nama dompet digital atau layanan yang memungkinkan ponsel berfungsi layaknya dompet penyimpanan uang yang bisa digunakan bertransaksi dengan cara yang mudah, cepat, dan aman.

Dalam dompet digital, setiap transaksi yang dilakukan akan langsung mengurangi saldo yang tersimpan dalam rekening ponsel. Untuk proses kliringnya diselesaikan melalui back office bank rekanan operator. Sederhananya, cara kerja dari dompet digital ini mirip dengan kartu bermain di arena video game, pelanggan diwajibkan mengisi saldo di kartu terlebih dulu, baru bisa bermain.

Terbitnya regulasi baru itu, menurut Associate Operation officer International Finance Corporation, A Bido Budiman, menjadi angin segar bagi perkembangan e-money di Indonesia.

Berbagai hal yang dinilai menghambat oleh penerbit sudah diakomodasi Bank Indonesia, kata dia, akhir pekan lalu.

Diharapkannya, regulasi itu akan mendongkrak nilai dari transaksi menggunakan e-money karena di Indonesia penggunaan kartu debit hingga Maret lalu mencapai 7,9 juta transaksi dengan nilai 159 trilliun rupiah. Pengguna e-money itu adalah irisan dari kartu debit. Saya yakin pengguna e-money akan bertambah tahun ini, katanya tanpa berani memprediksi angka transaksi e-money.

Bido mengatakan banyak manfaat jika e-money diimplementasikan, mulai dari menjadikan masyarakat yang belum memiliki rekening bank menjadi bankable hingga mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Berdasarkan catatan, di Indonesia jumlah rekening adalah 45 persen dari total populasi. Diharapkan e-money akan mendongkrak jumlah pemilik rekening menjadi 73 persen dari total populasi.

Masih Mencari

Sementara itu, Direktur Pemasaran Indosat Guntur S Siboro mengatakan jasa dompet digital masih mencari bentuknya di Indonesia. Kami sudah mengomersialkannya, tetapi untuk kelompok tertentu, katanya.

Guntur mengatakan tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan dompet digital terletak pada cara mendorong pelanggan menggunakannya, memperluas mitra merchant, dan mempermudah pelanggan mengisi kembali uangnya di dompet digital.

Namun, operator mengakui tidak mudah mengembangkan dompet digital di Indonesia. Ternyata tidak semudah prediksi awal. Banyak tantangannya. Walaupun regulasi dari Bank Indonesia bisa mendorong jasa ini, saya rasa masih butuh waktu untuk diterima masyarakat,
tutur VP Digital Business Telkomsel Bambang Suprayogo.

Untuk diketahui, Telkomsel membenamkan dana sebesar 50 juta dollar AS guna mengembangkan T-Cash. Sebelumnya, Telkomsel optimistis dalam waktu dua tahun dana itu akan kembali jika sepanjang tahun lalu ada 5 juta pelanggan yang menggunakan layanan tersebut.

Kenyataan berbicara lain. Hingga sekarang, T-Cash hanya mampu menggoda 120 ribu dari 71 juta pelanggan Telkomsel.

Melihat hal itu, Bido menyarankan para pemain secepatnya melakukan konsolidasi dengan menentukan model bisnis terbaik untuk mengembangkan e-money. Sekarang tinggal para pemain menanggalkan ego sektoral agar masing-masing infrastruktur bisa dioptimalkan.

Untuk diketahui, di luar negeri layanan ini memiliki tiga model bisnis, yakni operator telekomunikasi yang menjadi pemimpin, bank yang menjadi pemimpin, atau dijalankan oleh pihak ketiga.

Direktur Teknologi Informasi & Operasional Bank Permata Georgino Godong mengatakan tidak tepat menggunakan model bisnis dengan saling menentukan industri mana yang menjadi pemimpin di jasa tersebut. Bagi saya, yang tepatnya adalah saling berbagi infrastruktur.
Ini sudah kami mulai dengan menguji coba Ponsel Pay, katanya.

Ponsel Pay adalah sistem transaksi berbasis nomor ponsel di jaringan GSM dan CDMA yang digunakan sebagai basis rekening e-money. Model menggandeng semua operator seperti Bank Permata ini adalah yang pertama diperkenalkan di Indonesia.

Bagi praktisi telematika Mochammad James Falahuddin, kendala terbesar pada pengembangan dompet digital oleh operator seluler ialah belum adanya bandar atau payment exchange gateway alias clearing house yang menjadi jembatan transaksi antara operator dan bank.

