Monday, March 14, 2011

PLN Beli Listrik dari PLTP (Geothermal)

Jakarta, Kompas - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sepakat membeli listrik yang dihasilkan dari enam pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan total kapasitas daya 435 megawatt. Hal ini tertuang dalam perjanjian jual-beli listrik dengan dua pengembang PLTP, yakni PT Pertamina Geothermal Energy dan PT Westindo Utama Karya.

Hal ini sebagai implementasi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 02 Tahun 2011 tentang penugasan kepada PT PLN untuk membeli tenaga listrik dari PLTP dan harga patokan pembelian tenaga listrik oleh PLN dari PLTP. Kepastian pembelian listrik dari panas bumi sesuai harga lelang yang dilakukan pemerintah daerah dan kepastian harga patokan tertinggi 9,7 sen dollar AS per kWh.
Perjanjian jual-beli listrik itu ditandatangani Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan, Dirut Pertamina Geothermal Energy (PGE) Abadi Poernomo, dan Dirut PT Westindo Utama Karya Agus Rachman, Jumat (11/3) di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta. Penandatanganan perjanjian itu disaksikan Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh.

Jadi, PGE mengembangkan lima PLTP, yaitu PLTP Lumut Balai (2 x 55 MW) di Sumatera Selatan, PLTP Ulubelu unit 3 dan 4 (2 x 55 MW) di Tanggamus Lampung, PLTP Lahendong unit 5 dan 6 (2 x 20 MW) di Sulawesi Utara, PLTP Karaha (1 x 30 MW), dan PLTP Kamojang unit 5 (2 x 2,5 MW) di Jawa Barat. Adapun PT Westindo Utama Karya mengembangkan PLTP Atadei (2 x 2,5 MW) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Menurut Abadi, PT PGE dan PLN sepakat menetapkan harga dasar listrik untuk PLTP Lumut Balai unit 1, 2, 3, dan 4 serta PLTP Ulubelu Unit 3 dan 4 sebesar 7,53 sen dollar AS per kWH. Adapun harga dasar listrik PLTP Lahendong unit 5 dan 6, PLTP Karaha dan PLTP Kamojang unit 5 sebesar 8,25 sen dollar AS per kWh. Jangka waktu produksi unit PLTP selama 30 tahun mulai terhitung tanggal operasi komersial dari unit PLTP itu.

”Penandatanganan perjanjian jual-beli listrik ini diharapkan akan mempercepat pembangunan pembangkit proyek percepatan pembangkit listrik 10.000 megawatt tahap kedua, khususnya untuk PLTP,” kata Dahlan.

Kerja sama itu juga akan memperkuat ketersediaan pasokan di sejumlah daerah dan memberi stimulus bagi para calon investor dalam pengembangan listrik dari energi terbarukan, khususnya panas bumi. (EVY)

Sumber : Harian Kompas, Senin,14 Maret 2011

BNI Go Green: Panduan Hidup Hijau

24 Tindakan Praktis Untuk Mengurangi Laju Perubahan Iklim

Kata Pengantar

Kepedulian BNI terhadap Perubahan Iklim dan Pemanasan Global, sudah menjadi komitmen usaha yang akan diterapkan secara berkesinambungan.

Sejak deklarasi BNI GRIYA Green Design 2008 pada bulan April, yang ditandatangani oleh Wakil Direktur Utama dan Direktur Kredit Konsumen BNI, Ikatan Arsitek Indonesia, Ikatan Lansekap Indonesia, Himpunan Desainer Indonesia, REI (Real Estate Indonesia) dan Majalah Griya Asri, maka gerak usaha BNI akan lebih difokuskan bagi mitra dan nasabah yang mendukung program peduli pada kelestarian lingkungan dan pembangunan yang ramah lingkungan.

Konsep produk-produk BNI juga memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung bagi kelestarian lingkungan, diantaranya adalah dengan cara mensosialisasikan serta memberikan edukasi bagi para nasabah dan mitra kerja BNI. Dalam mewujudkan hal tersebut, kami meluncurkan buku praktis “PANDUAN HIDUP HIJAU”. Buku ini memuat hal-hal sederhana yang bisa kia lakukan dalam mengupayakan hidup lebih sehat dan nyaman, tetapi juga berdampak besar dalam mencegah perubahan iklim yang sedang terjadi.

Melalui panduan sederhanaini juga diharapkan seluruh komponen masyarakat Indonesia semakin memahami pentingnya berpartisipasi dalam upaya mengurangi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global yang semakin mengancam kelangsungan hidup anak cucu kita di masa datang.

