Wednesday, February 2, 2011

Sistem Transaksi Menggunakan Handphone dengan Teknologi Near Field Communications (NFC): Keluar ke Pasar Tahun 2011

Kalau kita lihat sejarah transaksi pembayaran, awalnya dulu sebelum ada kemudahan elektronika seseorang harus mengambil uang dahulu ke bank dengan mengantri di loket sehingga sebaiknya mengambil uang untuk pemakaian selama jangka waktu tertentu mengingat usaha yang lumayan untuk mengambil sejumlah uang. Dengan adanya anjungan tunai mandiri (ATM) dimana-mana usaha untuk mengambil uang menjadi ringan sehingga seseorang cukup mengambil uang untuk jangka waktu pendek. Selain itu ATM mengurangi resiko pemegang uang dari kejahatan pencurian/perampokan/dan lain-lain karena uang yang diambil biasanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan mengambil uang di loket bank.

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), munculah alat pembayaran baru elektronika yang menjadi popular di Indonesia seperti kartu kredit dan kartu debit. Kedua jenis pembayaran tersebut menggunakan kartu pintar yang digosokkan ke terminal pembayaran di toko-toko ketika membayar. Kartu pintar dapat menggantikan uang fisik yang biasanya disimpan di dompet sehingga pengguna kartu pintar dapat terhindar dari tindak kejahatan dan juga pengguna mendapatkan kemudahan, yaitu tidak perlu mengambil uang ke bank atau ATM dan menyimpan di dompet. Tentunya sistem pembayaran dengan kartu pintar tersebut harus memiliki sistem keamanan yang menjamin uang pengguna tidak diambil oleh pihak yang tidak berhak dan juga tidak ada pihak yang mengklaim pembayaran yang tidak pernah dilakukan pengguna. Tanpa adanya penjaminan sistem keamanan pada sistem pembayaran dengan kartu pintar, pengguna tidak akan berminat untuk menggunakannya.

Pada saat ini, selain dompet wajib hukumnya membawa handphone dalam berpergian. Ini memberikan ide bagi inovator untuk menggabungkan dompet dan handphone. Sudah ada layanan inovatif dari mobile provider untuk melakukan pembayaran menggunakan sms maupun mobile Web. Sebuah konsorsium dari produsen-produsen raksasa handphone di dunia akhirnya bekerja sama untuk membuat produk baru untuk menggabungkan dompet dengan handphone dengan nama Near Field Communications (NFC).

Sebenarnya NFC adalah pengembangan dari teknologi kartu Radio Frequency IDentification (RFID). RFID ini memiliki bentuk dan fungsi yang sama seperti kartu ATM bedanya adalah kartu RFID tidak perlu digosok (contactless) sehingga kartu RFID tidak perlu dikeluarkan dari dompet dalam proses pembayaran, pengguna cukup mendekatkan dompetnya ke terminal pembayaran (atau disebut reader). Di Indonesia kartu RFID sudah banyak digunakan, contohnya: e-Toll untuk pembayaran otomatis gerbang toll, gelang (RFID tag, bukan berbentuk kartu) yang digunakan sebagai pengganti tiket di taman-taman hiburan.

Teknologi NFC pada handphone selangkah lebih maju daripada teknologi RFID dimana pada handphone ditanamkan NFC chip yang dapat bertindak sebagai kartu RFID dan juga sebagai reader sekaligus dengan radius jangkauan pendek (kurang dari 10cm). Teknologi NFC pada handphone betul-betul dapat menggantikan dompet dimana dapat mengeluarkan uang dan juga menerima uang dari dan ke sesama pengguna NFC. Selain untuk pembayaran teknologi NFC dapat digunakan sebagai pengganti KTP, SIM, kartu mahasiswa, dan lain-lain, kartu absen, dan lain-lain.