Akibat tidak ada bandar, operator harus menyediakan semua infrastruktur pendukung sendiri, termasuk hubungan dengan bank. Parahnya bank hanya menjadikan ini semacam nilai tambah sehingga akhirnya disikapi dengan dengan meminta eksklusivitas kepada operator,
jelasnya.

Dikatakannya, syarat eksklusivitas itu membuat operator membebankan biaya ke pelanggan sehingga ujung-ujungnya biaya transaksi menjadi mahal jika direlatifkan ke nilai barang yang akan ditransaksikan.

Posisi perbankan lebih kuat di jasa ini karena sudah memiliki infrastrukturnya. Dan bagi bank, mengembangkan sendiri akan lebih menguntungkan karena uang nasabah tidak keluar dari sistem dalam bentuk tunai, katanya.

James mengingatkan, pemerintah juga harus mulai melengkapi jasa ini dengan badan pengawas yang akan bertindak sebagai wasit jika ada masalah dalam rekonsiliasi dan settlement antarprovider. Dan tentunya menjadi hakim untuk keluhan pelanggan,
tegasnya.

dni/E-2

19 Mei 2009
Source:http://www.koran-jakarta.com/print-berita.php?id=8398

Telkomsel Luncurkan Transfer e-Money Berbasis SMS Mobile

Telkomsel meluncurkan solusi transfer uang elektronik (e-money) berbasis layanan mobile wallet bernama T-Cash Kirim Uang. Pelanggan Telkomsel kini bisa melakukan pengiriman uang langsung dari ponsel secepat mengirim SMS dan langsung dapat melakukan penarikan tunai di seluruh outlet Indomaret. Kehadiran layanan T-Cash Kirim Uang menjadikan Telkomsel sebagai satu-satunya operator selular yang menyediakan layanan transfer e-money antarponsel di seluruh Indonesia.

Menurut VP T-Cash Management Telkomsel, Bambang Supriogo, dalam rilisnya kepada riaubisnis.com, Jumat (11/11/2010), dengan wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, T-Cash Kirim Uang merupakan solusi yang sangat tepat yang membutuhkan layanan transfer uang dengan cara yang mudah, sekalipun tidak memiliki rekening di bank.

“Dengan menggunakan layanan T-Cash di ponselnya, pelanggan bisa mengirim uang secara cepat, aman, dan murah, kapan saja dan di mana saja. Inilah salah satu wujud komitmen kami dalam menyediakan solusi layanan mobile lifestyle terbaik dan terdepan,” katanya.

Pelanggan kartuHALO, simPATI, atau Kartu As yang ingin memanfaatkan layanan Kirim Uang harus terlebih dahulu mengaktifkan layanan T-Cash di ponselnya dengan menghubungi *828*1#. Selanjutnya pelanggan mengisi saldo T-Cash di GraPARI atau outlet Indomaret terdekat. Untuk melakukan pengiriman uang, hubungi *828#, kemudian pilih menu “Kirim Uang”.

Setelah memasukkan nomor ponsel penerima uang dan jumlah nominal uang yang dikirim, pelanggan akan memperoleh SMS berisi notifikasi pengiriman uang. Selanjutnya e-money yang dikirim tersebut dapat diambil secara tunai oleh penerima di kasir Indomaret di seluruh Indonesia hanya dengan menunjukkan SMS notifikasi yang diterima pada saat proses pengambilan tersebut.


Pelanggan bisa mengirimkan uang berkali-kali dalam satu hari dengan nominal pengiriman Rp 1.000 hingga Rp 1 juta untuk sekali pengiriman. Jumlah nominal uang yang dikirimkan melalui layanan T-Cash Kirim Uang maksimal Rp 1 juta setiap harinya dan Rp 20 juta setiap bulannya. Pelanggan dikenakan biaya Rp 1.000 untuk sekali pengiriman uang.

“Pengiriman uang hanya dapat dilakukan pelanggan yang sudah mengaktifkan layanan T-Cash Full Service, yang secara otomatis sudah langsung bisa dinikmati pelanggan kartuHALO. Pelanggan simPATI dan Kartu As harus terlebih dahulu mengaktifkan layanan full service dengan melakukan registrasi di GraPARI atau GeraiHALO,” ujarnya.


T-Cash (singkatan dari Telkomsel Cash) merupakan inovasi layanan mobile wallet yang memungkinkan ponsel pelanggan berfungsi layaknya dompet penyimpanan uang (digital cash atau e-money) yang siap digunakan untuk bertransaksi dengan nominal hingga Rp 5 juta secara mudah, cepat, dan aman.