Tim Penerbit : BNI GRIYA, MAJALAH GRIYA ASRI & GREEN DESIGN

COMMUINTY

Penggagas : Diah Sulianto

Tim Pelaksana : A.Iskandarsjah Latief, Rifky Sungkar, Djoni D.Waridan.

Editor : Priandono Nurhadi, Ronny Tanumihardja

Desain Grafis : Yuli Istanto

Foto : Istimewa dan Ahkmul Hakim

Produksi : Basuki Heru S

Marketing : Indrawati Moeripto

Tim Pelaksana : Griya Asri – Tualang Adventures

BAHAYA PERUBAHAN IKLIM

Bayangkan kejadian ini : Kota-kota di pesisir pantai tenggelam akibat naiknya permukaan laut, memicu migrasi besar ke arah daratan yang lebih tinggi. Kondisi ini diperburuk dengan sulitnya mendapat makanan dan air tawar akibat kekeringan berkepanjangan, menggagalkan panen tanaman pangan.

Bahkan saat hujan datang, air akan turun dengan deras sekali, seringkali diiringi badai, menciptakan malapetaka banjir besar. Bantuan juga sulit diharapkan karena tidak ada negara yang lolos dari perubahan iklim, semuanya sibuk dengan urusan bencana di tempat masing-masing.

Kejadian ini bukanlah cerita fiksi ilmiah. Laporan dari IPCC-kumpulan ilmuwan di seluruh dunia dan pada tahun 2007, menyatakan perubahan iklim adalah nyata dan situasi katastropik seperti digambarkan di atas sangat mungkin terjadi bila kita tidak mencegah perubahan ini.

Sebanyak lebih dari 30% tumbuhan dan binatang akan punah jika suhu naik, naik antara 1,8 derajat – 4 derajat C diakhir abad ini, (Intergorvernmental Panel on Climate Change – IPCC 2007).

Terdapat peningkatan besar jumlah bencana dari 200-250 pada periode 1987 – 1997, menjadi 2 kali lipat pada 7 tahun pertama di abad 21, Kenaikan ini hampir semuanya disebabkan oleh bencana yang terkait dengan kondisi cuaca. (Climate Guide 2007).

PENYEBAB IKLIM BERUBAH

Manusia penyebab semua ini. Pola konsumsi dan gaya hidup boros penggunaan energi berbahan bakar fosil, penggundulan serta kebakaran hutan, menyebabkan buangan CO2 ke atmosfer meningkat tajam.

Gas ini merupakan unsur utama penyusun gas rumah kaca di atmosfer memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi setelah menerima cahaya matahari.

Semakin tinggi konsentrasi CO2, semakin banyak panas dipantulkan, suhupun naik. Peningkatan konsentrasi CO2 secara drastis dalam beberapa dekade belangkangan inilah yang membuat suhu bumi melonjak dalam waktu singkat mengakibatkan iklim menjadi liar, cepat berubah-ubah dan sulit diprediksi.

Selama seratus tahun terakhir, suhu udara permukaan bumi kenaikan hingga 0,80 C. (The Rough Guide to Climate Change, 2008).

IPCC memperkirakan tinggi permukaan air laut telah naik rata-rata 2,5mm per tahun. Bila ini terus terjadi, pada tahun 2030, Indonesia bisa kehilangan 2000 pulau. (Indonesia dan Perubahan Iklim, 2007).

EMISI KARBON DARI HUNIAN KITA

Tidak disangka ternyata rumah kita dan berbagai bangunan lainnya merupakan sumber emisi gas rumah kaca tidak bisa dianggap remeh.

Bangunan menyumbang 7,9% emisi global gas rumah kaca dan jika faktor penggunaan listrik dimasukkan, angka ini membengkak menjadi 33% dari total emisi global pada tahun 2004.

Ini disebabkan konsumsi energi bangunan begitu besar terutama untuk aktifitas operasional seperti penggunaan AC, penerangan, pemanas air atau peralatan berbasis listrik.

Cara temukan untuk menekan emisi gas rumah kaca ini adalah dengan meningkatkan efisiensi energi pada bangunan. Untuk dapat melakukan ini, yang diperlukan hanyalah informasi yang tepat dan perubahan perilaku kita.

Bangunan mengkonsumsi sekitar 30-40% dari total energi global (UNEP Sustainable Construction and Building Initiative).