Direncanakan tahun 2011 ini akan muncul berbagai produk handphone ternama yang dilengkapi teknologi NFC. Produk handphone pertama dengan teknologi NFC yang sudah dipasarkan di Eropa dan Amerika adalah Samsung Nexus S, dilengkai NFC controller chip produk NXP (Philips) yaitu PN544. Dimana Philips adalah produsen ternama untuk kartu RFID. Samsung Nexus S menggunakan operating system Android versi Gingerbread yang didukung oleh Google. Google sendiri sudah mempersiapkan berbagai aplikasi untuk teknologi NFC pada handphone.

Banyak lelucon tentang mesin cetak yang bekerja keras 24 jam penuh untuk memproduksi jumlah uang yang sangat banyak untuk mendanai pengeluaran yang sangat besar. Namun di sisi lain, penggunaan uang tunai secara fisik sedang menurun di seluruh dunia, karena pembayaran non-tunai sedang meningkat popularitasnya. Meskipun menurut para ekonom jumlah uang meningkat, jumlah uang kertas yang disimpan orang di dompet, cenderung menurun. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah transaksi kartu kredit dan debit di seluruh dunia. Para analis meramalkan bahwa tiga wilayah teratas dalam pembayaran mobile adalah Timur Jauh termasuk Cina, Eropa Barat dan Amerika Serikat, yang secara keseluruhan akan menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar pembayaran mobile dalam basis transaksi kotor di tahun 2013.

Kami dari NFC research group di School of Electrical Engineering & Informatics, Institut Teknologi Bandung sedang giat-giatnya melakukan penelitian untuk membangun Sistem Transaksi Menggunakan Mobile Phone dan Teknologi NFC dengan bantuan dana dari Program Insentif, Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem transaksi dengan teknologi NFC pada handphone untuk micropayment (pembayaran dengan jumlah kecil, contohnya: angkot, warung, kantin, dan lain-lain) dan macropayment (pembayaran dengan jumlah lebih besar, contohnya: supermarket, minimarket, restoran, berbagai toko, dan lain-lain). Sistem transaksi ini haruslah sangat aman untuk pengguna, penjual, dan industri keuangan sehingga uang pengguna tidak dapat berkurang/bertambah tidak semestinya; penjual mendapatkan uang pembayarannya yang seharusnya; dan industri keuangan tidak kehilangan uangnya dan tidak harus membayar yang tidak semestinya.

Penulis: Emir Husni, Dosen School of Electrical Engineering & Informatics, Institut Teknologi Bandung


Source:http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/01/27/sistem-transaksi-menggunakan-handphone-dengan-teknologi-near-field-communications-nfc-keluar-ke-pasar-tahun-2011/

Sodok Indosat, XL Bayangi Telkomsel

Kinerja PT XL Axiata Tbk (XL) tampil kinclong tahun lalu. Perusahaan telekomunikasi asal Malaysia ini berhasil meraup laba bersih pada 2010 lalu sebesar Rp 2,9 triliun. Keuntungan tersebut meningkat 69% dibanding 2009.

Keterangan resmi XL, Senin (31/1/2011) menjelaskan pendapatan usaha meningkat sebesar 27% menjadi Rp 17,6 triliun dan EBITDA mencapai Rp 9,3 triliun naik 50% dengan EBITDA marjin yang meningkat menjadi 53% pada akhir 2010.

Dari sisi jumlah pelanggan, kinerja XL juga lumayan memukau. Pelanggan XL tumbuh 28% tahun lalu, dari 31,4 juta pelanggan pada 2009 menjadi 40,4 juta pelanggan di akhir tahun 2010.

Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi bilang, pada 2010 XL berhasil memantapkan posisi sebagai operator nomor dua di Indonesia. Nomor satu masih dipegang Telkomsel dan ketiga kini Indosat. "Hal ini tidak terlepas dari upaya dan strategi yang telah diterapkan XL sejak tahun 2007," kata Hasnul.