Dengan menggunakan T-Cash, pelanggan dapat melakukan pembelian barang (pulsa isi ulang, token PLN prabayar, produk di merchant T-Cash), pembayaran tagihan (kartuHALO, TelkomVision, PLN, PDAM), pengiriman uang, serta pengambilan tunai. Seluruh aktivitas ini dapat dilakukan dengan mengakses *828# yang merupakan single menu browser untuk semua layanan T-Cash.

Dalam menghadirkan layanan T-Cash, Telkomsel menjadi integrator sekaligus service provider yang didukung sepenuhnya oleh Bank Indonesia sebagai regulator. Bekerja sama dengan lebih dari 260 merchant penjual barang dan jasa (Indomaret, Tokobagus.com, Fuji Image Plaza, Perguruan Tinggi penyedia konten akademis, dan lain-lain), Telkomsel menggelar lebih dari 7.000 titik layanan T-Cash yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Saat ini layanan T-Cash telah digunakan lebih dari 3 juta pelanggan.(*)

12 Nov 2010
Source:http://riaubisnis.com/index.php/tech-mainmenu-30/telekomunikasi-mainmenu-50/29-telekomunikasi/2071-telkomsel-luncurkan-tranfer-e-money-berbasis-sms-mobile

Survey IDM terhadap churn rate di Indonesia

Kartu hangus di Indonesia bisa mencapai 26% dalam setahun, sementara yang terjadi di ASEAN rata-ratanya mencapai 15%. Tingginya churn rate, dipacu oleh murahnya harga pulsa kartu perdana bila dibandingkan dengan pulsa isi ulang. Angka ini bisa ditekan bila operator mau menjual kartu perdana dengan harga lebih tinggi dari isi pulsanya atau menjual kartu perdana tanpa pulsa ke toko.

Berikut adalah kutipan hasil survey IDM terhadap churn rate yang terjadi di dunia telekomunikasi Indonesia dari indemon.bloghi.com.

Tingkat Kepuasan Berdasarkan Tariff dan Performance

Pada awal bulan Juli 2007 ini, Indonesia Development Monitoring Research telah melakukan penelitian Kepuasan Pelanggan pengguna telepon selular. Survei dilakukan di 33 provinsi dengan melibatkan 1227 responden yang terbagi dalam dua kategori, pelanggan pra-bayar dan pasca-bayar.

Dalam survey ini ada dua dimensi pengukuran yang dinilai yaitu Performance dan Tariff. Masing-masing dimensi terbagi lagi dalam beberapa atribut. Pada dimensi performance ada 4 atribut yang dinilai, atribut itu adalah No Service, Dropped Call, Static, dan Circuit Full

Sedangkan pada dimensi Tariff ada 3 atribut yang dinilai yaitu SMS tariff, voice call tariff, dan Starter-pack tariff.

Metodologi

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di propinsi sebagai penguna jasa telekomunikasi seluler yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dalam survei ini jumlah sampel ditetapkan sebanyak 1227 orang. Dengan metode multistage random sampling, dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 3.7% pada tingkat kepercayaan 97 persen. Sampel berasal dari 60 Kota yang dilayani oleh operator seluler yang terdistribusi secara proporsional.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu kota (20 responden).

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 17% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

Judul Penelitian

Mengukur tingkat kepuasan pengguna telepon seluler terhadap tingkat tariff operator seluler dalam persaingan di sektor telekomunikasi seluler di Indonesia

Keterangan:

Tsel : Telkomsel

Isat : Indosat

Xlcom : Excelcomindo Pratama

Hcp 3 : Hutchison CP Telecommunications

Pendapat Responden mengenai tingkat kepuasan terhadap tariff SMS dari setiap operator seluler jenis Kartu Pra bayar

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kepuasan atas tarif SMS jenis kartu pra bayar saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 71% puas 
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 64% puas
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 54% puas
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 38% puas
Pendapat Responden mengenai tingkat kepuasan terhadap tariff SMS dari setiap operator seluler jenis Kartu Pasca bayar

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kepuasan atas tarif SMS jenis kartu pasca bayar saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 78% puas 
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 75% puas
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 69% puas
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 11,5% puas
Pendapat Responden mengenai ada tidaknya kerugian yang dilakukan terhadap Tariff SMS maupun Voice Call dari setiap operator seluler jenis Kartu Pra bayar

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kerugian atas tarif SMS dan voice call saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 91% merasa tidak dirugikan 
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 9% merasa dirugikan 
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 82% merasa tidak dirugikan
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 18% merasa dirugikan
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 80% merasa tidak dirugikan
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 20% merasa dirugikan
  • Reponden pengguna produk 3yaitu 73% merasa tidak dirugikan
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 27% merasa dirugikan
Pendapat Responden mengenai Kewajaran terhadap Starterpack tariff dari setiap operator seluler pada jenis kartu Pra bayar.