Dengan menggunakan teknologi yang ada dan dalam waktu singkat, konsumsi energi bangunan baru maupun lama dapat dipotong 30-50% tanpa peningkatan biaya investasi yang nyata (UNEP Sustainable Construction and Building Initiative).

KITA BISA BERBUAT SESUATU

“Isu perubahan iklim adalah masalah global jadi harus pemerintah yang bergerak untuk mengatasi masalah ini”. Benar, peran pemerintah Negara di seluruh dunia sangatlah penting dalam memecahkan masalah ini.

Namun mengingat laju perubahan iklim terjadi begitu cepat dan berbahaya, maka tidak ada jalan lain semua lapisan masyarakat harus turut serta dalam memerangi perubahan iklim, sebelum semuanya terlambat. Gaya hidup dan pola konsumsi yang boros energi harus diubah.

Melalui cara-cara sederhana seperti pada halaman-halaman berikut ini, kita bisa merubah keadaan, Semakin banyak orang mau bertindak semakin besar harapan bumi ini untuk pulih dari kerusakan dan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi anak cucu kita.

Pada 31 Maret 2007, melalui gerakan Earth Hour sekitar 2,2 juta penduduk kota Sidney-Ausrtralia beserta 2.100 perkantoran mematikan semua lampu selama jam hingga mampu mengurangi konsumsi energi 10,2% di seluruh kota (www.earthhour.org).

1. Gunakan Lampu Flourescent

Cara termudah untuk mengurangi emisi karbon adalah dengan mengganti bohlam lampu pijar di rumah anda dengan lampu neon kompak atau dikenal dengan istilah Compact Flourescent Lamp (CFL). Lampu neon berbentuk seperti ice cream cone dan berukuran kecil ini, sangat hemat energi, mengkonsumsikan listrik 75% lebih rendah dibandingkan dengan bohlam lampu biasa.

Lampu CFL juga mengeluarkan panas lebih sedikit sehingga mengurangi penggunaan listrik untuk sistem pendingin (AC). Bandingkan dengan bohlam biasa, hampir 85% dari daya akan diubah menjadi panas, bukan cahaya ! Memang harga lampu neon kompak lebih mahal dibandingkan bohlam biasa, namun kemampuannya menghemat pemakaian listrik dan umurnya yang jauh lebih panjang (sampai 12.000 jam), akan menguntungkan anda karena mengurangi tagihan listrik rumah setiap bulannya.

Australia menjadi Negara pertama yang melarang penjualan lampu pijar pada tahun 2012. Langkah ini akan mengurangi emisi karbon hingga 4 juta ton dan mengurangi tagihan listrik untuk lampu hingga 66% Jika satu juta rumah masing-masing menggunakan 4 lampu hemat energi maka 900.000 ton gas rumah kaca akan terhapuskan. (Live Earth 2007)

2. Naikan Suhu AC

Kedinginan dalam ruang ber-AC? Kadang sampai harus memakai pakaian tebal atau selimut ! Menggelikan tetapi itu sering terjadi.

Sebenarnya ini mudah diatasi secara sederhana: naikan suhu pada pengatur AC. Di daerah tropis seperti Indonesia, suhu udara yang dibutuhkan agar orang dapat beraktifitas nyaman berkisar antara 240-260 C. Jadi tidak perlu mengatur AC di rumah pada suhu kurang dari 200C.

Semakin dingin suhu semakin besar energi listrik yang diperlukan. Itu hanya menambah biaya tagihan dan meningkatkan emisi gas rumah kaca.

Peserta konfrensi dihimbau untuk tidak menggunakan pakaian jas dan dasi, untuk menciptakan suasana lebih nyaman dan mengurangi penggunaan AC sehingga menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan. Demikian pengumuman dari Panitia Konfrensi PBB mengenai Perubahan Iklim 2007 di Bali.

3. Undanglah Angin Dan Cahaya

Ciptakan kenyamanan dalam rumah anda dengan membiarkan angin dan cahaya matahari masuk. Perbanyak atau perlebar bukaan dalam rumah baik berbentuk jendela maupun ventilasi. Biarkanlah udara dari luar mengalir ke dalam rumah, mengganti udara lama dan menyejukan ruangan.

Beri jalan kepada cahaya matahari untuk masuk dan menerangi bagian dalam rumah. Jika dirasa sinar matahari yang masuk membuat rumah menjadi panas, cegahlah dengan menggunakan jenis kaca atau kaca film yang dapat menahan sinar inframerah dan ultraviolet.