Sepanjang tahun 2010, XL terus mengeluarkan produk dan layanan yang inovatif. Akhir tahun lalu, misalnya, untuk meningkatkan layanan bicara, XL meluncurkan paket baru Rp 0, dimana XL memberikan gratis bicara selama 30 detik pertama di waktu tertentu.

Dan sebagai wujud apresiasi kepada pelanggan, XL memberikan gratis roaming internasional untuk layanan data, dan diskon tariff hingga 90% untuk layanan bicara dan diskon hingga 50% untuk layanan SMS di 7 negara (Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Kamboja, Bangladesh, Hong Kong dan Jepang).

“Kami tidak tertarik untuk berkompetisi dalam masalah harga,tetapi kami lebih memperhatikan pengalaman pelanggan dalam menggunakan layanan kami dan bagaimana kami dapat meningkatkan kepuasan pelanggan secara berkesinambungan,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2010, XL telah melunasi sebagian pinjaman sehingga pada akhir tahun 2010, total pinjaman XL berkurang dari Rp 13,5 triliun menjadi Rp 10,2 triliun dengan rasio Hutang Bersih (Hutang berbunga dikurangi Kas)/EBITDA sebesar 1,1x.(Kontan/Havid Vebri)

01 Februari 2011
Source:http://tekno.kompas.com/read/2011/02/01/15563143/Sodok.Indosat..XL.Bayangi.Telkomsel

TelkomVision Garap Layanan Multichannel

Saat ini, TelkomVision mungkin dikenal sebagai salah satu penyedia layanan TV Kabel atau Pay TV (televisi berlangganan). Namun, memasuki tahun 2011 ini, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia tersebut mencanangkan diri sebagai penyedia layanan multichannel. Hal tersebut ditandai dengan perubahan logonya.

"TelkomVision dengan wajah dan semangat baru, memperkuat posisi sebagai perusahaan multimedia yang menghadirkan tidak saja beragam layanan hiburan tapi juga layanan lain nya seperti internet dan fixed line melalui dukungan dari Telkom Group," ujar Elvizar KH, Direktur Utama TelkomVision saat menyampaikan latar belakang perubahan logo TelkomVision dalam siaran persnya belum lama ini.

Sejumlah inovasi akan diluncurkan tahun ini. Setelah menyediakan TV voucher pertama di Indonesia, TelkomVision kini juga menempatkan diri sebagai TV berlangganan yang fleksibel dengan dua pilihan berlangganan prabayar dan pascabayar. Tahun ini, pilihan paket-paket hiburan juga akan diperluas tidak hanya melalui teknologi yang berbasis kabel dan satelit tapi juga akan meluncurkan IPTV (Internet Protocol TV) diikuti oleh penambahan lokal konten.

Pilihan paket berbasis satelit menawarkan sistem pembayaran prabayar dan pascabayar dengan 48-90 channel menjangkau seluruh wilayah Indonesia menggunakan Satelit Telkom 2. Sementara paket berbasis kabel dengan 5 head-end (pusat pengendalian TV kabel) di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bali menawarkan 60 channel. Melengkapi pilihan kedua paket ini, TelkomVision akan menawarkan IPTV yang merupakan Layanan TV berlangganan lengkap dengan interaktif (VOD, Time-shift TV, dll), mulai dari 88 channel.

"Tahun 2011, TelkomVision menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 90%, dan total subscriber sebesar 66%," ujar Elvizar.

31 Januari 2011
Source:http://tekno.kompas.com/read/2011/01/31/2321379/TelkomVision.Garap.Layanan.Multichannel

Wednesday, January 26, 2011

Network Address Translation (NAT)

Network Address Translation atau yang lebih biasa disebut dengan NAT adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan (security), dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan.

Tokobagus.com Situs Jual-Beli Online Paling Diminati

Tokobagus.com merupakan salah satu situs jual-beli online gratisan yang terbesar di Indonesia yang lahir pada tahun 2005 di Bali.