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kewajaran atas tarif starterpack saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 77% merasa wajar 
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 23% merasa tidak wajar
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 81% merasa wajar
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 19% merasa tidak wajar
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 71% merasa wajar
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 15% merasa tidak wajar
Selisih 14% merupakan Netral/Biasa saja
  • Reponden pengguna produk 3yaitu 90% merasa wajar 
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 10% merasa tidak wajar
Pendapat Responden mengenai Perbandingan tingkat Tariff terhadap Performance layanan dari setiap operator

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab perbandingan tingkat tarif terhadap performance
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 75% merasa tidak mahal 
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 20% merasa mahal
Selisih 5% merasa netral/biasa saja
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 80% merasa tidak mahal 
  •  Reponden pengguna produk Indosat yaitu 18% merasa mahal
Selisih 2% merasa netral/biasa saja
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 70% merasa tidak mahal 
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 14% merasa mahal
Selisih 16% merasa netral/biasa saja
  • Reponden pengguna produk 3yaitu 90% merasa tidak mahal 
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 10% merasa mahal
Pendapat Responden mengenai tingkat Kepuasan terhadap Performance dari setiap operator seluler jenis Kartu Pasca bayar

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kepuasan atas performance jenis kartu pasca bayar saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 79% puas 
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 78% puas
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 51% puas
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 12% puas
Pendapat Responden mengenai tingkat Kepuasan terhadap Performance dari setiap operator seluler jenis Kartu Pra bayar

Berdasarkan hasil survey, Reponden masing-masing produk yang telah menjawab kepuasan atas performance jenis kartu pra bayar saat ini.
  • Reponden pengguna produk Telkomsel yaitu 71% puas 
  • Reponden pengguna produk Indosat yaitu 63% puas
  • Reponden pengguna produk XL yaitu 52% puas
  • Reponden pengguna produk 3 yaitu 39% puas


Kesimpulan

1. Pasar selular Indomesia sangatlah atraktif. Dalam 5 tahun ke depan bisnis telepon selular di Indonesia masih akan terus berjaya. Menurut prediksi Indonesia Development Monitoring Research , jumlah pelanggan telepon diperkirakan akan mencapai 80,7 juta. Puncak pertumbuhan terjadi pada 2006 ke 2007, yakni dari 67,2 juta ke 72,7 juta pelanggan. Pada tahun 2008, jumlah pelanggan selular diperkirakan bakal menjadi 80 ,7juta. Fakta ini menunjukan atraktifnya bisnis selular di Indonesia, potensi pasarnya masih sangat besar.

2. Berdasarkan hasil survey diatas, responden yang secara umum dapat disimpulkan bahwa responden yng merupakan konsumen dari 4 perusahaan telekomunikasi Indonesia yaitu Telkomsel, Indosat, Excelcomindo Pratama, Hutchison CP Telecommunications (3) merasa puas atas layanan dan tarif yang dirasakan selama ini masih dalam kewajaran dan cenderung tariff yang disajikan para operator tidak mahal dan dari pendapat responden ,responden tidak ada yang merasa dirugikan dengan tariff yang dikenakan para operator, ini dapat dibuktikan terutama pada penguna jasa telekomunikasi seluler prabayar.

3. Churn Rate dan Tingkat Kepuasan Pelanggan

Persaingan bisnis telekomunikasi sangatlah ketat. Para operator berlomba-lomba untuk menambah jumlah customer basenya. Dalam enam bulan terakhir perang penjualan Kartu Perdana Murah yang dilakukan para operator cukup marak. Kondisi ini mendorong peningkatan churn rate (kartu hangus), akibatnya kartu perdana kini menjadi semacam Calling Card, hanya digunakan ketika pulsa masih ada dan bila sudah tidak ada pulsanya, kartu akan dibuang kemudian beralih ke kartu lain. Churn rate di Indonesia bisa mencapai 26% dalam setahun, sementara yang terjadi di Asean rata-ratanya mencapai 15%.Tingginya churn rate, dipacu oleh murahnya harga pulsa kartu perdana bila dibandingkan dengan pulsa isi ulang. Angka ini sebetulnya bisa ditekan bila operator mau menjual kartu perdana dengan harga lebih tinggi dari isi pulsanya atau menjual kartu perdana tanpa pulsa ke toko. Akan tetapi tuntutan persaingan menyebabkan mereka terpaksa tidak melakukan hal semacam itu.

14 Agt 2008
Source:http://persaingantelekomunikasi.wordpress.com/2009/04/27/survey-idm-terhadap-churn-rate-di-indonesia/

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...