Dengan mengundang kedua elemen ini, anda dapat menurunkan pemakaian AC dan lampu, berarti hemat energi. Hemat energi berarti hemat pengeluaran karena penggunaan listrik anda berkurang.

Dinegara maju integrasi strategi pencahayaan alami pada gedung komersial mampu menurunkan biaya energi hingga 1/3, daerah tropis seperti di Indonesia memiliki cahaya alami melimpah karena matahari bersinar terus sepanjang tahun.

4. Pakai Peralatan Hemat Energi

Tanpa disadari banyak peralatan elektronik atau kebutuhan rumah tangga yang boros listrik, ada di rumah kita. Mulai dari mesin cuci, kulkas, AC, oven, pompa air, pemanas air, seterika listrik, TV, komputer sampaui tape atau home theater.

Periksalah apakah peralatan tersebut termasuk jenis yang hemat energi. Biasanya terdapat logo standar hemat energi seperti Energi Star atau baca kebutuhan konsumsi daya listriknya dan bandingkan dengan model terbaru.

Jika peralatan anda masih termasuk yang boros listrik saat mau mengganti, pilihlah model yang hemat energi.

Pasang pemanas tenaga matahari (solar thermal) di atap rumah. Manfaatkan energi gratis dari sinar matahari.

Penggunaan peralatan kantor hemat energi dapat mengurangi penggunaan AC sehingga memotong biaya energi dan emisi gas rumah kaca sebesar 20-30% (Green Office Guide, 2001).

5. Hindari Stanby Mode

Ketika memadamkan televisi dengan menggunakan remote control, kita berpikir terputus sudah aliran listrik ke peralatan ini. Salah ! Mematikan dengan remote, berarti memposisikan televisi pada stanby atau sleep mode.

Pada posisi ini semua peralatan elektronik-televisi, tape atau komputer masih mengkonsumsi listrik, menyedot energi secara diam-diam.

Karena itu matikanlah peralatan elektronik dengan cara menekan tombol on-off atau jika tidak terlalu merepotkan cabut saja stop kontaknya.

Di negara Inggris Raya, perilaku meninggalkan peralatan elektronik dalam posisi standby, menimbulkan kerugian hingga 11 milyar poundsterling di tahun 2010, demikian sebuah studi menyebutkan (BBC News).

Cabut saja kontak charger telepon genggam atau pemutar MP3 anda, saat tidak digunakan agar tidak ada energi listrik yang terbuang sia-sia.

6. Hijaukan Komputer Anda

Pada masa kini, komputer sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun tempat kerja. Tentu saja peralatan ini menyedot listrik, namun melalui beberapa tindakan sederhana berikut pemakaian energi bisa menjadi lebih efisisen :


  1. matikan komputer dan monitor jika sudah tidak digunakan atau ditinggal cukup lama.
  2. matikan monitor dan atur komputer pada posisi sleep atau hibernate jika ditinggal sebentar.
  3. hindari penggunaan screensaver karena mengkonsumsi banyak energi
  4. pertimbangkan memakai laptop daripada desktop karena lebih hemat listrik
  5. pertimbangkan menggunakan layar LCD dari pada monitor biasa karena hemat listrik
Dalam setahun, lebih dari 30 milyar kilowatthour (KWH) listrik terbuang sia-sia akibat kebanyakan dari kita lupa mematikan komputer saat tidak digunakan. (www.local-cooling.com)

7. Bebas dari Stirofoam

Hidup memang lebih mudah dengan adanya stirofoam. Kita bisa gunakan untuk membungkus barang yang akan dibawa atau dikirim sehingga lebih tahan terhadap benturan.

Kita juga bisa pakai sebagai kemasan makan pada gelas minum yang bisa menahan panas, praktis dan murah. Tapi coba bayangkan, stirofoam bekas kita pakai tersebut tetap akan ada sampai ribuan tahun. Bahan ini memang termasuk jenis sulit sekali untuk dapat terurai di tanah.

Belum lagi disinyalir stirofoam ternyata mengandung zat styrene yang berbahaya bagi kesehatan. Lebih bijaksana jika kita mulai berhenti menggunakan barang ini. Toh, hidup juga tidak akan terlalu sulit tanpa adanya stirofoam.

Mintalah selalu minuman hangat yang anda pesan di restoran atau kafe disajikan dengan menggunakan gelas keramik atau mug, bukan cup stirofoam.

Stirofoam terbuat dari polystyrene yang berbahan baku minyak bumi. Semakin banyak stirofoam diproduksi berarti semakin banyak gas rumah kaca yang dihasilkan.