Hingga saat ini, situs jual beli itu tercatat memiliki 600 ribu member aktif serta memiliki ratusan subkategori iklan, mulai dari otomotif, properti sampai yang paling banyak di kunjungi, yaitu produk fashion.

Tokobagus.com merupakan situs pemasangan iklan terbesar, karena setiap hari diakses oleh lebih dari 150 ribu pengunjung perorangan maupun perusahaan. Mereka bertujuan membeli aneka produk dan jasa dengan cara yang mudah, cepat serta aman.

Baru-baru ini situs tersebut menggelar polling independen guna mengetahui tren jual-beli online di Indonesia. Dari hasil polling, Tokobagus.com terpilih menjadi situs jual-beli paling diminati, dengan mengantongi 3.908 suara. Kaskus menempati urutan ke dua dengan suara mencapai 2.058 responden.

Polling yang digagas oleh Remco Lupker selaku Director Of Marketing Tokobagus.com ini dilakukan selama satu minggu, pada kurun waktu 20 hingga 27 Juli 2010.

Responden merupakan masyarakat umum, dengan total responden 7.522 orang, dari seluruh kota besar di Indonesia antara lain Jakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Medan,serta Denpasar. Total jumlah responden terbagi menjadi 4.601 pria (61 persen) dan 2.921 wanita (39 persen). Peserta polling dengan status berkeluarga sejumlah 1.115 orang dan belum berkeluarga 6.407 orang. Sistem perhitungan polling menggunakan aplikasi yang disediakan situs Google.com.

Tercatat 6.042 (80 persen) responden menggunakan PC/laptop untuk mengakses internet. Sedangkan responden berinternet dengan Handphone (termasuk smartphone) sebanyak 1.372 atau 18 persen dan iPad 40 orang. Sejumlah pertanyaan (kuisioner) diajukan kepada responden dalam polling ini dengan materi pertanyaan meliputi minat responden terhadap situs jual beli online serta aktifitasnya dalam kegiatan jual beli online yang ada ( data kuisioner terlampir).

Selanjutnya pada bagian ‘Situs jual beli mana yang anda tahu?’’, Tokobagus.com mengoleksi suara 5.834 responden, sedangkan FJB Kaskus dipilih 4.867 responden, menyusul situs jual beli eBay mengantongi 2.421 responden. Pada bagian ini setiap responden dapat memilih lebih dari satu pilihan sehingga total persentase responden bisa lebih dari 100 persen. Sebanyak 36 persen atau 4806 responden menyatakan pernah melakukan ‘proses pembelian secara online’.
Sedangkan pada kategori ‘pernah menjual sesuatu secara online’, sebanyak 60 persen responden menyatakan pernah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung situs jual beli online masih di dominasi oleh pengunjung yang ingin membeli barang, dan kurang dari itu pengunjung baru melakukan penjualan secara online.
Arnold Sebastian Egg selaku Presdir Tokobagus.com mengungkapkan bahwa dengan adanya program ini dapat dilihat bahwa trend jual beli online di Indonesia secara umum mengalami peningkatan yang pesat. Polling yang digelar dengan tujuan melihat perkembangan terkini dari aktifitas jual beli di dunia maya tersebut mendapatkan respon yang signifikan.

"Kita lihat grafik yang ada dari hasil polling menunjukkan minat masyarakat terhadap portal jual beli semakin tinggi, mereka memilih situs jual beli berdasarkan minat dan kepercayaan serta kelengkapan layanan yang ditawarkan. Kami selaku pengelola Tokobagus.com merasa bangga atas kepercayaan masyarakat yang telah memilih Tokobagus.com. Hal ini menjadi motivasi terbesar kami untuk terus mengembangkan situs Tokobagus.com menjadi situs yang lebih baik lagi dalam berbagai hal," papar Arnold. (srn)

09 Agustus 2010
Source: http://techno.okezone.com/read/2010/08/09/90/361088/90/tokobagus-com-situs-jual-beli-online-paling-diminati

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...