8.Kurangi Plastik

Banyak diantara kita yang kecanduan kantung plastik atau kresek. Belanja dimana pun dengan barang besar atau kecil, banyak atau sedikit, selalu dimasukkan ke dalam kantung plastik.

Harap diketahui kantung plastik ini sebenarnya terbuat dari minyak bumi dan gas alam, penyebab emisi gas rumah kaca.

Selain itu kantung plastik juga suit diuraikan, sehingga sampahnya berserakan dimana-mana hingga ratusan tahun.

Jadi sebaiknya kita kurangi penggunaan plastik ini. Masukkan barang belanjaan ke tas yang kita bawa jika muat atau bawalah sendiri tas atau kantung dari kain untuk barang belanjaan.

Sekitar 500 milyar – 1 triliun kantung plastik digunakan oleh penduduk di seluruh dunia dalam setiap tahun. (National Geographic News, 2003)

Untuk menekan konsumsi kantung plastik, pemerintah Irlandia menggenakan pajak bagi pemakai kantung ini sementara China melarang setiap toko memberikan kantung palstik gratis dan menganjurkan pembeli untuk membawa tas kain atau keranjang sendiri.

9. Hindari Bahan Beracun

Tanpa terasa, hidup kita saat ini telah berdampingan dengan bahan-bahan beracun. Beberapa diantaranya merupakan bahan yang digunakan sehari-hari baik di kamar mandi, kamar tidur, ruang keluarga, dapur maupun di halaman rumah. Bahkan tanpa disadari kitapun sering mengkonsumsi bahan makanan mengandung racun berbahaya.

Kenalilah bahan-bahan beracun tersebut demi kesehatan kita dan kelestarian lingkungan. Gantilah dengan bahan lain yang aman atau jika terpaksa tetap memakai, baca aturan pakai dan gunakan seaman mungkin.

  • Bahan makanan tercemar pestisida menempel pada sayuran segar-cuci dengan air mengalir
  • Cat tembok, beberapa cat masih menggunakan bahan timbal – gunakan cat bebas logam berat,
  • Pembasmi serangga, Residu racun menempel – ganti dengan raket nyamuk.
  • Hair-spray, AC berbahan dasar CFC, menyebabkan lubang pada ozon – cari produk yang non –CFC.
  • Baterai  mengandung logam berat – Pakai baterai isi ulang.
  • Genteng asbes, seratnya bila terlepas ke udara bisa terhirup oleh manusia – pasang genteng selain asbes.
10.Terapkan 3R

3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Berbagai barang yang digunakan sehari-hari, kebanyakan berasal dari proses pembuatan yang menghasilkan gas CO2. Mengurangi pembelian barang sekali pakai atau menggunakan suatu barang berulang-ulang sebelum dibuang akan memberikan sumbangan dalam mengurangi perubahan iklim. Ada tiga prinsip bisa diterapkan yaitu Reduce (kurang), Reuse (gunakan kembali) dan Recycle (daur ulang).

Kurangi penggunaan kantung plastik atau kemasan seperti botol atau bungkus plastik maupun barang-barang sekali pakai.

Gunakan kembali kaleng bekas tempat susu atau makanan untuk pot tanaman, manfaatkan kedua sisi kertas sebelun dibuang, pakai baterai yang bisa diisi ulang, sumbangkan pakaian atau komputer beks agar dapat dimanfaatkan kembali oleh orag lain.

Daur ulang sampah dapur dan sisa makanan menjadi pupuk kompos.

11.Mari Meng-kompos

Tumpukan sampah memenuhi perkotaan, menimbulkan bau tak sedap dan pemandangan tidak mengenakan adalah sesuatu hal yang tidak perlu terjadi. Sebenarnya sampah dapat dikurangi sejak dari rumah.

Sebagian besar sampah rumah tangga adalah sampah organik atau basah, dihasilkan dari dapur seperti sisa-sisa makanan. Sampah ini dapat diurai menjadi kompos, berguna sebagai pupuk tanaman. Mengubah kebiasaan, hanya itu yang perlu dilakukan! Sediakan dua macam tempat sampah, satu untuk organik sedangkan yang lain untuk non organik.

Dengan cara sederhana ini, lingkungan jadi bersih dan tanaman pun tumbuh sehat karena dipupuk dengan kompos dari sampah yang kaya.

Sampah organik dari dapur dan halaman merupakan porsi terbesar sampah yang dihasilkan kota-kota di Indonesia mencapai 60-75%.

Cacing sangat bermanfaat dalam proses pengomposan sampah. Dengan menambahkan mahluk ini pada tumpukan sampah organik maka kita tidak perlu repot untuk melakukan pengadukan. Kompos yang dihasilkan pun lebih kaya akan nutrisi bagi tanaman.

12. Hematlah Air

Sayangilah air karena kini air bersih tidak melimpah seperti dulu lagi. Sumber-sumber air semakin berkurang, sementara kebutuhan meningkat terus.

Menyusutnya hutan atau ruang terbuka hijau sebagai tempat resapan air, tercemarnya sungai-sungai ditambah suhu udara yang makin panas membuat air bersih kian susah didapat.

Maka jangan buang air sia-sia berhematlah dengan cara :

  1. Stop kebocoran pada kran, pipa dan kloset
  2. Tutup kran pada saat gosok gigi, bercukur atau mencuci piring
  3. Pilih mandi dengan pancuran dari pada berendam
  4. Isi penuh mesin cuci sebelum dinyalakan
  5. Gunakan kloset efisien air
Hanya dengan meningkatkan 10% efisiensi penggunaan air di seluruh dunia, kita akan dapat menghemat air yang cukup untuk memasok semua air keperluan hunian di seluruh kawasan dunia. (Sandra Postel-World Watch Institute)

Hanya 30% dari populasi perkotaan dan 8% dari populasi pedesaan di Indonesia yang memiliki akses ke air bersih (WWF-Indnesia) (YK)

Source: Divisi Konsumen BNI 46

Monday, February 28, 2011

"Margin Perbankan RI Nomor 1 di Dunia"

 Bank Indonesia (BI) mengklaim bahwa margin perbankan Indonesia adalah yang paling tinggi di dunia. Hal ini disebabkan tidak adanya aturan yang secara jelas mengatur margin wajar perbankan.

"Margin perbankan kita paling tinggi di dunia," ujar Peneliti Utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Suhaedi dalam acara workshop Wartawan Ekonomi di Hotel Mansion Pine di Padalarang, Bandung, Sabtu (19/2/2011).


Lebih lanjut dia menjelaskan kalau perolehan laba yang diperoleh secara wajar atau berlebihan itu memang tidak ada aturan nya di Bank Indonesia. Hal itu menyebabkan perbankan dapat dengan bebas menentukan besaran margin yang diinginkan.

"Laba yang diperoleh wajar atau berlebihan, maksimalnya seperti apa itu tidak atur" tambahnya.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa nanti BI akan meluncurkan prime landing rate atau suku bunga dasar yang akan memberikan sosial responsibility (tanggung jawab sosial) serta menuntut transparansi perbankan. "Prime landing rate nanti akan akan memunculkan transparansi dan juga akan menimbulkan sosial responsibility (perbankan)," tandasnya.

Sekedar informasi, Bank Indonesia (BI) menyatakan kesiapan penuh untuk menerapkan peraturan base landing rate atau tingkat suku bunga dasar. Adapun peraturan base landing rate akan diterapkan hanya pada tingkat suku bunga dasar perbankan dan bukan pada tingkat suku bunga kredit.

"Saya menegaskan base landing rate itu bukan tingkat suku bunga kredit, tapi tingkat suku bunga dasar," ungkap Deputi Bank Indonesia Muliaman Hadad saat konferensi pers dengan wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (18/2/2010).

Lebih lanjut dia berharap semoga peraturan ini tidak menjadi momok yang menakutkan untuk perbankan tetapi memotivasi perbankan tersebut dan meningkatkan efisiensi perbankan

"Mudah-mudahan ini tidak menjadi suatu yang menakutkan, tapi menjadi motivasi buat bank-bank dan juga dengan maksud kebijakan ini mendorong efisiensi perbankan, dan sistem pengawasan oleh Bank Indonesia," tambahnya.(adn)(rhs)


19 Feb 2011
Source:http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2011/02/19/20/426517/margin-perbankan-ri-nomor-1-di-dunia

"Bunuh Diri" dengan Moratorium Hutan

Terbitnya Letter of Intent RI-Norwegia yang menjanjikan dana hibah 1 miliar dollar AS tahun 2010 membuat masalah moratorium hutan (dan gambut) menjadi topik perdebatan berkepanjangan.
Bukan karena obyek moratorium yang hanya hutan alam primer, atau lahan gambut yang akan ditutup total tanpa pertimbangan teknologi sekalipun, perdebatan kini juga menyangkut efektif tidaknya moratorium. Pengusul moratorium seakan ditempatkan sebagai pihak konservasif, yang jadi pahlawan lingkungan. Pihak lainnya dianggap anti-kelestarian lingkungan kalau ngotot memanfaatkan lahan hutan alam rusak sekalipun.

Moratorium pun diyakini sebagai obat mujarab menjaga hutan dan kelestarian ekosistem. Pemahaman yang tak sepenuhnya benar, bahkan dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini bisa jadi sangat keliru dan akan merusak hutan dan ekosistem. Sebuah kontroversi kebijakan yang harus ditetapkan sangat hati-hati.
Moratorium secara permanen, aman gangguan, dan jangka lama memberikan kesempatan kepada hutan bernapas. Plasma nutfah terjaga. Kehidupan satwa dan tumbuhan langka terjamin pengembangannya. Namun, langkah moratorium tak boleh latah. Lapar lahan di lapangan, kebutuhan bahan baku industri perkayuan yang kelebihan kapasitas, lemahnya penegakan hukum, dan anarkisme sosial cenderung berakibat fatal bagi hutan dan keselamatan lingkungan justru jika moratorium diberlakukan.
Wacana moratorium seluruh hutan Jawa yang disuarakan Menneg LH tahun 2004 jelas dianggap mengada-ada tanpa solusi terhadap kemungkinan munculnya problematik yang berat. Apalagi penyebab bencana lingkungan Jawa 75 persen ada di lahan milik di luar kawasan hutan. Sebelumnya, Pemprov Jatim juga membuat rancangan perda moratorium hutan setelah terjadi banjir di Jombang, tetapi dicabut kembali (2003).
Megawati juga menjanjikan kebijakan moratorium jika terpilih saat mencalonkan diri jadi presiden dalam kampanye di Kalteng (Kompas, 16/6/2009). Usulan Walhi memberlakukan moratorium tebangan hutan setelah kecewa dengan terbitnya SP3 Kepolisian RI terhadap kasus pembalakan liar di Riau 2009 hanya dianggap usulan emosional yang tak dipenuhi pemerintah.
Pengalaman moratorium hutan yang telah dilakukan selama hampir tiga tahun terakhir di Provinsi NAD justru terbukti mengakibatkan hutan Aceh rusak berat akibat penebangan liar. Kayu ilegal mengalir ke wilayah Sumatera Utara. Konon, ratusan kilang kayu ilegal di daerah Pidie tetap beroperasi tanpa diusik aparat. Pengalaman moratorium hutan Jawa di awal abad ke-20 oleh pemerintah kolonial Belanda juga menuai keributan para perajin kayu yang tak memperoleh bahan baku, serta protes dari para bupati dan wedana. Hutan jati justru mengalami penjarahan berat, dan Belanda akhirnya mencabut kebijakan itu.
Adakah praktik moratorium hutan yang efektif menjaga kelestarian sumber daya hutan? Vietnam telah melakukan moratorium tebangan hutan alamnya 1997 dengan sukses. Namun, tentu dengan kondisi sosial dan kebutuhan kayu bulat yang sangat berbeda. Pasokan bahan baku kayu bulatnya dipenuhi dari Kamboja, Laos yang kayunya melimpah dan belum diatur dengan baik. Hutan Vietnam terbukti aman, tetapi dengan merusak hutan negara tetangganya itu.
Moratorium selektif
Hutan punya aneka fungsi. Konteks silvikultur hutan menempatkan tebangan kayu sebagai rantai penting yang akan membuat hutan berfungsi maksimum. Tak terkecuali bagi hutan alam produksi. Struktur un-even forest harus diubah jadi even forest. Saat suksesi hutan mencapai klimaks, penyerapan karbon relatif terhenti. Peremajaan hutan jadi solusi agar hutan berperan kembali jadi absorber karbon lima kali lipat dari hutan alam dan efektif mengendalikan pemanasan global. Hutan alam sekunder yang telah rusak dan terbuka tentu tak haram diremajakan.
Moratorium tebangan hutan harus dilakukan secara hati-hati melalui kajian komprehensif yang faktual. Salah satu bahan pertimbangan paling penting adalah adanya peta lahan penyebab bencana (land position map/LPM). Kawasan hutan yang paling layak tak dijamah umumnya merupakan lahan penyebab bencana sesuai LPM wilayah terkait, bukan hutan produksi di dataran rendah. Di samping juga hutan lain untuk kepentingan tertentu, secara selektif.
Moratorium hutan yang tak tepat dan menjauhkannya dari sistem pengorganisasian pemangkuan hutan jelas tak menjamin pemulihan ekosistem dan menyelesaikan masalah lingkungan, bahkan lebih sering berpotensi membangkitkan masalah sosial dan ekonomi serius akibat kondisi hutan yang jadi ”tak bertuan”. Ini juga akan terjadi pada lahan gambut yang tak boleh disentuh di luar kawasan hutan, yang kian berpotensi menimbulkan perambahan hebat dan pembakaran lahan yang menghasilkan bahaya asap. Moratorium hutan dan lahan gambut berpotensi jadi kebijakan ”bunuh diri”.
Kebijakan moratorium hutan (dan lahan gambut) dapat dilakukan jika batasan sosial-ekonomi kebutuhan pengamanan ekosistem lingkungan dan syarat pengamanan hutan dipenuhi. Moratorium seharusnya bukan momok bagi industri pengusahaan kehutanan, tetapi juga bukan sesuatu yang secara latah harus dilakukan pemerintah tanpa kajian mendalam, apalagi hanya untuk jangka pendek yang tidak efektif seperti syarat LoI RI-Norwegia di atas. Moratorium hutan selektif paling mudah diterima semua pihak.
Penulis: TRANSTOTO HANDADHARI Rimbawan Senior; Ketua Umum Yayasan GreenNET Indonesia

Internet Crime Trends 2011

Non-delivery of payment or merchandise. Scams impersonating the FBI. Identity theft.
These were the top three most common complaints made to the joint FBI/National White Collar Crime Center’s Internet Crime Complaint Center (IC3) last year, according to its just-released 2010 Internet Crime Report. The report also includes a state-by-state breakdown of complaints.
In May 2010, the IC3 marked its 10th anniversary, and by November, it had received its two millionth complaint since opening for business.
Last year, the IC3 received more than 300,000 complaints, averaging just over 25,000 a month. About 170,000 complaints that met specific investigative criteria—such as certain financial thresholds—were referred to the appropriate local, state, or federal law enforcement agencies. But even the complaints not referred to law enforcement, including those where no financial losses had occurred, were valuable pieces of information analyzed and used for intelligence reports and to help identify emerging fraud trends.
So even if you think an Internet scammer was targeting you and you didn’t fall for it, file a complaint with the IC3. Whether or not it’s referred to law enforcement, your information is vital in helping the IC3 paint a fuller picture of Internet crime.
Additional highlights from the report:
  • Most victims filing complaints were from the U.S., male, between 40 and 59 years old, and residents of California, Florida, Texas, or New York. Most international complainants were from Canada, the United Kingdom, Australia, or India.
  • In cases where perpetrator information was available, nearly 75 percent were men and more than half resided in California, Florida, New York, Texas, the District of Columbia, or Washington state. The highest numbers of perpetrators outside this country were from the United Kingdom, Nigeria, and Canada.
  • After non-delivery of payment/merchandise, scams impersonating the FBI, and identity theft, rounding out the top 10 crime types were: computer crimes, miscellaneous fraud, advance fee fraud, spam, auction fraud, credit card fraud, and overpayment fraud. 
The report also contained information on some of the alerts sent out by the IC3 during 2010 in response to new scams or to an increase in established scams, including those involving:
  • Telephone calls claiming victims are delinquent on payday loans. More
  • Online apartment and house rental and real estate scams used to swindle consumers out of thousands of dollars. More
  • Denial-of-service attacks on cell phones and landlines used as a ruse to access victims’ bank accounts. More
  • Fake e-mails seeking donations to disaster relief efforts after last year’s earthquake in Haiti. More
Over the past few years, the IC3 has enhanced the way it processes, analyzes, and refers victim complaints to law enforcement. Technology has automated the search process, so IC3 analysts as well as local, state, and federal analysts and investigators can look for similar complaints to build cases. Technology also allows law enforcement users who may be working on the same or similar cases to communicate and share information. 
Because there are so many variations of Internet scams out there, we can’t possibly warn against every single one. But we do recommend this: practice good security—make sure your computer is outfitted with the latest security software, protect your personal identification information, and be highly suspicious if someone offers you an online deal that’s too good to be true.
Resources:
IC3 website

24 Februari 2011

Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Marke

  | Carbon Policy Lab Understanding the Presidential Candidates’ Environmental Policies and Potential Stances for the Carbon Market Indonesi...